DINAMIKA PEMIKIRAN DAN AGAMA TENTANG PENDIDIKAN (1)

Penulis: Dr Uhar Saputra

Dibaca: 934 kali

Dr Uhar Saputra

Oleh Dr Uhar Saputra

(Komunitas Aksi Cinta Indonesia/KACI Kab Kuningan)

 

Di dunia barat maupun dunia timur pemikiran-pemikiran manusia terus berkembang dengan fokus dan penekanannya masing-masing. Sejak lahirnya agama Kristen, pemikiran di barat terpengaruh oleh ajaran ajaran agama. Upaya untuk memadukan pemikiran barat, Yunani cukup dominan yang melahirkan pemikir-pemikir dengan basis agama dalam melihat dan mengkaji pemikiran pemikiran barat. Dinamika juga terjadi antara agama Kristen dengan kondisi sosial budaya Romawi yang telah mengalami kemajuan dalam bidang materi (budaya material) meskipun aspek spiritual, dengan keyakinan Animisme tetap kuat dalam kehudupan masyarakat, namun secara kebudayaan Romawi cukup maju dalam mengelola kekuasaan, ditambah budaya tulis serta kemampuan dalam mengelola kekuasaan, yang  pada tahun 456 SM, mulai berlaku undang-undang tertulis pertama di Romawi The Law of The Twelve Tables. Dalam aspek spiritual, masyarakat Romawi menyembah berhala hingga kedatangan agama Nasrani yang pada akhirnya berhasil menggantikan posisi agama pagan. Meskipun hal tersebut terjadi setelah konflik keduanya berlangsung selama lebih dari 3 abad.

Di dunia barat kebudayaan dan pemikiran2 terus berkembang dlm naungan kerajaan Romawi yg sampai ke masa Nabi Isa  telah mengalami tranformasi ke bentuk republik kemudian kekaisaran. Pemikiran2 Yunani banyak berpengaruh dalam budaya romawi, karena umumnya kurang berkembang pemikir2 dari masyarakat Romawi. Namun dalam kebudayaan material perkembangannya cepat dan luar biasa, berbagai peninggalan monumental terjadi pd masa ini disamping peninggalan budaya yg masih dirasakan dewasa ini (nama2 bulan merujuk pd kekuasaan dan budaya Romawi). Kebudayaan Romawi merupakan hasil perpaduan dari kebudayaan Yunani dan Etrusia, tanpa ada unsur-unsur dari kebudayaan Romawi sendiri. Orang Romawi bukanlah "man of theory" tapi "man of practice" sehingga dalam lapangan ilmu pengetahuan, bangsa Romawi bukanlah pencipta teori-teori, tetapi pelaksana teori yang telah ada sejak zaman Yunani. Masa Octavianus merupakan masa penyempurnaan seni dan budaya Romawi. Pengaruh budaya Yunani mulai masuk dengan kuatnya sejak tahun 146 SM bersamaan dengan usaha bangsa Romawi melakukan penaklukan di Laut Tengah. Selama kekuasaan Romawi, seni Romawi disebarkan ke Eropa dan sekitar Laut Tengah, dan ini tentu saja berefek pada pola dan tujuan pendidikan masyarakat.

