Penulis Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana
Era
VUCA yang bergejolak, tidak pasti, kompleks, dan ambigu. Organisasi dituntut
untuk lebih cepat merespon, kolaboratif, fleksibel serta adaptif terhadap
perubahan lingkungan. Organisasi yang
hirarkis akan kehilangan momentum bisnis karena
keterlambatan merespon dan kalah dalam
inovasi. Organisasi yang birokratis akan tergerus oleh start up dan
pemain baru yang lincah. Jika anda tidak ingin ketinggalan maka Organisasi
dan pimpinan anda perlu bertransformasi menjadi agile. Sudah barang tentu pula versi ideal ini
juga ‘bergerak’ sesuai kebutuhan. Dengan perubahan dan pergerakan informasi
yang terjadi secara sangat cepat, karakter wajib yang dibutuhkan dan dicari di
masa kini adalah agile atau ketangkasan yang mengimbangi arus
tersebut. Survey yang dilakukan Joiner&Josephs (2007)
91% responden berpendapat bahwa pemimpin menjadi faktor utama. Joiner menemukan bahwa agile merupakan kompetensi dasar
yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin perusahaan.
Hal ini juga ditegaskan dalam survei yang dilakukan, dimana sembilan
puluh enam persen individu berusia 18-28 setuju bahwa karakteristik agile adalah
karakter yang ideal untuk era VUCA. (Noviary, 2021).
Agile
leadership adalah keahlian menciptakan konteks yang tepat untuk pengorganisasian
diri, dan lingkungan di mana tim yang agile berkolaborasi, belajar satu sama lain, mendapatkan umpan balik cepat, dan fokus
pada kualitas dan pembelajaran berkelanjutan. Leader
tidak mengelola secara mikro orang-orang atau menciptakan
kebebasan total, melainkan menyeimbangkan antara situasi dan struktur, mengembangkan
dan memelihara lingkungan yang tepat, fokus pada budaya, kepemilikan, pola pikir, umpan balik, dan tujuan jangka
panjang (Parker & Holesgrove, 2015).
Lantas Bagaimana Karakter Agile leadership yang dibutuhan di Era VUCA?
Dengan banyaknya tantangan, pemimpin yang baik juga harus beradaptasi dalam
menghadapi tantangan tersebut. Secara singkat, Agile thinking adalah
kemampuan untuk tetap berkembang dalam lingkungan yang mengancam
(Neubauer,&Tarling,2017). Proses adaptasi serta memperkuat koneksi dengan tim merupakan aspek
yang diperlukan dalam agile thinking. Joiner,
(2019), memandang Agile thinking adalah kemampuan kognitif dan emosi
untuk berkembang dalam level dan tahap yang
tidak dapat diprediksi Agile thinking dikatakan berkembang ketika individu dapat bergerak lebih cepat maju
dan mundur antara refleksi dan aksi.
Penyesuaian diri dan pengambilan keputusan yang cepat menjadi sifat dari
agile thinking.
Kesadaran akan
pentingnya agile thinking menjadi strategi yang lebih efektif dimasa
sekarang untuk mengatasi situasi paradoks (Gomes Miner& Rego 2019).
Denning, (2018), mandang Agile thinking menjadi cara yang lebih baik
bagi leader dalam strategi mengatasi masalah industri saat ini
.Kesuksesan sekarang bukan dilihat dari menang atau kalah tetapi diukur dengan
kemampuan untuk tetap berkembang di situasi yang mudah berubah (Ubl et al.,
2017).
Dalam hal ini agile
thinking adalah sebuah kemampuan yang digunakan untuk bertahan dari ancaman
global. Berdasarkan berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa agile
thinking adalah kemampuan kognitif dan emosi untuk menyesuaikan diri,
memunculkan kreativitas dan berinovasi dengan cepat guna berkembang dalam
menghadapi kondisi industri yang dinamis.
