Penulis: Dr Uhar Saputra
Dr Uhar Saputra
Oleh Dr Uhar Saputra
(Komunitas Aksi Cinta Indonesia/KACI Kab Kuningan)
Di dunia barat maupun dunia timur pemikiran-pemikiran manusia terus
berkembang dengan fokus dan penekanannya
masing-masing.
Sejak lahirnya agama Kristen,
pemikiran di barat terpengaruh oleh ajaran ajaran agama. Upaya untuk memadukan
pemikiran barat, Yunani cukup dominan yang melahirkan pemikir-pemikir dengan basis agama
dalam melihat dan mengkaji pemikiran pemikiran barat. Dinamika juga terjadi
antara agama Kristen dengan kondisi
sosial budaya Romawi yang telah mengalami kemajuan dalam bidang materi (budaya
material) meskipun aspek spiritual, dengan keyakinan Animisme
tetap kuat dalam kehudupan masyarakat, namun secara kebudayaan Romawi cukup
maju dalam mengelola kekuasaan, ditambah budaya tulis serta kemampuan dalam mengelola kekuasaan, yang pada tahun 456 SM, mulai berlaku undang-undang
tertulis pertama di Romawi The Law of The Twelve Tables. Dalam aspek spiritual, masyarakat
Romawi menyembah berhala hingga kedatangan agama Nasrani yang pada akhirnya berhasil
menggantikan posisi agama pagan. Meskipun hal tersebut terjadi setelah konflik keduanya
berlangsung selama lebih dari 3 abad.
Di dunia barat kebudayaan
dan pemikiran2 terus berkembang dlm naungan kerajaan Romawi yg sampai ke masa Nabi
Isa telah mengalami tranformasi ke bentuk
republik kemudian kekaisaran. Pemikiran2 Yunani banyak berpengaruh dalam budaya
romawi, karena umumnya kurang berkembang pemikir2 dari masyarakat Romawi. Namun
dalam kebudayaan material perkembangannya cepat dan luar biasa, berbagai peninggalan
monumental terjadi pd masa ini disamping peninggalan budaya yg masih dirasakan dewasa
ini (nama2 bulan merujuk pd kekuasaan dan budaya Romawi). Kebudayaan Romawi merupakan
hasil perpaduan dari kebudayaan Yunani dan Etrusia, tanpa ada unsur-unsur dari kebudayaan
Romawi sendiri. Orang Romawi bukanlah "man of theory" tapi "man of
practice" sehingga dalam lapangan ilmu pengetahuan, bangsa Romawi bukanlah
pencipta teori-teori, tetapi pelaksana teori yang telah ada sejak zaman Yunani.
Masa Octavianus merupakan masa penyempurnaan seni dan budaya Romawi. Pengaruh budaya
Yunani mulai masuk dengan kuatnya sejak tahun 146 SM bersamaan dengan usaha bangsa
Romawi melakukan penaklukan di Laut Tengah. Selama kekuasaan Romawi, seni Romawi
disebarkan ke Eropa dan sekitar Laut Tengah, dan ini tentu saja berefek pada pola
dan tujuan pendidikan masyarakat.
Masyarakat Romawi selalu
menciptakan karya teknik bangunan yang menggumkan, seperti bangunan saluran air
(aquaduct), jembatan, gedung besar untuk balai pertemuan dan pasar, bangunan
untuk olah raga dan pentas seni (thermen, theater, amphitheater). Selain
bangunan di atas, juga terdapat bangunan tuk kegiatan spirituil seperti kuil untuk persemayaman dewa. Mereka juga
ahli pembuatan patung terutama patung setangah dada atau potret. Bentuk wajah
dibuat dengan sangat teliti, sedangkan tubuh dan lainnya lebih sederhana.
Keahlian ini merupakan kebiasaan keluarga-keluarga terkemuka bangsa Romawi yang
senang membuat patung nenek moyang dalam jumlah banyak dan sangat teliti.