Masyarakat Romawi selalu menciptakan karya teknik bangunan yang menggumkan, seperti bangunan saluran air (aquaduct), jembatan, gedung besar untuk balai pertemuan dan pasar, bangunan untuk olah raga dan pentas seni (thermen, theater, amphitheater). Selain bangunan di atas, juga terdapat bangunan tuk kegiatan spirituil seperti  kuil untuk persemayaman dewa. Mereka juga ahli pembuatan patung terutama patung setangah dada atau potret. Bentuk wajah dibuat dengan sangat teliti, sedangkan tubuh dan lainnya lebih sederhana. Keahlian ini merupakan kebiasaan keluarga-keluarga terkemuka bangsa Romawi yang senang membuat patung nenek moyang dalam jumlah banyak dan sangat teliti. Biasanya patung nenak moyang disimpan di rumah dan ditempatkan dalam satu ruangan khusus yang disebut Atrium yang dilengkapi dengan altar.Bangsa Romawi juga senang pada keindahan rumahnya dengan cara melukis pemandangan alam dan bangunan-bangunan rumah yang seolah-olah terlihat dari jendela. Kegiatan melukis pada dinding-dinding rumah yang dilakukan oleh orang-orang Romawi yg meniru kebiasaan bangsa Yunani. Perubahan ketatanegaraan Romawi dari republik ke bentuk kekaisaran berefek kedalam bidang seni, apabila pada masa republik pendukung seni budaya dilakukan oleh para bangsawan, setelah menjadi kekaisaran, yang mendukung seni budaya adalah golongan istana. Sejak kaisar Agustus, seni budaya lebih cenderung menjadi seni kuno yang berkiblat pada Yunani. Setiap kaisar yang berkuasa di Romawi terbiasa meninggalkan berupa bangunan monument sebagai sarana untuk menunjukan jasanya kepada negara. Semua itu menunjukan bahwa perkembangan budaya materil sangat menonjol dan ini tentu saja diiringi. dengan Pendidikan yg juga tak hanya berdimensi spiritual berdasarkan keyakinan2 dan dan kemudian Agama (Kristen), namun juga budaya material makin dominan, sehingga belajar tak hanya bicara bagaimana orang jadi baik dan etis tapi juga bagaimana orang bisa fungsional dalam kehidupan masyarakat sehari hari pd saat itu. Ketrampilan dlm kehidupan dunia materil menjadi bagian yg diwariskan (di-didik-kan, diajarkan) kepada generasi penerusnya, meskipun seiring berjalannya waktu dominasi fungsional budaya material makin menguat, sampai akhirnya ada interupsi dari kehadiran Nabi Isa dengan ajaran Agama Kristennya.

Meskipun pengaruh pemikir2 Yunani dalam masyarakat Romawi cukup dominan, namun peradaban materilnya tetap menjadi hal yg meluas dimasyarakat, konflik dan perluasan wilayah menjadi stimulus bagi masyarakat untuk terus mengembagkan dan meningkatkan budaya dan peradaban yg dapat memperkuat integrasi kekuasaan romawi, dan ini menjadikan pendidikan juga diarahkan pada upaya penguatan itu. Membangun masyarakat yg kuat dg kekesatriaan, kegagahan menjadi bagian menonjol dalam pendidikan, meskipun tak abai pada nilai etika (tak jadi yg utama). Sehingga orientasi tujuan bendidikan cenderung lebih materil duniawi. Menjelang kelahiran Nabi Isa kondisi kekaisaran secara umum dlm konsusi stabil dg budaya, peradaban yg tinggi, kaisar Octavianus Agustus merupakan kaisar Romawi, dia memberikan kekuasaan untuk daerah Yudea (Yahudi) pd Herodos, meski kemudian diambil dan diintegrasikan kembali pada kekaisaran Romawii.  Pada masi ini Nabi Isa lahir sebagai pembawa agama baru pelanjut Agama, ajaran yg dibawa Nabi Musa. Secara sosiologis tentu ini merupakan tantangan bagi masyarakat yg sudah memiliki budaya materil dan peradaban tinggi, meski secara teologis ideologis tentu tak terlalu menohok karena apa yg dikatakan dlm doktrin Kristen "Render unto caisar what is caesars, and render unto God whats God's", menunjukan upaya harmoni politis ideologis sehingga tak perlu menjadi ancaman bagi legitimasi Kekaisaran. Pendidikan, pengajaran yg dilakukan Nabi Isa dengan mendatangi orang orang untuk menyampaikan wahyu Tuhan. Dlm berbagai tantangan dan kesulitan yg dihadapinya da'wah terus dilakukan mengajak manusia kembali ke jalan Tuhan, dan itu terus berlangsung sampai pada akhirnya mendapat hukuman kekuasaan karena dianggap mengganggu stabilitas budaya dan peradaban yg telah mapan.