Dapat dikatakan agile
thinking adalah kemampuan berpikir dan bertindak lebih cepat serta lebih
maju untuk menghadapi berbagai respon agar tidak kalah bersaing. Menurut
Neubauerm, dkk. (2017) ada empat aspek kompetensi yang berpegaruh dalam agile
thinking. Keempat kompetensi tersebut saling melengkapi sebagai bagian dari
agile thinking, diantaranya:
Pertama: Adaptable, yaitu dapat bertahan dalam
situasi lingkungan kompleks yang berubah-ubah. Dalam organisasi berarti siap
untuk berinovasi dan menghadapi peluang maupun ancaman yang muncul. Dalam level
individu, adaptable berarti terbuka pada ide baru untuk berubah ketika
perubahan itu diperlukan dan berhasil untuk mengkomunikasikan ide baru tersebut
pada orang di sekitar.
Kedua: Humble, yaitu mampu menerima feedback dan
pengetahuan baru dari orang lain. Tidak membatasi diri untuk belajar sesuatu
yang baru dan tetap terbuka terhadap setiap informasi baru merupakan perilaku
dari humble. Menjadi humble berarti belajar untuk menerima,
menyambut, dan membangkitkan pengetahuan tim untuk keuntungan organisasi;
Ketiga: Visionary, yaitu mampu untuk memilih dan meraih tujuan
jangka panjang meskipun dalam jangka pendek ada kejadian yang tidak pasti.
Dalam level organisasi, visionary sangat dibutuhkan untuk menentukan
tujuan dari organisasi tersebut.
Keempat: Engaged, yaitu memiliki komunikasi yang baik dengan tim.
Selalu berusaha mengerti setiap hal yang terjadi melalui komunikasi merupakan
salah satu perilaku yang muncul pada aspek engaged.
Pada era revolusi industri keempat dan
kelima ini diwarnai dengan VUCA yang membuat segalanya memodernisasi peran
model kepemimpinan agile/ketangkasan sangat penting, karena karakter
dasar pemimpin adalah Model kepemimpinan agile sudah tepat untuk
diterapkan diterapkan dalam kondisi terminal era revolusi industri dan
digitalisasi, mengingat semua aspek kehidupan yang berpusat pada empat prinsip
kemajuan termasuk teknis asisten, interkoneksi, terdesentralisasi Keputusan,
dan transparansi informasi.
Model kepemimpinan agile atau
ketangkasan. Ditegaskan dalam surat al-Anfal;60: "Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan
untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan
berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah dan musuhmu"(QS. al-Anfal
[8]: 60).
Maksudnya, dalam ketangkasan berkuda terkandung faedah yang tidak terkira
banyaknya. Di antaranya adalah dapat dipergunakan untuk mencari nafkah, cepat
bergerak untuk suatu keperluan yang mendadak, digunakan untuk menyergap musuh,
dan dapat mencapai tempat yang jauh dalam waktu yang singkat.
Memahami karakter ideal pimpinan di masa kini, bukankah sayang jika tidak
kita lakukan? Tantangan akan
selalu ada dan beragam, tapi menjadi pemimpin akan memberikan banyak manfaat,
bagi diri sendiri, maupun orang lain. Satu orang saja tidak cukup, yuk, kita
bersama menjadi pemimpin ideal yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
kehidupan di masa kini!
Wallahu'Alam Bishowab.
_________________
*) Tulisan ini merupakan Penguatan
wawasan kepemimpinan dalam mendukung "Ingin Jadi Manajer
Kewirausahaan Sukses?"
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti,
Pengampu mata kuliah Manajemen Strategis Penulis buku: Manajemen Risiko;
Manajemen Kewirausahaan pendidikan; Manajemen Strategis; Manajemen Kewirausahaan
Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan; Guru Besar Manajemen
Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi;
Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung
yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta
garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat
Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri
Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap
tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung.
Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket
A B C. Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag
Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun
2022 dapat di akses melalui: (1) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2)
https://www.google.com/search? q=buku+ a.rusdiana+shopee&source (3) https://play.google.com/store/
books/ author?id.