Peran Bahasa dalam Meminimalisasi Emosional Anak Tantrum

Penulis: Dr. (Cand). Faisal Rachmat, S.PSi., M.A.

Dibaca: 244 kali

Dr. (Cand). Faisal Rachmat, S.PSi., M.A.

Oleh Dr. (Cand). Faisal Rachmat, S.PSi., M.A.

(Dosen Prodi Bimbingan Konseling Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Ummul Qura Al-Islam Bogor)

 

Peran bahasa sangat penting dalam meminimalisasi perilaku emosional anak tantrum. Peran bahasa yang dimaksud di sini adalah substansi bahasa secara halus sehingga anak lebih mudah memahami bahasa yang orang tua ataupun pengasuhnya ucapkan. Substansi bahasa meliputi morphemes (kalimat dan kosakata)  dan phonemes (bunyi bahasa lisan dan pemaknaan). Dengan adanya kalimat sederhana dan ekspresi yang halus, maka anak dapat memahami perkataan orang tua maupun pengasuhnya. Contoh: “Jangan panjat-panjat tralis jendela ya nak, nanti jatuh dan luka kakinya sehingga harus dirawat di RS serta kasihan ayah bunda gak bisa kerja karena tunggui hafidz di RS.” Hal ini dapat meminimalisasi temper tantrum secara berkala. Contoh lainnya, ”tolong ambil gelas pelan-pelan di atas meja makan ya nak, jangan sampai jatuh gelasnya.” Contoh tersebut mengandung makna yang mudah dipahami oleh anak tantrum.

Seiring perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa, anak mulai mengenali emosi-emosi dasar, yaitu senang, sedih, takut, kaget, marah, dan jijik. Emosi yang ditunjukkan oleh orang lain lewat ekspresi wajah, bahasa tubuh dan kata-kata juga ditangkap oleh anak dan menjadi semacam petunjuk untuk bertingkah laku. Contohnya, saat melihat anak lain menangis, ada anak yang mengusap-ngusap tangan anak itu sambil berkata, “Jangan sedih, jangan nangis.” Anak juga tahu kalau orang tuanya marah karena orang tuanya berbicara dengan suara keras, intonasi (nada suara) tinggi, dan ekspresi wajah cemberut atau setelah pulang liburan anak bercerita kepada gurunya di sekolah, “aku senang banget kemaren jalan-jalan ke Anyer (pantai)”. 

C. Analisis Kasus

Nama Anak: H J R

Umur Anak: 4 Tahun

Alamat tinggal: Jl. Raya Citayam.

HJR adalah anak tunggal laki-laki dalam keluarganya, dan keseharian HJR bersama pengasuhnya yang bernama Ummi. Orang tuanya HJR keduanya sibuk bekerja, terutama bundanya yang hampir tiap malam pulangnya dan berangkat kerja sebelum HJR bangun tidur. Hal ini yang membuat HJR kesepian dengan bermain dengan pengasuhnya di rumah. HJR  juga tidak diperkenankan bermain di luar rumah sehingga sikap sosialnya kurang peka terhadap teman-teman sebayanya. Orang tuanya HJR melarang bermain di luar karena HJR sulit mengendalikan perilaku emosionalnya. Pernah suatu ketika HJR bermain dengan teman sebayanya, ia memukuli temannya saat temannya tidak mau diajak bercanda dan meminjamkan mainan temannya kepada HJR. Hal ini yang membuat temennya HJR takut bermain dengan HJR dikarenakan HJR memiliki emosional yang tak terkendali. Begitu juga di dalam rumah, HJR sering kali membuat pengasuhnya histeris saat HJR  melompat-lompat dari kursi dan memanjat tralis jendela rumah.

Setiap kali HJR minta sesuatu pasti diturutinya oleh pengasuh maupun orang tuanya, sebab jika tidak ditrut keinginannya pasti dia mengamuk dan kadang membuang benda-benda yang ada di sekitarnya.