Sepeninggal Nabi Isa, pendidikan agama kristen ke masyarakat terus berjalan yg dilakukan para muridnya. Awalnya, kedatangan agama baru ini bisa ditoleransi oleh orang Romawi. Namun pada perkembangan selanjutnya, orang Romawi mulai khawatir akan penyebaran agama Kristen yang begitu cepatnya. Mereka mengkhawatirkan agama ini akan memecahbelah persatuan bangsa Romawi. Kondisi itu mendorong terjadinya penganiayaan terhadap penganut Kekristenan, hingga, keadaan ini berubah ketika Konstantinus (280-337 Masehi), yang memeluk agama Kristen, berkuasa. Di bawah kepemimpinannya, agama yang awalnya ditentang ini, mulai diterima dan bahkan dikembangkan, bahkan selanjutnya Kaisar menetapkan agama Kristen sebagai agama negara di seluruh pemerintahan Kekaisaran Romawi. Karena kebijakan itulah, agama Kristen  mulai tersebar bahkan menjadi dominan di seluruh Eropa, karena ketika itu, Romawi menguasai hampir seluruh daratan Eropa. Dg makin berkembangnya agama kristen, pendidikan masyarakat mendapat spirit baru. Ketika ajaran2 filsafat stoa ttg etika dan Plotinus ttg emanasi sebagai pengembangan ajaran pemikiran Yunani, maka ajaran Kristen pun menjadikan pemikiran mereka sebagai bagian dari argumen yg memperkuat akan kebenaran agama nasrani. Hal ini tentu saja pendidikannya cenderung elitis dan intekektualistis sehingga tak semua orang dg mudah dapat mengikutinya, sementara pendidikan keduniawiaan terus berjalan maka ajaran praktis etika kristen menhadi spirit utama pendidikan di masyarakat. Gereja2 menjadi tempat pendidikan yg kuat dlm masyarakat, dan tak menjadi konflik ide yg signifikan mengingat pemikir2 yg umumnya akhli agama telah berusaha mendamaikan ajaran2nya dg pemikiran filsafat yunani yg relevan. Mendidik orang jadi baik secara moral tak perlu lagi cape dg pemiran filsafat, tapi dg keyakinan dan penerimaan ajaran kristen manusia dpt mudah tahu dan faham baik dan kebaikan etika dlm hidup, kalau pake bahasa Saint Agustine, filsafat "I undersrand in order to believe", maka agama kristen cukup dengan "I believe in order to understand", lebih mudah dan praktis.

Secara Normati Pendidikan merupakan suatu kewajiban masyarakat dlm mempertahankan.dan melanjutkan kehidupan yg baik beretika baik pada Tuhan maupun pada sesama makhluk (manusia, alam semesta). Membina keahlian dan watak manusia serta membebaskan manusia dari ketergantungan dari sesuatu atau seseorang  agara menjadi manusia yang bertanggungjawab, mandiri dan mempunyai tujuan tujuan hidup yang jelas. Keluarga bertanggungjawab menanamkan dasar-dasar moral. Ayah dan ibu adalah figur yang akan diteladani dalam perkataaan, sikap dan perbuatan (Amsal 4:4, dlm Sis Kumianto, 2006). Keluarga merupakan wadah pendidikan utama dan pertama. Keluarga seharusnya menjadi peletak dasar agama yang kokoh, keluarga harus berfungsi sebagai komunitas atau lingkungan iman Kristen yang dapat mengarahkan anak ke dalam kehidupan yang percaya kepada Kristus atau memiliki nilai-nilai Kristiani dalam dirinya. Alkitab memberikan contoh orangtua yang berhasil mendidik anak : 1) Yosua mengambil keputusan memimpin seluruh keluarganya untuk menyembah Tuhan (Yos 24:15). 2) Hana, menyerahkan Samuel ke asuhan imam Eli ( 1 Samuel 1:20-28). 3)  Maria dan Yusuf mendidik Yesus dalam tradisi dan hukum Yahudi (Matius 12:46-50). 4) Naomi, berhasil memberi teladan kepada Rut (Rut 1:16-17; Matius 1:5). 5) Eunike membesarkan Timotius dalam imam kepada Kristus (2 Timotius 1:5). Tugas orangtua dalam melaksanakan fungsi sosialisasi dan edukasi: 1)  Ulangan 6:1-9. Perintah Tuhan kepada orangtua menandung makna sosialisasi dan edukasi. Sosialisasi : Allah memerintahkan orangtua agar membangun komunikasi dengan anak-anaknya dalam segala situasi dan setiap waktu. Edukasi : Allah memerintahkan  orangtua untuk mengajarkan dan membicarakan tentang Tuhan yang penuh kasih. 2)  Efesus 6:1-4. Anak anak berkewajiban mentaati orangtuanya, sebab itu merupakan perintah Tuhan. Orangtua harus mendidik anak-anaknya “di dalam ajaran dan nasehat Tuhan.” 3) Amsal 22:6, menegaskan pentingnya mendidik orang muda menurut jalan yang patut baginya.

