Penulis: Dr. (Cand). Faisal Rachmat, S.PSi., M.A.
Dr. (Cand). Faisal Rachmat, S.PSi., M.A.
Oleh Dr. (Cand). Faisal Rachmat, S.PSi., M.A.
(Dosen Prodi Bimbingan Konseling Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Ummul Qura Al-Islam Bogor)
Peran bahasa
sangat penting dalam meminimalisasi perilaku emosional anak tantrum.
Peran bahasa yang dimaksud di sini adalah substansi bahasa
secara halus sehingga anak lebih mudah memahami bahasa yang orang tua ataupun
pengasuhnya ucapkan. Substansi
bahasa meliputi morphemes (kalimat dan kosakata) dan phonemes (bunyi bahasa lisan dan
pemaknaan). Dengan adanya kalimat sederhana dan ekspresi yang halus, maka anak
dapat memahami perkataan orang tua maupun pengasuhnya. Contoh: “Jangan
panjat-panjat tralis jendela ya nak, nanti jatuh dan luka kakinya sehingga
harus dirawat di RS serta kasihan ayah bunda gak bisa kerja karena tunggui
hafidz di RS.” Hal ini dapat
meminimalisasi temper tantrum
secara berkala. Contoh lainnya, ”tolong ambil gelas pelan-pelan
di atas meja makan
ya nak, jangan sampai jatuh gelasnya.” Contoh tersebut mengandung
makna yang mudah dipahami oleh anak tantrum.
Seiring
perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa, anak mulai mengenali emosi-emosi
dasar, yaitu senang, sedih, takut, kaget, marah, dan jijik. Emosi yang ditunjukkan oleh orang lain lewat ekspresi wajah, bahasa tubuh dan kata-kata juga
ditangkap oleh anak dan menjadi semacam petunjuk untuk bertingkah laku.
Contohnya, saat melihat anak lain menangis, ada anak yang mengusap-ngusap
tangan anak itu sambil berkata, “Jangan sedih,
jangan nangis.” Anak juga tahu kalau orang tuanya marah karena orang tuanya
berbicara dengan suara keras, intonasi (nada suara) tinggi, dan ekspresi wajah
cemberut atau setelah pulang liburan anak bercerita kepada gurunya di sekolah,
“aku senang banget kemaren jalan-jalan ke Anyer (pantai)”.
C. Analisis Kasus
Nama Anak: H J R
Umur Anak: 4
Tahun
Alamat tinggal: Jl.
Raya Citayam.
HJR adalah anak
tunggal laki-laki dalam keluarganya,
dan keseharian HJR bersama pengasuhnya yang bernama Ummi. Orang tuanya HJR
keduanya sibuk bekerja, terutama bundanya yang hampir tiap malam pulangnya dan
berangkat kerja sebelum HJR bangun tidur. Hal ini yang membuat HJR kesepian
dengan bermain dengan pengasuhnya di rumah. HJR
juga tidak diperkenankan bermain di luar rumah sehingga sikap sosialnya
kurang peka terhadap teman-teman sebayanya. Orang tuanya HJR melarang bermain di
luar karena HJR sulit mengendalikan perilaku emosionalnya. Pernah suatu ketika HJR bermain
dengan teman sebayanya, ia memukuli temannya saat temannya tidak mau diajak
bercanda dan meminjamkan mainan temannya kepada HJR. Hal ini yang membuat
temennya HJR takut bermain dengan HJR dikarenakan HJR memiliki emosional yang
tak terkendali. Begitu juga di dalam rumah, HJR sering kali membuat pengasuhnya histeris
saat HJR melompat-lompat dari kursi dan
memanjat tralis jendela rumah.
Setiap kali HJR
minta sesuatu pasti diturutinya oleh pengasuh maupun orang tuanya, sebab jika tidak ditrut keinginannya
pasti dia mengamuk dan kadang membuang benda-benda yang ada di sekitarnya.
D.