Biasanya patung nenak moyang disimpan di rumah dan ditempatkan dalam satu
ruangan khusus yang disebut Atrium yang dilengkapi dengan altar.Bangsa Romawi
juga senang pada keindahan rumahnya dengan cara melukis pemandangan alam dan
bangunan-bangunan rumah yang seolah-olah terlihat dari jendela. Kegiatan
melukis pada dinding-dinding rumah yang dilakukan oleh orang-orang Romawi yg
meniru kebiasaan bangsa Yunani. Perubahan ketatanegaraan Romawi dari republik
ke bentuk kekaisaran berefek kedalam bidang seni, apabila pada masa republik
pendukung seni budaya dilakukan oleh para bangsawan, setelah menjadi
kekaisaran, yang mendukung seni budaya adalah golongan istana. Sejak kaisar
Agustus, seni budaya lebih cenderung menjadi seni kuno yang berkiblat pada
Yunani. Setiap kaisar yang berkuasa di Romawi terbiasa meninggalkan berupa
bangunan monument sebagai sarana untuk menunjukan jasanya kepada negara. Semua
itu menunjukan bahwa perkembangan budaya materil sangat menonjol dan ini tentu
saja diiringi. dengan Pendidikan yg juga tak hanya berdimensi spiritual berdasarkan
keyakinan2 dan dan kemudian Agama (Kristen), namun juga budaya material makin
dominan, sehingga belajar tak hanya bicara bagaimana orang jadi baik dan etis
tapi juga bagaimana orang bisa fungsional dalam kehidupan masyarakat sehari
hari pd saat itu. Ketrampilan dlm kehidupan dunia materil menjadi bagian yg
diwariskan (di-didik-kan, diajarkan) kepada generasi penerusnya, meskipun seiring
berjalannya waktu dominasi fungsional budaya material makin menguat, sampai
akhirnya ada interupsi dari kehadiran Nabi Isa dengan ajaran Agama Kristennya.
Meskipun pengaruh
pemikir2 Yunani dalam masyarakat Romawi cukup dominan, namun peradaban materilnya
tetap menjadi hal yg meluas dimasyarakat, konflik dan perluasan wilayah menjadi
stimulus bagi masyarakat untuk terus mengembagkan dan meningkatkan budaya dan
peradaban yg dapat memperkuat integrasi kekuasaan romawi, dan ini menjadikan
pendidikan juga diarahkan pada upaya penguatan itu. Membangun masyarakat yg
kuat dg kekesatriaan, kegagahan menjadi bagian menonjol dalam pendidikan,
meskipun tak abai pada nilai etika (tak jadi yg utama). Sehingga orientasi
tujuan bendidikan cenderung lebih materil duniawi. Menjelang kelahiran Nabi Isa
kondisi kekaisaran secara umum dlm konsusi stabil dg budaya, peradaban yg
tinggi, kaisar Octavianus Agustus merupakan kaisar Romawi, dia memberikan
kekuasaan untuk daerah Yudea (Yahudi) pd Herodos, meski kemudian diambil dan
diintegrasikan kembali pada kekaisaran Romawii. Pada masi ini Nabi Isa lahir sebagai pembawa
agama baru pelanjut Agama, ajaran yg dibawa Nabi Musa. Secara sosiologis tentu
ini merupakan tantangan bagi masyarakat yg sudah memiliki budaya materil dan
peradaban tinggi, meski secara teologis ideologis tentu tak terlalu menohok
karena apa yg dikatakan dlm doktrin Kristen "Render unto caisar what is
caesars, and render unto God whats God's", menunjukan upaya harmoni
politis ideologis sehingga tak perlu menjadi ancaman bagi legitimasi
Kekaisaran. Pendidikan, pengajaran yg dilakukan Nabi Isa dengan mendatangi
orang orang untuk menyampaikan wahyu Tuhan. Dlm berbagai tantangan dan
kesulitan yg dihadapinya da'wah terus dilakukan mengajak manusia kembali ke
jalan Tuhan, dan itu terus berlangsung sampai pada akhirnya mendapat hukuman
kekuasaan karena dianggap mengganggu stabilitas budaya dan peradaban yg telah
mapan.