Dlm ajaran kristen, Nabi Sulaiman (Salomo) juga menjadi referensi dalam bidang pendidikan. Kitab Amsal dipenuhi dengan pengajaran-pengajaran yang diberikan oleh Salomo kepada anak-anaknya. Anak-anaknya diperintahkan untuk belajar dari pengajaran ini. Hasil dari penerapan pengetahuan yang telah dipelajari disebut sebagai hikmat. Alkitab berbicara banyak tentang proses pendidikan, dan itu dimulai dengan orang tua dan anak. Pendidikan harus menjadi konsern utama dlm pendidikan anak anak nya, dan itu berarti pelaksanaan ajaran agama oleh orang tua jadi prasyarat bagi efektif dan baiknya pendidikan anak anaknya, hal ini secara tersirat menunjukan prinsip belajar sosial melalui modelling dlm bentuk keteladanan. Perintah Alkitab bagi orang tua adalah mendidik anak-anak mereka di dalam Allah (Ef 6:4). Kata Yunani paideia ("mendidik") memiliki makna terkait pelatihan, pendidikan, pengajaran dan disiplin. Ketika anak-anak belajar tentang Allah, mereka diberi kesempatan untuk menghormati orang tua mereka dengan bijak. Dasar dari rasa hormat itu adalah dg adanya proses yang berkelanjutan dari pendidikan dan penerapan apa yang mereka telah pelajari itu. Salomo menyatakan kalau dasar dari semua pengetahuan yang benar adalah “takut akan Allah” (Ams 1:7) dalam makin  gentar akan kekudusan dan keagungan Allah sehingga timbul keengganan untuk mengecewakan atau tidak menaati-Nya. Nabi ISA berkata bahwa ketika kita mengetahui kebenaran, maka kebenaran akan memerdekakan kita (Yoh 8:32). Kebebasan dari rasa takut ini ketika seseorang terdidik di dalam Kebenaran. Manusia harus mendidik diri sendiri di dalam Firman Allah. Ketika orang memperoleh pengetahuan spiritual, maka akan dapat menerapkan pengetahuan itu dalam kehidupan kita. Termasuk untuk menyerahkan diri kita kepada-Nya dan menggunakan pengetahuan tentang kebenaran ini untuk melayani Allah dalam roh dan kebenaran (Rm 6:11-13). Dlm konteks ini pendidikan merupakan penjelasan ttg dan menuju jalan Tuhan dg kebenaran.

Budaya dan peradaban Romawi yg berat ke duniawi, materialistis, serta dipengaruhi oleh pemikiran yunani mendapat tantangan tambahan  dari kehadiran agama kristen, karena sebelumnya juga terdapat suatu interupsi dari agama yahudi yg beberapa tokohnya telah mencoba mendamaikan ajaran Yahudi dg filsafat yunani seperti yg dilakukan PHILO (20 SM-45 M). Philo berasal dari keluarga Yahudi. Ia teman sejaman Paulus, yang mendamaikan agama yahudi dengan filsafat yunani. Dia memakai filsafat dalam untuk memberi suatu dasar pikiran pertahanan bagi agama; sebenarnya dialah 'ahli teologi pertama', dan filsafat adalah penting baginya pertama-tama sebagai pembantu bagi teologi. Motivasi usahanya ini tidak dapat dilihat hanya dalam kegiatannya memberitakan, mengajarkan  agama Yahudi, yang umum terdapat pada orang Yahudi pada masa itu, tapi dalam pengalaman mistiknya tentang kenyataan tuhannya tentang itu ditulisnya secara menggugah hati dalam beberapa karyanya njadi pusat dalam pengertiannya, Pemikiran tang alam semesta maupun tentang pengalaman agama ialah pikiran tentang “Logos” (kata, firman, kalam), sebagai salah satu pemikiran Philo yang paling menonjol, dan menjadi subject matters dlm peemikiran pendidikannya.

