AGILE LEADERSHIP: Alternatif Pemimpin Ideal di Masa VUCA

Penulis Ahmad Rusdiana

Dibaca: 494 kali

Ahmad Rusdiana

Oleh Ahmad Rusdiana

 

Era VUCA yang bergejolak, tidak pasti, kompleks, dan ambigu. Organisasi dituntut untuk lebih cepat merespon, kolaboratif, fleksibel serta adaptif terhadap perubahan lingkungan. Organisasi yang hirarkis akan kehilangan momentum bisnis karena keterlambatan merespon dan kalah dalam inovasi. Organisasi yang birokratis akan tergerus oleh start up dan pemain baru yang lincah. Jika anda tidak ingin ketinggalan maka Organisasi dan pimpinan anda perlu bertransformasi menjadi agile.  Sudah barang tentu pula versi ideal ini juga ‘bergerak’ sesuai kebutuhan. Dengan perubahan dan pergerakan informasi yang terjadi secara sangat cepat, karakter wajib yang dibutuhkan dan dicari di masa kini adalah agile atau ketangkasan yang mengimbangi arus tersebut. Survey yang dilakukan Joiner&Josephs (2007) 91% responden berpendapat bahwa pemimpin menjadi faktor utama. Joiner menemukan bahwa agile merupakan kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin perusahaan. Hal ini juga ditegaskan dalam survei yang dilakukan, dimana sembilan puluh enam persen individu berusia 18-28 setuju bahwa karakteristik agile adalah karakter yang ideal untuk era VUCA. (Noviary, 2021).

Agile leadership adalah keahlian menciptakan konteks yang tepat untuk pengorganisasian diri, dan lingkungan di mana tim yang agile berkolaborasi, belajar satu sama lain, mendapatkan umpan balik cepat, dan fokus pada kualitas dan pembelajaran berkelanjutan. Leader tidak mengelola secara mikro orang-orang atau menciptakan kebebasan total, melainkan menyeimbangkan antara situasi dan struktur, mengembangkan dan memelihara lingkungan yang tepat, fokus pada budaya, kepemilikan, pola pikir, umpan balik, dan tujuan jangka panjang (Parker & Holesgrove, 2015).

Lantas Bagaimana Karakter Agile leadership yang dibutuhan di Era VUCA? Dengan banyaknya tantangan, pemimpin yang baik juga harus beradaptasi dalam menghadapi tantangan tersebut. Secara singkat, Agile thinking adalah kemampuan untuk tetap berkembang dalam lingkungan yang mengancam (Neubauer,&Tarling,2017). Proses adaptasi serta memperkuat koneksi dengan tim merupakan aspek yang diperlukan dalam agile thinking. Joiner, (2019), memandang Agile thinking adalah kemampuan kognitif dan emosi untuk berkembang dalam level dan tahap yang tidak dapat diprediksi Agile thinking dikatakan berkembang ketika individu dapat bergerak lebih cepat maju dan mundur antara refleksi dan aksi. Penyesuaian diri dan pengambilan keputusan yang cepat menjadi sifat dari agile thinking.  

Kesadaran akan pentingnya agile thinking menjadi strategi yang lebih efektif dimasa sekarang untuk mengatasi situasi paradoks (Gomes Miner& Rego 2019). Denning, (2018), mandang Agile thinking menjadi cara yang lebih baik bagi leader dalam strategi mengatasi masalah industri saat ini .Kesuksesan sekarang bukan dilihat dari menang atau kalah tetapi diukur dengan kemampuan untuk tetap berkembang di situasi yang mudah berubah (Ubl et al., 2017).

Dalam hal ini agile thinking adalah sebuah kemampuan yang digunakan untuk bertahan dari ancaman global. Berdasarkan berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa agile thinking adalah kemampuan kognitif dan emosi untuk menyesuaikan diri, memunculkan kreativitas dan berinovasi dengan cepat guna berkembang dalam menghadapi kondisi industri yang dinamis.