Sintesis Kasus
Mengamuk (tantrum)
dan merajuk adalah cara anak-anak menyatakan ketidakpuasan hatinya. Tantrum
adalah ekspresi keluar sementara merajuk ke dalam diri. Apa yang mereka
perlukan semasa itu ialah diyakinkan bahwa Anda sebagai orang tuanya menyayanginya. Namun, jangan
pula termasuk jerat yaitu mengikut sahaja kehendak mereka demi membujuk mereka. Boleh bujuk, tapi tetap tegas dengan prinsip dan nilai. Jangan
juga karena mau membujuk dan menghentikan dia daripada membuang
benda-benda sekitarnya ingin memiliki barang, saya beli saja barang itu,
walaupun pada awalnya saya katakan tidak boleh. Jika Anda bertindak begitu, anak-anak yang kecil ini menyangka
inilah cara untuk mendapat barang yang Anda katakan tak boleh itu daripada saya membolehkannya. Nampak
susah, itulah sebabnya para orang tua mengambil jalan singkat memukul anak dan
memarahinya secara berlebihan supaya anak menjadi takut. Apa yang tidak
disadari oleh orang tua menimbulkan kesan jangka panjang yang akan dirasakan
anak, ia akan menjadi seorang pendendam dan terbawa ketika dewasa.
E.
Diagnosis Kasus
Banyak faktor yang
menyebabkan anak merajuk atau mengamuk (tantrum), salah satunya karena si anak
menyimpan berbagai rasa kecewa yang menumpuk lama, hanya terpendam dalam hati
karena si anak tak kuasa dan tak tahu cara mengungkapkannya. Orang tua haruslah
waspada menghadapi anak yang selalu mengalami temper tantrum atau suka merajuk.
Karena bisa jadi, pola asuh atau kondisi lingkungan sekitar si anaklah menjadi
pemicunya. Timbunan emosi negatif ini yang berpotensi memunculkan perilaku
mengganggu tersebut. Bisa juga terjadi apabila anak merasa tak mampu dan tidak
berani melawan kehendak orang tuanya, sementara dia sendiri harus selalu
menuruti perintah orang tuanya. Pada suatu waktu, emosi yang dipendam ini akan
meledak hebat.
F.
Prognosis Kasus
Bagaimana cara saya
menangani anak yang suka mengamuk ataupun merajuk? Membujuk atau memukul? Kalau dipukul, bisa jadi dia berhenti merajuk atau makin
parah merajuknya. Kalau dibujuk sampai bingung bagaimana agar anak mau dibujuk,
meskipun sudah dibujuk anak akan merajuk lagi. Itulah yang selalu dialami
kebanyakan orang tua tentang anak-anaknya. Kadang pusing kepala memikirkan cara
bagaimana menangani anak yang sedang merajuk, berikut langkah awal yang
dilakukan untuk menangani anak yang suka merajuk, sbb:
1. Hindarkan dari anak merajuk
Sepatutnya kita
hindari anak kita dari merajuk sebelum dia mula merajuk. Maksudnya, coba penuhi
segala kemauan anak kita. Apa yang dia mau, apa yang dia minta dan apa yang dia
maksudnkan. Dengan cara itu kita dapat menghindarkan dia dari merajuk.
2. Coba kenali puncak anak merajuk
Seandainya anak
sedang merajuk, coba selidiki apa yang menjadi penyebab anak merajuk. Tanyakan
anak anda dengan nada lembut dan kasih sayang. Jangan sekali bertanya dengan
kasar atau dengan nada pelan. Anak kita sudah boleh memahami apa yang kita
maksudkan.
3. Bujuk anak yang sedang merajuk
Bujuklah anak anda
yang sedang merajuk dengan sebaik-baik bujukan. Hindarkan anda dari kemarahan
pada anak, menghukum atau memukul- anak anda karena hal ini akan menambah lagi
tantrumnya. Bila tidak teratasi, maka
akan menimbulkan trauma bagi anak.
4. Sudah dibujuk tetapi masih merajuk lagi
Jika kita sudah memujuk tetapi anak masih
lagi merajuk dan biarkan dia sendiri menghilangkan tantrumnya. Seperti orang
dewasa, kanak-kanak juga memerlukan masa untuk bersendiri demi menenangkan diri
sendiri. Jika dia berada di dalam rumah, biarkan dia menghilangkan tantrumnya.
Mungkin 5 hingga 10 menit. Selepas itu barulah dibujuk semula.
5. Anak tetap berkeras dan masih merajuk
Jika sudah sampai
ke tahap ini anak masih merajuk, coba minta orang lain untuk merajuk anak anda,
saya, istri bapaknya, kakak atau siapa saja yang anak senangi.