Disamping Philo, dlm perkembangan awal agama kristen, terdapat dua jalan yg masing2 berkembang dlm jalurnya yaitu pendidikan umum Basis budaya Romawi, dan pendidikan agama Kristen (sebagian kecil yahudi seperti Philo). Seolah ada dua dunia tg satu material duniawi dan yg satu spiritual agamawi, namun seiring berjalannya waktu terjadi juga konflik pengaruh dlm masyarakat, seperti yg dialami oleh CLEMENS (150 M-215 M), seorang Guru Agama di Iskandaria yg dikejar oleh Kuasa Sevtimius Severus, sampai dia harus melarikan diri. Sebagai Pendidik Kristen, CLEMENS berupaya untuk mendamaikan ajaran Yunani dg Kristen dg cara: 1) menarik garis batas tegas antara ajaran kristen dg filsafat Yunani, dan 2) menjelaskan agama kristen dg bantuan pemikiran filsafat Yunani. Hal ini dimaksudkan agar ada kejelasan tak campur aduk antara mana yg agama wahyu dan mana hasil pemikiran manusia (Filsafat Yunani). Dg cara ini Pendudikan yg dilakukan dpt menyampaikan ajaran kristen pd yg memandang tinggi filsafat (kadang menganggapnya agama), dan memperkuat orang kristen dg keyakinan wahyu yg diperkuat argumen filsafat yunani. Jadi Filsafat yunani dapat dipandang langkah awal persiapan menuju iman kristiani, dan bagi orang kristen filsafat jadi instrumen berfikir untuk mempertahankan keyakinan dan kepercayaan kristen.

Pergulatan pemikiran di kalangan penganut Kristen dg pemikiran filsafat yunani yg telah menjiwai budaya romawi menggambarkan suatu dinamika dialektika yg dlm kontek dialektika bisa disebutkan antara filsafat yunani (Tesa) dg  Ajaran Wahyu Kristen(Antitesa) menuju suatu sintesa dlm pola penerimaan filsafat yunani dlm memperkuat argumen keyakinan kristen. Menjelang akhir  hidup Clemen (setelah Clemen meninggal, Kepala Sekolah guru sekaligus Guru agama kristen digantikan oleh ORIGENES/150 M- 254 M), seorang Tokoh Pemikir non Yunani yg dipandang sebagai Aliran Plato baru (NeoPlatonisme) Lahir,  dia adalah PLOTINUS (204 M-270 M), lahir di Mesir. Pemikirannya lebih mengacu pd idealisme plato, namun dia memandang bahwa Tuhan sebagai pusat kehidupan dan makhluk2 di alam semesta adalah pelimpahan, pemancaran (Emanasi) dari Tuhan yg Esa. Meski tak secara jelas terkait dg filosofisasi ajaran Kristen, namun Pemikiran Plotinus dipandang lebih dekat pada ajaran Kristen. Pada saat ini pendidikan, pembelajaran berpusat pada tempat2 ibadah, dengan fokus pemikiran pada substansi apa yg harus di didikan, diajarkan, pembicaraan ttg cara lebih pada kebiasaan alami untuk keluarga (pewarisan), dan diskusi indoktrinasi untuk keyakinan Agama, dan itu teus berlangsung sampai abad pertengahan bahkan pd masa renesans.