Sepeninggal Nabi Isa,
pendidikan agama kristen ke masyarakat terus berjalan yg dilakukan para
muridnya. Awalnya, kedatangan agama baru ini bisa ditoleransi oleh orang
Romawi. Namun pada perkembangan selanjutnya, orang Romawi mulai khawatir akan
penyebaran agama Kristen yang begitu cepatnya. Mereka mengkhawatirkan agama ini
akan memecahbelah persatuan bangsa Romawi. Kondisi itu mendorong terjadinya
penganiayaan terhadap penganut Kekristenan, hingga, keadaan ini berubah ketika
Konstantinus (280-337 Masehi), yang memeluk agama Kristen, berkuasa. Di bawah
kepemimpinannya, agama yang awalnya ditentang ini, mulai diterima dan bahkan
dikembangkan, bahkan selanjutnya Kaisar menetapkan agama Kristen sebagai agama
negara di seluruh pemerintahan Kekaisaran Romawi. Karena kebijakan itulah,
agama Kristen mulai tersebar bahkan
menjadi dominan di seluruh Eropa, karena ketika itu, Romawi menguasai hampir
seluruh daratan Eropa. Dg makin berkembangnya agama kristen, pendidikan
masyarakat mendapat spirit baru. Ketika ajaran2 filsafat stoa ttg etika dan
Plotinus ttg emanasi sebagai pengembangan ajaran pemikiran Yunani, maka ajaran
Kristen pun menjadikan pemikiran mereka sebagai bagian dari argumen yg
memperkuat akan kebenaran agama nasrani. Hal ini tentu saja pendidikannya
cenderung elitis dan intekektualistis sehingga tak semua orang dg mudah dapat
mengikutinya, sementara pendidikan keduniawiaan terus berjalan maka ajaran
praktis etika kristen menhadi spirit utama pendidikan di masyarakat. Gereja2
menjadi tempat pendidikan yg kuat dlm masyarakat, dan tak menjadi konflik ide
yg signifikan mengingat pemikir2 yg umumnya akhli agama telah berusaha
mendamaikan ajaran2nya dg pemikiran filsafat yunani yg relevan. Mendidik orang
jadi baik secara moral tak perlu lagi cape dg pemiran filsafat, tapi dg
keyakinan dan penerimaan ajaran kristen manusia dpt mudah tahu dan faham baik
dan kebaikan etika dlm hidup, kalau pake bahasa Saint Agustine, filsafat
"I undersrand in order to believe", maka agama kristen cukup dengan
"I believe in order to understand", lebih mudah dan praktis.
Secara Normati
Pendidikan merupakan suatu kewajiban masyarakat dlm mempertahankan.dan
melanjutkan kehidupan yg baik beretika baik pada Tuhan maupun pada sesama
makhluk (manusia, alam semesta). Membina keahlian dan watak manusia serta
membebaskan manusia dari ketergantungan dari sesuatu atau seseorang agara menjadi manusia yang bertanggungjawab,
mandiri dan mempunyai tujuan tujuan hidup yang jelas. Keluarga bertanggungjawab
menanamkan dasar-dasar moral. Ayah dan ibu adalah figur yang akan diteladani
dalam perkataaan, sikap dan perbuatan (Amsal 4:4, dlm Sis Kumianto, 2006).
Keluarga merupakan wadah pendidikan utama dan pertama. Keluarga seharusnya
menjadi peletak dasar agama yang kokoh, keluarga harus berfungsi sebagai
komunitas atau lingkungan iman Kristen yang dapat mengarahkan anak ke dalam
kehidupan yang percaya kepada Kristus atau memiliki nilai-nilai Kristiani dalam
dirinya. Alkitab memberikan contoh orangtua yang berhasil mendidik anak : 1)
Yosua mengambil keputusan memimpin seluruh keluarganya untuk menyembah Tuhan
(Yos 24:15). 2) Hana, menyerahkan Samuel ke asuhan imam Eli ( 1 Samuel
1:20-28). 3) Maria dan Yusuf mendidik
Yesus dalam tradisi dan hukum Yahudi (Matius 12:46-50). 4) Naomi, berhasil
memberi teladan kepada Rut (Rut 1:16-17; Matius 1:5). 5) Eunike membesarkan
Timotius dalam imam kepada Kristus (2 Timotius 1:5). Tugas orangtua dalam
melaksanakan fungsi sosialisasi dan edukasi: 1)
Ulangan 6:1-9. Perintah Tuhan kepada orangtua menandung makna
sosialisasi dan edukasi. Sosialisasi : Allah memerintahkan orangtua agar
membangun komunikasi dengan anak-anaknya dalam segala situasi dan setiap waktu.