Dapat dikatakan agile thinking adalah kemampuan berpikir dan bertindak lebih cepat serta lebih maju untuk menghadapi berbagai respon agar tidak kalah bersaing. Menurut Neubauerm, dkk. (2017) ada empat aspek kompetensi yang berpegaruh dalam agile thinking. Keempat kompetensi tersebut saling melengkapi sebagai bagian dari agile thinking, diantaranya:

Pertama: Adaptable, yaitu dapat bertahan dalam situasi lingkungan kompleks yang berubah-ubah. Dalam organisasi berarti siap untuk berinovasi dan menghadapi peluang maupun ancaman yang muncul. Dalam level individu, adaptable berarti terbuka pada ide baru untuk berubah ketika perubahan itu diperlukan dan berhasil untuk mengkomunikasikan ide baru tersebut pada orang di sekitar.

Kedua: Humble, yaitu mampu menerima feedback dan pengetahuan baru dari orang lain. Tidak membatasi diri untuk belajar sesuatu yang baru dan tetap terbuka terhadap setiap informasi baru merupakan perilaku dari humble. Menjadi humble berarti belajar untuk menerima, menyambut, dan membangkitkan pengetahuan tim untuk keuntungan organisasi;

Ketiga: Visionary, yaitu mampu untuk memilih dan meraih tujuan jangka panjang meskipun dalam jangka pendek ada kejadian yang tidak pasti. Dalam level organisasi, visionary sangat dibutuhkan untuk menentukan tujuan dari organisasi tersebut.

Keempat: Engaged, yaitu memiliki komunikasi yang baik dengan tim. Selalu berusaha mengerti setiap hal yang terjadi melalui komunikasi merupakan salah satu perilaku yang muncul pada aspek engaged.

Pada era revolusi industri keempat dan kelima ini diwarnai dengan VUCA yang membuat segalanya memodernisasi peran model kepemimpinan agile/ketangkasan sangat penting, karena karakter dasar pemimpin adalah Model kepemimpinan agile sudah tepat untuk diterapkan diterapkan dalam kondisi terminal era revolusi industri dan digitalisasi, mengingat semua aspek kehidupan yang berpusat pada empat prinsip kemajuan termasuk teknis asisten, interkoneksi, terdesentralisasi Keputusan, dan transparansi informasi.

Model kepemimpinan agile atau ketangkasan. Ditegaskan dalam surat al-Anfal;60: "Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah dan musuhmu"(QS. al-Anfal [8]: 60).

Maksudnya, dalam ketangkasan berkuda terkandung faedah yang tidak terkira banyaknya. Di antaranya adalah dapat dipergunakan untuk mencari nafkah, cepat bergerak untuk suatu keperluan yang mendadak, digunakan untuk menyergap musuh, dan dapat mencapai tempat yang jauh dalam waktu yang singkat.

Memahami karakter ideal pimpinan di masa kini, bukankah sayang jika tidak kita lakukan? Tantangan akan selalu ada dan beragam, tapi menjadi pemimpin akan memberikan banyak manfaat, bagi diri sendiri, maupun orang lain. Satu orang saja tidak cukup, yuk, kita bersama menjadi pemimpin ideal yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan kehidupan di masa kini!

Wallahu'Alam Bishowab.

_________________

*) Tulisan ini merupakan Penguatan wawasan kepemimpinan dalam mendukung "Ingin Jadi Manajer Kewirausahaan  Sukses?"

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah Manajemen Strategis Penulis buku: Manajemen Risiko; Manajemen Kewirausahaan pendidikan; Manajemen Strategis; Manajemen Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Kewirausahaan Pendidikan; Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Misbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui: (1) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2) https://www.google.com/search? q=buku+ a.rusdiana+shopee&source (3) https://play.google.com/store/ books/ author?id.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...