D. Sintesis Kasus

Mengamuk (tantrum) dan merajuk adalah cara anak-anak menyatakan ketidakpuasan hatinya. Tantrum adalah ekspresi keluar sementara merajuk ke dalam diri. Apa yang mereka perlukan semasa itu ialah diyakinkan bahwa Anda sebagai orang tuanya menyayanginya. Namun, jangan pula termasuk jerat yaitu mengikut sahaja kehendak mereka demi membujuk mereka. Boleh bujuk, tapi tetap tegas dengan prinsip dan nilai. Jangan juga karena mau membujuk dan menghentikan dia daripada membuang benda-benda sekitarnya ingin memiliki barang, saya beli saja barang itu, walaupun pada awalnya saya katakan tidak boleh. Jika Anda bertindak begitu, anak-anak yang kecil ini menyangka inilah cara untuk mendapat barang yang Anda katakan tak boleh itu daripada saya membolehkannya. Nampak susah, itulah sebabnya para orang tua mengambil jalan singkat memukul anak dan memarahinya secara berlebihan supaya anak menjadi takut. Apa yang tidak disadari oleh orang tua menimbulkan kesan jangka panjang yang akan dirasakan anak, ia akan menjadi seorang pendendam dan terbawa ketika dewasa.

E. Diagnosis Kasus

Banyak faktor yang menyebabkan anak merajuk atau mengamuk (tantrum), salah satunya karena si anak menyimpan berbagai rasa kecewa yang menumpuk lama, hanya terpendam dalam hati karena si anak tak kuasa dan tak tahu cara mengungkapkannya. Orang tua haruslah waspada menghadapi anak yang selalu mengalami temper tantrum atau suka merajuk. Karena bisa jadi, pola asuh atau kondisi lingkungan sekitar si anaklah menjadi pemicunya. Timbunan emosi negatif ini yang berpotensi memunculkan perilaku mengganggu tersebut. Bisa juga terjadi apabila anak merasa tak mampu dan tidak berani melawan kehendak orang tuanya, sementara dia sendiri harus selalu menuruti perintah orang tuanya. Pada suatu waktu, emosi yang dipendam ini akan meledak hebat.

F. Prognosis Kasus

Bagaimana cara saya menangani anak yang suka mengamuk ataupun merajuk? Membujuk atau memukul? Kalau dipukul, bisa jadi dia berhenti merajuk atau makin parah merajuknya. Kalau dibujuk sampai bingung bagaimana agar anak mau dibujuk, meskipun sudah dibujuk anak akan merajuk lagi. Itulah yang selalu dialami kebanyakan orang tua tentang anak-anaknya. Kadang pusing kepala memikirkan cara bagaimana menangani anak yang sedang merajuk, berikut langkah awal yang dilakukan untuk menangani anak yang suka merajuk, sbb:

1.         Hindarkan dari anak merajuk

Sepatutnya kita hindari anak kita dari merajuk sebelum dia mula merajuk. Maksudnya, coba penuhi segala kemauan anak kita. Apa yang dia mau, apa yang dia minta dan apa yang dia maksudnkan. Dengan cara itu kita dapat menghindarkan dia dari merajuk.

2.         Coba kenali puncak anak merajuk

Seandainya anak sedang merajuk, coba selidiki apa yang menjadi penyebab anak merajuk. Tanyakan anak anda dengan nada lembut dan kasih sayang. Jangan sekali bertanya dengan kasar atau dengan nada pelan. Anak kita sudah boleh memahami apa yang kita maksudkan.

3.         Bujuk anak yang sedang merajuk

Bujuklah anak anda yang sedang merajuk dengan sebaik-baik bujukan. Hindarkan anda dari kemarahan pada anak, menghukum atau memukul- anak anda karena hal ini akan menambah lagi tantrumnya. Bila  tidak teratasi, maka akan menimbulkan trauma bagi anak.

4.         Sudah dibujuk tetapi masih merajuk lagi

Jika kita sudah memujuk tetapi anak masih lagi merajuk dan biarkan dia sendiri menghilangkan tantrumnya. Seperti orang dewasa, kanak-kanak juga memerlukan masa untuk bersendiri demi menenangkan diri sendiri. Jika dia berada di dalam rumah, biarkan dia menghilangkan tantrumnya. Mungkin 5 hingga 10 menit. Selepas itu barulah dibujuk semula.

5.         Anak tetap berkeras dan masih merajuk

Jika sudah sampai ke tahap ini anak masih merajuk, coba minta orang lain untuk merajuk anak anda, saya, istri bapaknya, kakak atau siapa saja yang anak senangi.