Edukasi : Allah memerintahkan orangtua
untuk mengajarkan dan membicarakan tentang Tuhan yang penuh kasih. 2) Efesus 6:1-4. Anak anak berkewajiban mentaati
orangtuanya, sebab itu merupakan perintah Tuhan. Orangtua harus mendidik
anak-anaknya “di dalam ajaran dan nasehat Tuhan.” 3) Amsal 22:6, menegaskan
pentingnya mendidik orang muda menurut jalan yang patut baginya.
Dlm ajaran kristen, Nabi
Sulaiman (Salomo) juga menjadi referensi dalam bidang pendidikan. Kitab Amsal
dipenuhi dengan pengajaran-pengajaran yang diberikan oleh Salomo kepada
anak-anaknya. Anak-anaknya diperintahkan untuk belajar dari pengajaran ini.
Hasil dari penerapan pengetahuan yang telah dipelajari disebut sebagai hikmat.
Alkitab berbicara banyak tentang proses pendidikan, dan itu dimulai dengan
orang tua dan anak. Pendidikan harus menjadi konsern utama dlm pendidikan anak
anak nya, dan itu berarti pelaksanaan ajaran agama oleh orang tua jadi
prasyarat bagi efektif dan baiknya pendidikan anak anaknya, hal ini secara
tersirat menunjukan prinsip belajar sosial melalui modelling dlm bentuk
keteladanan. Perintah Alkitab bagi orang tua adalah mendidik anak-anak mereka
di dalam Allah (Ef 6:4). Kata Yunani paideia ("mendidik") memiliki
makna terkait pelatihan, pendidikan, pengajaran dan disiplin. Ketika anak-anak
belajar tentang Allah, mereka diberi kesempatan untuk menghormati orang tua
mereka dengan bijak. Dasar dari rasa hormat itu adalah dg adanya proses yang
berkelanjutan dari pendidikan dan penerapan apa yang mereka telah pelajari itu.
Salomo menyatakan kalau dasar dari semua pengetahuan yang benar adalah “takut
akan Allah” (Ams 1:7) dalam makin gentar
akan kekudusan dan keagungan Allah sehingga timbul keengganan untuk
mengecewakan atau tidak menaati-Nya. Nabi ISA berkata bahwa ketika kita
mengetahui kebenaran, maka kebenaran akan memerdekakan kita (Yoh 8:32).
Kebebasan dari rasa takut ini ketika seseorang terdidik di dalam Kebenaran.
Manusia harus mendidik diri sendiri di dalam Firman Allah. Ketika orang memperoleh
pengetahuan spiritual, maka akan dapat menerapkan pengetahuan itu dalam
kehidupan kita. Termasuk untuk menyerahkan diri kita kepada-Nya dan menggunakan
pengetahuan tentang kebenaran ini untuk melayani Allah dalam roh dan kebenaran
(Rm 6:11-13). Dlm konteks ini pendidikan merupakan penjelasan ttg dan menuju
jalan Tuhan dg kebenaran.
Budaya dan peradaban
Romawi yg berat ke duniawi, materialistis, serta dipengaruhi oleh pemikiran
yunani mendapat tantangan tambahan dari
kehadiran agama kristen, karena sebelumnya juga terdapat suatu interupsi dari
agama yahudi yg beberapa tokohnya telah mencoba mendamaikan ajaran Yahudi dg
filsafat yunani seperti yg dilakukan PHILO (20 SM-45 M). Philo berasal dari
keluarga Yahudi. Ia teman sejaman Paulus, yang mendamaikan agama yahudi dengan
filsafat yunani. Dia memakai filsafat dalam untuk memberi suatu dasar pikiran
pertahanan bagi agama; sebenarnya dialah 'ahli teologi pertama', dan filsafat
adalah penting baginya pertama-tama sebagai pembantu bagi teologi. Motivasi usahanya
ini tidak dapat dilihat hanya dalam kegiatannya memberitakan, mengajarkan agama Yahudi, yang umum terdapat pada orang
Yahudi pada masa itu, tapi dalam pengalaman mistiknya tentang kenyataan
tuhannya tentang itu ditulisnya secara menggugah hati dalam beberapa karyanya
njadi pusat dalam pengertiannya, Pemikiran tang alam semesta maupun tentang
pengalaman agama ialah pikiran tentang “Logos” (kata, firman, kalam), sebagai
salah satu pemikiran Philo yang paling menonjol, dan menjadi subject matters
dlm peemikiran pendidikannya.