Diantara yang menduduki posisi penting dlm pemikiran kristiani adalah AURELIUS AUGUSTINUS (354 M-430 M). Dia adalah filsuf kristen sekaligus Guru yg luar biasa dalam menjelaskan ajaran2 kristen dg tetap memanfaatkan argumen berfikir filisofis yg relevan yg dapat memperkuat keyakinan serta membenarkan akan kebenaran ajaran Kristen. Dia dipilih jadi Uskup Hippo (di barat Kartago), disini dia menjadi rohaniawan yg memberantas berbagai penyimpangan beragama. Disamping itu dia juga seorang penulis produktif, diantara buku2 nya yg terkenal dan jadi rujukan serta bahan kajian pd masa selanjutnya adalah: 1) The Confession (Pengakuan); 2) The Trinitate (Ketritunggalan); 3) De Civitate Dei (Kota Tuhan). Dlm perjalana waktu pemikiran2nya memang mengalami peninjauan ulang yg juga ditulisnya dalam buku The Retractationes (peninjauan kembali). Dia seorang pendidik, pengajar yg melihat perlunya Retorika (dia juga pernah jadi guru Retorika) di dalam menyampaikan kebenaran (Pengetahuan), pendidikan garus melahirkan manysua sosual, dan bukan individualustik. Manusua hidup dlm masyarakat yg didasarkan ikatan2 yg bisa bersufat duniawi ataupun adi-duniawi (agama, Tuhan), oleh karena itu ada negara duniawi dan ada negara Tuhan, yg di dalamnya setiap kemajuan pribadi dlm kasih pada Tuhan merupakan meningkatnya kasih dlm masyarakatseluruhnya. Dia juga tak merasa cukup dengan sekedar berceramah, berdiskusi, namun mendidik dan mengajar melalui tulisan pun dipandang penting, dan untuk itulah dia juga menulis, sehingga bisa dibilang bahwa AUGUSTINUS adalah GURU PENULIS yang MENULISKAN PENGETAHUAN PADA GURU GURU BERIKUTNYA dlm gerak sejarah perkembangan agama kristen sekaligus bangunan budaya dan peradaban manusia.

Sepeninggalan AUGUSTINUS, kekuasaan Romawi (di Roma) dikuasai oleh Kaisar, penguasa yg diktator dan kejam, yg paling terkemuka adalah Theodirik (wafat 526 M), seorang penguasa yg buta huruf, namun dia mengangkat dua orang penting yg terpelajar sebagai menterinya yaitu Cassiodorus dan Boethius, meski akhirnya yg pertama mundur, dan yg kedua dihukum mati. CASSIODORUS kemudian mendirikan komunitas pendidikan yg terdiri para Rahib yg mengisi waktunya tuk belajar dg membaca buku2 yg disediakan dlm jumlah yg banyak, sehinggi reservasi pengetahuan dpt terus dilanjutkan dlm mengisi ruh budaya dan peradaban romawi, sementara BOETHIUS dlm penjara sebelum menjalani hukuman mati, mengkaji dan mendalami ajaran Plato dan kaum Stoa, kemudian menuliskannta dlm bentuk renungan, refleksi terhadapnya. Pernyataannya, esensi pesannya yg terkenal dan menginspirasi bagi dunia pendidikan adalah "lebih baik orang menderita karena jujur daripada berdosa dlm alam kesejahteraan". Buah tulisan itu kemudian dipilih oleh Raja Alfred untuk duterjemahkan dan digunakan dlm pengajaran dan pendidikan keagamaan dari rakyat Saxon Barat yg masih redah peradabannya. Dlm kondusi seperti tsb beberapa tahun berikutnya Lahirlah Muhammad (570 M-632 M), dimana ajaran Islam yg dibawanya mulai berkembang dan membangun budaya dan peradaban sendiri termasuk dlm pelaksanaan pendidikan, yg pada dasarnya berpandangan pentingnya pendidikan dan pengetahuan bagi keberbedaan manusia sebagai makhluk Tuhan yg diberi Akal sebagai instrumen kekhalifahan di muka bumi.

 

Daftar Pustaka

Ahmad Daudy. 1984. Segi-segi Pemikiran Filsafi dalam Islam, Jakarta. Bulan Bintang.

A. Sonny Keraf, Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta. Kanisius

Bertrand Russel. 2002. Persoalan-persoalan seputar Filsafat. Yogyakarta. IKON, (terj. Ahmad Asnawi)

Anton Bakker, A.C. Zubair, 1990. Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta. Kanisius.