Jika semua cara masih juga tidak berkesan, tidak salah jika kita menggunakan sedikit kekerasan. Bukannya hendak menakut-nakutkan anak , Cuma sekadar mengajar. Apabila merajuknya sudah reda, kita bisa terangkan pada anak tersebut mengapa kita sedikit keras dan memberi pemahaman agar anak sadar akan kesalahannya.

TERAPI PADA ANAK TANTRUM

Terapi pada anak tantrum biasanya saya gunakan pendekatan behavioristik. Hal ini karena seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya bahwa temper tantrum ini merupakan perwujudan ekspresi emosi yang diwujudkan melalui tingkah laku seperti mengamuk, menangis, berteriak, dsb.

 

Riwayat Penulis

Dr. (Cand). Faisal Rachmat, S.Psi.,MA. Lahir di Jakarta, 03 Desember 1983, Alumni Madrasah Ibtidaiyah angkatan 1996, Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta angktan 1999, SMAN 29 Jakarta angkatan 2002, Fakultas Psikologi UIN Jakarta angkatan 2006. Beliau terdaftar di PD Dikti tahun 2020 sebagai Dosen Tetap dalam Prodi Bimbingan Konseling Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Ummul Qura Al-Islam,Lewiliang, Bogor Barat. Prestasi Beliau adalah pernah menjadi Narasumber di workshop Internasional pada mata kuliah Kurikulum Paud di Program Doktor PAUD Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta tahun 2017. Beliau adalah Lulusan Master Of Arts Psychology di Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta tahun 2010, beliau juga tercatat sebagai Mahasiswa S3 PAUD Universitas Negeri Jakarta yang sekarang masih menyelesaikan desertasi PAUD dan pengalaman bekerja beliau sebagai dosen di bidang Psikologi Organisasi, Psikologi Komunikasi, Psikologi Jurnalistik, Psikologi Pendidikan, Psikologi Kebidanan, Psikologi Kreativitas Anak Berbakat, Psikologi Keperawatan, Psikologi konsumen, Statistik Dasar, Metode Penelitian Kuantitatif dan Psikologi Konseling pada sejumlah kampus swasta ternama Seperti Universitas Gunadarma, Univ. Nasional, Univ. Tarumanegara, Univ. Mercubuana dan Univ. Al-azhar Indonesia mulai dari tahun 2010 s.d 2019. Saat ini Beliau mengampu sejumlah mata kuliah bidang Psikologi dan Bimbingan Konseling Islam diantaranya Psikologi Pendidikan, Psikologi Umum, Psikologi Perkembangan, Psikologi Abnormal, Psikologi Kepribadian, Pengantar Ilmu BKI, Konseling AUD, Patologi Sosial, Psikoterapi Islam, Manajemen Pelayanan BKI, Konseling Lintas Budaya dan Rehabilitasi Sosial. Selain mengajar mahasiswa, beliau juga membimbing skripsi Mahasiswa BKI, Konselor PABKI 2020-2025 dan Sekjen Pusat Literasi Komunikasi Media-Fakultas Dakwah Komunikasi IUQI Periode 2021-2023.

Di bidang lain, sejak 2018-2020, beliau pernah  menjabat General Manager di PT. Insan Solusi Integrasi Cabang Depok, Jabar-Pamulang,Tangsel. Selain itu Beliau juga pernah bekerja sebagai Konsultan Kurikulum di Yayasan Arafah Nusantara yang menaungi Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah Pertama dan Pendidikan Menengah Atas pada tahun 2018-2019. Seiring beliau mengajar di IUQI (Institut Ummul Qura Al-Islam), beliau juga membantu dalam menangani Bakat-Minat siswa-siswi SMA Nusantara Plus, Tangerang Selatan sebagai Konselor.

Adapun prestasi Lain yang beliau ukir selama berprofesi sebagai dosen adalah Penulis Jurnal Anak Berkebutuhan Khusus yang berjudul” Brain Dissorders and The Ability of Academic” dalam Journal of Educational Science and Technology Volume 3 Nomor 2 Agustus 2017 Hal. 122- 128 p-ISSN:2460-1497 dan e-ISSN: 2477-3840 yang dibaca sekitar 1500 orang pada tahun 2017-2018 dari peneliti berbagai Negara. 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...