Disamping Philo, dlm
perkembangan awal agama kristen, terdapat dua jalan yg masing2 berkembang dlm
jalurnya yaitu pendidikan umum Basis budaya Romawi, dan pendidikan agama
Kristen (sebagian kecil yahudi seperti Philo). Seolah ada dua dunia tg satu
material duniawi dan yg satu spiritual agamawi, namun seiring berjalannya waktu
terjadi juga konflik pengaruh dlm masyarakat, seperti yg dialami oleh CLEMENS
(150 M-215 M), seorang Guru Agama di Iskandaria yg dikejar oleh Kuasa Sevtimius
Severus, sampai dia harus melarikan diri. Sebagai Pendidik Kristen, CLEMENS
berupaya untuk mendamaikan ajaran Yunani dg Kristen dg cara: 1) menarik garis
batas tegas antara ajaran kristen dg filsafat Yunani, dan 2) menjelaskan agama
kristen dg bantuan pemikiran filsafat Yunani. Hal ini dimaksudkan agar ada
kejelasan tak campur aduk antara mana yg agama wahyu dan mana hasil pemikiran
manusia (Filsafat Yunani). Dg cara ini Pendudikan yg dilakukan dpt menyampaikan
ajaran kristen pd yg memandang tinggi filsafat (kadang menganggapnya agama),
dan memperkuat orang kristen dg keyakinan wahyu yg diperkuat argumen filsafat
yunani. Jadi Filsafat yunani dapat dipandang langkah awal persiapan menuju iman
kristiani, dan bagi orang kristen filsafat jadi instrumen berfikir untuk
mempertahankan keyakinan dan kepercayaan kristen.
Pergulatan pemikiran di
kalangan penganut Kristen dg pemikiran filsafat yunani yg telah menjiwai budaya
romawi menggambarkan suatu dinamika dialektika yg dlm kontek dialektika bisa
disebutkan antara filsafat yunani (Tesa) dg
Ajaran Wahyu Kristen(Antitesa) menuju suatu sintesa dlm pola penerimaan
filsafat yunani dlm memperkuat argumen keyakinan kristen. Menjelang akhir hidup Clemen (setelah Clemen meninggal,
Kepala Sekolah guru sekaligus Guru agama kristen digantikan oleh ORIGENES/150
M- 254 M), seorang Tokoh Pemikir non Yunani yg dipandang sebagai Aliran Plato
baru (NeoPlatonisme) Lahir, dia adalah
PLOTINUS (204 M-270 M), lahir di Mesir. Pemikirannya lebih mengacu pd idealisme
plato, namun dia memandang bahwa Tuhan sebagai pusat kehidupan dan makhluk2 di
alam semesta adalah pelimpahan, pemancaran (Emanasi) dari Tuhan yg Esa. Meski
tak secara jelas terkait dg filosofisasi ajaran Kristen, namun Pemikiran
Plotinus dipandang lebih dekat pada ajaran Kristen. Pada saat ini pendidikan,
pembelajaran berpusat pada tempat2 ibadah, dengan fokus pemikiran pada
substansi apa yg harus di didikan, diajarkan, pembicaraan ttg cara lebih pada
kebiasaan alami untuk keluarga (pewarisan), dan diskusi indoktrinasi untuk
keyakinan Agama, dan itu teus berlangsung sampai abad pertengahan bahkan pd
masa renesans.