Ayn Rand. 2003. Pengantar Epistemologi Objektif. Yogyakarta. Bentang Budaya (terj. Cuk Ananta Wijaya)

Beerling, et.al. 1997. Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta. Tiara Wacana.

C.A. Van Peursen, Orientasi di Alam Filsafat, Jakarta. Gramedia

Descartes, 2003. Diskursus Metode, terj. A.F. Ma’ruf, Yogyakarta, IRCiSoD.

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2016. Pendidikan Agama Hindu.

Donny Gahral Adian, 2002. Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan. Jakarta. Teraju.

Abubakar Aceh, 1982. Sejarah Filsafat Islam, Surakarta. Ramadhani Sala

Achmad Charris Zubair. 2002. Dimensi Etik dan Asketik Ilmu Pengetahuan Manusia. Yogyakarta. LESFI.

Ahmad Fuad Al Ahwani, 1985. Filsafat Islam. Jakarta. Pustaka Firdaus.

Ahmad Syadali & Mudzakir, 1997. Filsafat Umum, Bandung. Pustaka Setia

Ahmad Tafsir.1992. Filsafat Umum. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Bastian, Aulia Reza. (2002) Reformasi Pendidikan, Lappera Pustaka Utama Yogyakarta

Batten, T.R. (1959) School and Community in the tropics, terj Suryadi, 1976, Alumni, Bandung

Buchori, Mochtar (1994a) Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia, Tiara Wacana, Yogya.

_______ (1994b) Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan, Tiara Wacana, Yogya.

_______ (2001) Transformasi Pendidikan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Capra, Fritjof. (1998), Titik Balik Peradaban, Sains, Masyarakat, dan Kebangkitan Budaya, YBB.

Cassirer, Ernst (1990) Manusia dan Kebudayaan, terj. A.A. Nugroho, Gramedia, Jakarta.

Darmaningtyas (2015) Pendidikan yang Memiskinkan, Intrans Publishing, Malang.

-------, et al (2014) Melawan Liberalisme Pendidikan, Medina, Malang.

Dewantara, Ki Hajar. (2009), Menuju Manusia Merdeka, Yogyakarta, Leutika.

-------, (1977). Pendidikan, Yogyakarta, Majlis Luhur Perguruan Taman Siswa

-------, (1967). Kebudayaan, Yogyakarta, Majlis Luhur Perguruan Taman Siswa

Djumhur I.  & Danasaputra, (1976). Sejarah Pendidikan, CV Ilmu, Bandung.

Endang Saifudin Anshori. 1979. Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya: Bina Ilmu,

Freire, Paulo. (1985) Pendidikan Kaum Tertindas, terj. Tim, LP3ES, Jakarta

Freire, Paulo. (2000) Politik Pendidikan, terj. Agung Prihantoto, Read dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Freire, Paulo. Et.al (2000)  Menggugat Pendidikan, terj. Omi Intan Naomi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Frithjof Schuon. 1994. Islam dan Filsafat Perenial. Bandung. Mizan. (terj. Rahmani Astuti)

Fuad Hasan. 1985. Berkenalan dengan Eksistensialisme. Jakarta. Pustaka Jaya.

----------,1986. Apologia, Pidato Pembelaan Socrates yang diabadikan Plato (saduran). Jakarta. Bulan Bintang

----------. 1977. Heteronomia. Jakarta. Pustaka Jaya

Harun Nasution, 1978. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta.  Bulan Bintang

----------. 1979. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta. UI Press

H.C. Webb, 1960. Sejarah Filsafat, Jogjakarta, Terban Taman 12.

H.M. Rasjidi, 1970. Filsafat Agama, Jakarta: Bulan Bintang,

Harold H Titus. 1959, Living  issues in philosophy, New York, American Book

Harry Hamersma. 1984. Tokoh-Tokoh Filsafat Barat Modern. Jakarta. Gramedia.

Husain Heriyanto. 2003. Paradigma Holistik. Bandung. Teraju

Jujun S Suriasumantri, 1996. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta Pustaka Sinar Harapan,

----------,1996. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta. Yayasan Obor

JWM. Bakker, SY. 1978. Sejarah Filsafat dalam Islam, Yogyakarta. Kanisius.

