ADAB DULU ILMU KEMUDIAN

Penulis Siti Rubaeah Adawiah, S.Pd.

Dibaca: 334 kali

Siti Rubaeah Adawiah, S.Pd. dan Rekan

Oleh Siti Rubaeah Adawiah, S.Pd.

(Guru SMKNPP Cianjur)

 

“Orang beradab pasti berilmu orang berilmu belum tentu beradab”. Kalimat tersebut seringkali terdengar dan mungkin menjadi topik pembicaraan akhir-akhir ini di dunia pendidikan, fakta di lapangan benar adanya anak-anak krisis tentang adab. Mereka lupa bahwa adab lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan ilmu, artinya siswa yang menempatkan ilmu tanpa beradab, akan menambah kesombongan dan tidak bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Namun sebaliknya dengan beradab dalam berilmu itu lebih mudah dipelajari dan diamalkan serta lebih mudah untuk disampaikan karena adab menerapkan akhlak yang mulia serta dapat mencegah segala sesuatu yang tercela. Dengan demikian adab mengedepankan kemuliaan budi pekerti yang luhur dari pada orang yang berilmu. Ilmu dan adab adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya berkaitan erat dan saling berhubungan satu sama lain. Penulis teringat akan kisah syekh Abdul Qodir al-Jaelani merupakan seorang ulama sekaligus wali Allah yang begitu hebat.

Kala itu, Syekh Abdul Qadir al-Jailani mengajar di sebuah madrasah. Beliau memiliki banyak murid yang berguru di madrasah tersebut. Uniknya, karena para santrinya mengharapkan berkah dari beliau, setiap Syekh Abdul Qadir al-Jailani selesai makan ataupun minum dan terdapat sisa, para santri itu akan berebut mengambil sisa makanan atau minuman itu. Mereka percaya bahwa di sana terdapat berkah dari beliau.

Suatu ketika, ada orang yang begitu iri dengan beliau dan melaporkan pada salah satu orang tua santri. Dia berkata, ‘Hei! Kau tahu? Anakmu yang belajar di madrasah Syekh Abdul Qadir al-Jailani itu selalu diberi makanan sisa. Dia diperlakukan seperti binatang saja. Apa kamu rela kalau anakmu diperlakukan seperti itu?’

Orang tua dari santri itu yang sudah termakan amarah, langsung datang dan marah di madrasah itu. Dia memaki Syekh Abdul Qadir al-Jailani dengan mengatakan perkataan yang tidak baik. Mereka berkata bahwa anak mereka diperlakukan seperti hewan dan perkataan-perkataan jelek lainnya. Sang orang tua santri yang begitu marah itu langsung membawa anak mereka pulang.

Selang beberapa waktu, ketika sudah tinggal di rumah, orang tua si santri menanyainya tentang apa yang dipelajari di madrasah. Si santri kemudian ditanya tentang perkara fikih, lalu ia menjawab dengan benar. Ia ditanya lagi tentang perkara agama yang lain, lalu dia menjawab lagi dengan benar.

Begitu seterusnya, hingga orang tuanya pun tersadar bahwa anak mereka benar-benar memiliki banyak ilmu setelah belajar di madrasah itu. Mereka pun berniat mengembalikan anak mereka ke madrasah Syekh Abdul Qadir al-Jailani.

Dengan menahan malu, mereka meminta maaf kepada sang Syekh dan meminta beliau untuk mengajar kembali anak mereka. Namun, apa yang dikatakan oleh beliau?

‘Maaf, aku sudah tidak bisa mengajar anak kalian. Bukannya aku tidak mau, tetapi di hari kalian memakiku dengan perkataan yang tidak baik itu, Allah menutup pintu keberkahan di hati anak kalian.’ Betapa menyesalnya orang tua dari santri tersebut.

Dari kisah ini, kita belajar bahwa menghargai seorang guru adalah hal yang sangat penting, bukan hanya bagi seorang penuntut ilmu, bahkan juga orang tua para penuntut ilmu. Para ulama terdahulu bahkan lebih dulu belajar tentang adab, baru belajar tentang ilmu.

Kenapa? Karena ketika seorang penuntut ilmu sudah beradab dan gurunya rida kepadanya maka mudah bagi Allah untuk memasukkan ilmu ke hatinya. Syekh Abdul Qadir al-Jailani juga pernah berkata, ‘Aku lebih memilih orang yang beradab daripada orang yang berilmu.’

Menjadi orang yang memiliki adab adalah hal yang paling dibutuhkan oleh negeri ini sekarang. Semoga kita semua dapat menjadi orang yang memiliki adab kepada guru, orang tua, dan orang-orang di sekitar kita.

Semoga tulisan saya bermanfaat dan menjadi nilai ibadah.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...