Diantara yang menduduki
posisi penting dlm pemikiran kristiani adalah AURELIUS AUGUSTINUS (354 M-430
M). Dia adalah filsuf kristen sekaligus Guru yg luar biasa dalam menjelaskan
ajaran2 kristen dg tetap memanfaatkan argumen berfikir filisofis yg relevan yg
dapat memperkuat keyakinan serta membenarkan akan kebenaran ajaran Kristen. Dia
dipilih jadi Uskup Hippo (di barat Kartago), disini dia menjadi rohaniawan yg
memberantas berbagai penyimpangan beragama. Disamping itu dia juga seorang
penulis produktif, diantara buku2 nya yg terkenal dan jadi rujukan serta bahan
kajian pd masa selanjutnya adalah: 1) The Confession (Pengakuan); 2) The
Trinitate (Ketritunggalan); 3) De Civitate Dei (Kota Tuhan). Dlm perjalana
waktu pemikiran2nya memang mengalami peninjauan ulang yg juga ditulisnya dalam
buku The Retractationes (peninjauan kembali). Dia seorang pendidik, pengajar yg
melihat perlunya Retorika (dia juga pernah jadi guru Retorika) di dalam
menyampaikan kebenaran (Pengetahuan), pendidikan garus melahirkan manysua
sosual, dan bukan individualustik. Manusua hidup dlm masyarakat yg didasarkan
ikatan2 yg bisa bersufat duniawi ataupun adi-duniawi (agama, Tuhan), oleh
karena itu ada negara duniawi dan ada negara Tuhan, yg di dalamnya setiap
kemajuan pribadi dlm kasih pada Tuhan merupakan meningkatnya kasih dlm
masyarakatseluruhnya. Dia juga tak merasa cukup dengan sekedar berceramah,
berdiskusi, namun mendidik dan mengajar melalui tulisan pun dipandang penting,
dan untuk itulah dia juga menulis, sehingga bisa dibilang bahwa AUGUSTINUS
adalah GURU PENULIS yang MENULISKAN PENGETAHUAN PADA GURU GURU BERIKUTNYA dlm
gerak sejarah perkembangan agama kristen sekaligus bangunan budaya dan
peradaban manusia.
Sepeninggalan
AUGUSTINUS, kekuasaan Romawi (di Roma) dikuasai oleh Kaisar, penguasa yg
diktator dan kejam, yg paling terkemuka adalah Theodirik (wafat 526 M), seorang
penguasa yg buta huruf, namun dia mengangkat dua orang penting yg terpelajar sebagai
menterinya yaitu Cassiodorus dan Boethius, meski akhirnya yg pertama mundur,
dan yg kedua dihukum mati. CASSIODORUS kemudian mendirikan komunitas pendidikan
yg terdiri para Rahib yg mengisi waktunya tuk belajar dg membaca buku2 yg
disediakan dlm jumlah yg banyak, sehinggi reservasi pengetahuan dpt terus
dilanjutkan dlm mengisi ruh budaya dan peradaban romawi, sementara BOETHIUS dlm
penjara sebelum menjalani hukuman mati, mengkaji dan mendalami ajaran Plato dan
kaum Stoa, kemudian menuliskannta dlm bentuk renungan, refleksi terhadapnya.
Pernyataannya, esensi pesannya yg terkenal dan menginspirasi bagi dunia pendidikan
adalah "lebih baik orang menderita karena jujur daripada berdosa dlm alam
kesejahteraan". Buah tulisan itu kemudian dipilih oleh Raja Alfred untuk
duterjemahkan dan digunakan dlm pengajaran dan pendidikan keagamaan dari rakyat
Saxon Barat yg masih redah peradabannya. Dlm kondusi seperti tsb beberapa tahun
berikutnya Lahirlah Muhammad (570 M-632 M), dimana ajaran Islam yg dibawanya
mulai berkembang dan membangun budaya dan peradaban sendiri termasuk dlm
pelaksanaan pendidikan, yg pada dasarnya berpandangan pentingnya pendidikan dan
pengetahuan bagi keberbedaan manusia sebagai makhluk Tuhan yg diberi Akal
sebagai instrumen kekhalifahan di muka bumi.
Daftar Pustaka
Ahmad
Daudy. 1984. Segi-segi Pemikiran Filsafi dalam
Islam, Jakarta. Bulan Bintang.
A.
Sonny Keraf, Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan,
Yogyakarta. Kanisius
Bertrand
Russel. 2002. Persoalan-persoalan seputar
Filsafat. Yogyakarta. IKON, (terj. Ahmad Asnawi)
Anton
Bakker, A.C. Zubair, 1990. Metodologi Penelitian
Filsafat, Yogyakarta. Kanisius.
Ayn
Rand. 2003. Pengantar Epistemologi Objektif.
Yogyakarta. Bentang Budaya (terj. Cuk Ananta Wijaya)
Beerling,
et.al. 1997. Pengantar Filsafat Ilmu,
Yogyakarta. Tiara Wacana.
C.A.