K. Berten,  1976. Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta. Kanisius

----------, 1990. Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta. Knisius

Keith Wilkes, 1977. Agama dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta. Yayasan Cipta Loka Caraka.

Koentjaraningrat. et. al 1991. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta. Gramedia

Lengeveld. Tt. Menuju ke Pemikiran Filsafat, terj. G.J. Claessen, Jakarta, PT Pembangunan.

Louis Leahy. 1984. Manusia Sebuah Misteri. Sintesis Filosofis tentang Makhluk Paradoksal. Jakarta. Gramedia

Mahdi Ghulsyani. 1995. Filsafat Sains menurut Al Qur’an. Bandung. Mizan (terj. Agus Effendi)

M. Arifin. 1995. Agama, Ilmu dan Teknologi. Jakarta. Golden Terayon Press.

Mohamud Hamid Zaqzuq. 1987. Al Ghazali. Sang Sufi Sang Filosof. Bandung. Pustaka. (terj. Ahmad Rofi’ Utsmani)

Maurice Mandelbaum, et al. 1958, Philosophic Problems, New York,Mc Millan Co,

M.A.W. Brouwer. 1983. Psikologi Fenomenologis. Jakarta. Gramedia

Mehdi Ha’iri Yazdi.1994. Ilmu Huduri, Prinsip-prinsip Epistemologi dalam Filsafat Islam. Bandung. Mizan

Mohammad Hatta. 1964. Alam Pikiran Yunani (Jilid 1 dan 2). Jakarta. Tintamas

M.T. Zen (ed). Sains, 1981 Teknologi dan Hari depan Manusia. Jakarta. Gramesia

Muhammad Baqir Ash Shadr. Falsafatuna, Bandung. Mizan. (terj. M. Nur Mufid Bin Ali)

Murthadho Muthahhari, 2002. Filsafat Hikmah, Bandung. Mizan

Nurcholis Madjid. 1978. Khazanah Intelektual Islam. Jakarta. Bulan Bintang

Oemar Amin Hoesen. 1964. Filsafat Islam. Jakarta. Bulan Bintang

Osman Bakar. 1998. Hierarki Ilmu. Membangun Rangka Pikir Islamisasi Ilmu. Bandung. Mizan (terj. Purwanto)

Poedjawijatna, 1980. Pembimbing ke arah Alam Filsafat, Jakarta. PT Pembangunan.

----------,1975. Filsafat Sana – Sini (jilid 1 dan 2). Yogyakarta. Yayasan Kanisius

Sastrapratedja. (ed). 1982. Manusia Multi Dimensional. Jakarta. Gramedia

Sidi Gazalba, 1976. Sistimatika Filsafat (Jilid 1 sampai 4), Jakarta. Bulan Bintang

----------,1978. Ilmu, Filsafat dan Islam, tentang Manusia dan Agama. Jakarta. Bulan Bintang

Sindhunata.1982. Dilema Usaha Manusia Rasional, Jakarta. Gramedia.

Siti Handaroh. et.al. 1998. The Qur’an and Philosophic Reflections. Yogyakarta. Titian Ilahi Press.

Soerjanto & K. Bertens. 1983. Sekitar Manusia. Bunga Rampai tentang Filsafat Manusia. Jakarta. Gramedia

Sutan Takdir Alisjahbana, 1981. Pembimbing ke Filsafat, Jakarta, Dian Rakyat.

----------- et al. 2001. Sumbangan Islam kepada Sains dan Peradaban Dunia, Jakarta. Nuansa.

-----------, 1986. Antropologi Baru, Jakarta, Dian Rakyat.

Untung Suhardi. Jurnal Pasupati Vol. 3 No. 1. Jan-Juni 2014. MEREKONSTRUKSI SISTEM PENDIDIKAN HINDU DALAM UPAYA MENUMBUH KEMBANGKAN BUDI PEKERTI PADA ANAK UNTUK MENJADI INSAN CERDAS DAN KOMPETITIF

Whitehead. Alfred North. 1960. Science and The Modern World.New York. The  New American Library of World Literature.

#######

 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...