Jika semua cara
masih juga tidak berkesan, tidak salah jika kita menggunakan sedikit kekerasan.
Bukannya hendak menakut-nakutkan anak , Cuma sekadar mengajar. Apabila
merajuknya sudah reda, kita bisa terangkan pada anak tersebut mengapa kita
sedikit keras dan memberi pemahaman agar anak sadar akan kesalahannya.
TERAPI PADA ANAK TANTRUM
Terapi pada anak tantrum biasanya saya gunakan pendekatan behavioristik.
Hal ini karena seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya bahwa temper tantrum
ini merupakan perwujudan ekspresi emosi yang diwujudkan melalui tingkah laku
seperti mengamuk, menangis, berteriak, dsb.
Riwayat Penulis
Dr. (Cand). Faisal
Rachmat, S.Psi.,MA. Lahir di Jakarta, 03 Desember 1983, Alumni
Madrasah Ibtidaiyah angkatan 1996, Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta angktan
1999, SMAN 29 Jakarta angkatan 2002, Fakultas Psikologi UIN Jakarta angkatan
2006. Beliau terdaftar di PD Dikti tahun 2020 sebagai Dosen Tetap dalam Prodi
Bimbingan Konseling Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Ummul Qura Al-Islam,Lewiliang, Bogor Barat. Prestasi Beliau adalah pernah
menjadi Narasumber di workshop Internasional pada mata kuliah Kurikulum Paud di
Program Doktor PAUD Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta tahun 2017.
Beliau
adalah Lulusan Master Of Arts Psychology di Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta
tahun 2010, beliau juga tercatat sebagai Mahasiswa S3 PAUD Universitas Negeri
Jakarta yang sekarang masih menyelesaikan desertasi PAUD dan pengalaman bekerja
beliau sebagai dosen di bidang Psikologi Organisasi, Psikologi
Komunikasi, Psikologi Jurnalistik, Psikologi Pendidikan, Psikologi Kebidanan,
Psikologi Kreativitas Anak Berbakat, Psikologi Keperawatan, Psikologi konsumen,
Statistik Dasar, Metode Penelitian Kuantitatif dan Psikologi Konseling pada
sejumlah kampus swasta ternama Seperti Universitas Gunadarma, Univ. Nasional,
Univ. Tarumanegara, Univ. Mercubuana dan Univ. Al-azhar Indonesia mulai dari
tahun 2010 s.d 2019. Saat ini Beliau mengampu sejumlah mata kuliah bidang
Psikologi dan Bimbingan Konseling Islam diantaranya Psikologi Pendidikan,
Psikologi Umum, Psikologi Perkembangan, Psikologi Abnormal, Psikologi
Kepribadian, Pengantar Ilmu BKI, Konseling AUD, Patologi Sosial, Psikoterapi
Islam, Manajemen Pelayanan BKI, Konseling Lintas Budaya dan Rehabilitasi
Sosial. Selain mengajar mahasiswa, beliau juga membimbing skripsi Mahasiswa
BKI, Konselor PABKI 2020-2025 dan Sekjen Pusat Literasi Komunikasi
Media-Fakultas Dakwah Komunikasi IUQI Periode 2021-2023.
Di bidang lain, sejak 2018-2020, beliau pernah menjabat General Manager di PT. Insan Solusi
Integrasi Cabang Depok, Jabar-Pamulang,Tangsel. Selain itu Beliau juga pernah
bekerja sebagai Konsultan Kurikulum di Yayasan Arafah Nusantara yang menaungi
Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah Pertama dan Pendidikan Menengah Atas pada
tahun 2018-2019. Seiring beliau mengajar di IUQI (Institut Ummul Qura
Al-Islam), beliau juga membantu dalam menangani Bakat-Minat siswa-siswi SMA
Nusantara Plus, Tangerang Selatan sebagai Konselor.
Adapun prestasi Lain yang beliau ukir selama berprofesi sebagai dosen
adalah Penulis Jurnal Anak Berkebutuhan Khusus yang berjudul” Brain Dissorders
and The Ability of Academic” dalam Journal of Educational Science and
Technology Volume 3 Nomor 2 Agustus 2017 Hal. 122- 128 p-ISSN:2460-1497 dan
e-ISSN: 2477-3840 yang dibaca sekitar
1500 orang pada tahun 2017-2018 dari peneliti berbagai Negara.