Van Peursen, Orientasi di Alam Filsafat,
Jakarta. Gramedia
Descartes,
2003. Diskursus Metode, terj. A.F. Ma’ruf,
Yogyakarta, IRCiSoD.
Direktorat
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia, 2016. Pendidikan Agama Hindu.
Donny Gahral
Adian, 2002. Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan.
Jakarta. Teraju.
Abubakar
Aceh, 1982. Sejarah Filsafat Islam, Surakarta.
Ramadhani Sala
Achmad
Charris Zubair. 2002. Dimensi Etik dan Asketik
Ilmu Pengetahuan Manusia. Yogyakarta. LESFI.
Ahmad
Fuad Al Ahwani, 1985. Filsafat Islam.
Jakarta. Pustaka Firdaus.
Ahmad Syadali
& Mudzakir, 1997. Filsafat Umum, Bandung.
Pustaka Setia
Ahmad
Tafsir.1992. Filsafat Umum. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Bastian, Aulia
Reza. (2002) Reformasi Pendidikan, Lappera
Pustaka Utama Yogyakarta
Batten,
T.R. (1959) School and Community in the tropics,
terj Suryadi, 1976, Alumni, Bandung
Buchori,
Mochtar (1994a) Spektrum Problematika
Pendidikan di Indonesia, Tiara Wacana, Yogya.
_______ (1994b) Ilmu Pendidikan dan Praktek
Pendidikan, Tiara
Wacana, Yogya.
_______ (2001)
Transformasi Pendidikan, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
Capra, Fritjof. (1998), Titik
Balik Peradaban, Sains, Masyarakat, dan Kebangkitan Budaya, YBB.
Cassirer, Ernst (1990) Manusia
dan Kebudayaan, terj. A.A. Nugroho, Gramedia, Jakarta.
Darmaningtyas (2015) Pendidikan
yang Memiskinkan, Intrans Publishing, Malang.
-------, et al (2014) Melawan
Liberalisme Pendidikan, Medina, Malang.
Dewantara, Ki Hajar. (2009),
Menuju Manusia Merdeka, Yogyakarta, Leutika.
-------, (1977). Pendidikan,
Yogyakarta, Majlis Luhur Perguruan Taman Siswa
-------, (1967). Kebudayaan,
Yogyakarta, Majlis Luhur Perguruan Taman Siswa
Djumhur I. & Danasaputra, (1976). Sejarah Pendidikan,
CV Ilmu, Bandung.
Endang
Saifudin Anshori. 1979. Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya: Bina Ilmu,
Freire, Paulo.
(1985) Pendidikan Kaum Tertindas, terj. Tim, LP3ES, Jakarta
Freire, Paulo.
(2000) Politik Pendidikan, terj. Agung Prihantoto, Read dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Freire,
Paulo. Et.al (2000) Menggugat Pendidikan, terj. Omi Intan Naomi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Frithjof
Schuon. 1994. Islam dan Filsafat Perenial. Bandung. Mizan. (terj. Rahmani
Astuti)
Fuad
Hasan. 1985. Berkenalan dengan Eksistensialisme.
Jakarta. Pustaka Jaya.
----------,1986.
Apologia, Pidato Pembelaan Socrates yang diabadikan
Plato (saduran). Jakarta. Bulan Bintang
----------.
1977. Heteronomia. Jakarta. Pustaka Jaya
Harun
Nasution, 1978. Filsafat dan Mistisisme dalam
Islam, Jakarta. Bulan Bintang
----------.
1979. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya.
Jakarta. UI Press
H.C.
Webb, 1960. Sejarah Filsafat, Jogjakarta,
Terban Taman 12.
H.M. Rasjidi,
1970. Filsafat Agama, Jakarta: Bulan Bintang,
Harold
H Titus. 1959, Living issues in philosophy,
New York, American Book
Harry
Hamersma. 1984. Tokoh-Tokoh Filsafat Barat
Modern. Jakarta. Gramedia.
Husain
Heriyanto. 2003. Paradigma Holistik. Bandung.
Teraju
Jujun S
Suriasumantri, 1996. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta Pustaka
Sinar Harapan,
----------,1996. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta. Yayasan
Obor
JWM.
Bakker, SY. 1978. Sejarah Filsafat dalam Islam,
Yogyakarta. Kanisius.
K.
Berten, 1976. Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta. Kanisius
----------,
1990. Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta.
Knisius
Keith
Wilkes, 1977. Agama dan Ilmu Pengetahuan,
Jakarta. Yayasan Cipta Loka Caraka.
Koentjaraningrat.
et. al 1991. Metode-Metode Penelitian Masyarakat.
Jakarta. Gramedia
Lengeveld.
Tt. Menuju ke Pemikiran Filsafat, terj. G.J. Claessen, Jakarta, PT Pembangunan.
Louis
Leahy. 1984. Manusia Sebuah Misteri. Sintesis
Filosofis tentang Makhluk Paradoksal. Jakarta. Gramedia
Mahdi
Ghulsyani. 1995. Filsafat Sains menurut Al
Qur’an. Bandung. Mizan (terj. Agus Effendi)
M.
Arifin. 1995. Agama, Ilmu dan Teknologi. Jakarta. Golden Terayon Press.
Mohamud
Hamid Zaqzuq. 1987. Al Ghazali. Sang Sufi
Sang Filosof. Bandung. Pustaka. (terj. Ahmad Rofi’ Utsmani)
Maurice
Mandelbaum, et al. 1958, Philosophic Problems, New York,Mc Millan Co,
M.A.W.
Brouwer. 1983. Psikologi Fenomenologis. Jakarta. Gramedia
Mehdi Ha’iri
Yazdi.1994. Ilmu Huduri, Prinsip-prinsip Epistemologi dalam Filsafat Islam.
Bandung. Mizan
Mohammad
Hatta. 1964. Alam Pikiran Yunani (Jilid 1
dan 2). Jakarta. Tintamas
M.T.
Zen (ed). Sains, 1981 Teknologi dan Hari depan
Manusia. Jakarta. Gramesia
Muhammad
Baqir Ash Shadr. Falsafatuna, Bandung.
Mizan. (terj. M. Nur Mufid Bin Ali)
Murthadho
Muthahhari, 2002. Filsafat Hikmah, Bandung.
Mizan
Nurcholis
Madjid. 1978. Khazanah Intelektual Islam.
Jakarta. Bulan Bintang
Oemar
Amin Hoesen. 1964. Filsafat Islam. Jakarta.
Bulan Bintang
Osman
Bakar. 1998. Hierarki Ilmu. Membangun Rangka
Pikir Islamisasi Ilmu. Bandung. Mizan (terj. Purwanto)
Poedjawijatna,
1980. Pembimbing ke arah Alam Filsafat,
Jakarta. PT Pembangunan.
----------,1975.
Filsafat Sana – Sini (jilid 1 dan 2).
Yogyakarta. Yayasan Kanisius
Sastrapratedja.
(ed). 1982. Manusia Multi Dimensional.
Jakarta. Gramedia
Sidi
Gazalba, 1976. Sistimatika Filsafat (Jilid
1 sampai 4), Jakarta. Bulan Bintang
----------,1978.
Ilmu, Filsafat dan Islam, tentang Manusia
dan Agama. Jakarta. Bulan Bintang
Sindhunata.1982.
Dilema Usaha Manusia Rasional, Jakarta.
Gramedia.
Siti
Handaroh. et.al. 1998. The Qur’an and Philosophic
Reflections. Yogyakarta. Titian Ilahi Press.
Soerjanto
& K. Bertens. 1983. Sekitar Manusia. Bunga
Rampai tentang Filsafat Manusia. Jakarta. Gramedia
Sutan
Takdir Alisjahbana, 1981. Pembimbing ke Filsafat,
Jakarta, Dian Rakyat.
-----------
et al. 2001. Sumbangan Islam kepada Sains
dan Peradaban Dunia, Jakarta. Nuansa.
-----------,
1986. Antropologi Baru, Jakarta, Dian
Rakyat.
Untung
Suhardi. Jurnal Pasupati Vol. 3 No. 1. Jan-Juni 2014. MEREKONSTRUKSI SISTEM PENDIDIKAN HINDU DALAM UPAYA MENUMBUH KEMBANGKAN
BUDI PEKERTI PADA ANAK UNTUK MENJADI INSAN CERDAS DAN KOMPETITIF
Whitehead.
Alfred North. 1960. Science and The Modern World.New York. The
New American Library of World Literature.
#######