Penulis: Dr. Drs. Raya Erwana, M.Pd.
Dr. Drs. Raya Erwana, M.Pd.
Oleh Dr. Drs. Raya
Erwana, M.Pd.
(Praktisi
Pendidikan)
Kisah ini akan
dimulai dari seseorang yang bernama Sholah Athiyah. Siapakah itu Ir. Sholah
Athiyah?
Mari kita simak penjelasan
di bawah ini. Alkisah, sebuah kota kecil bernama Tafahna Al Asyrof, hiduplah
seorang pemuda bernama Ir. Sholah Athiyah, di kota kecil yang tenang ini, kini
telah berubah menjadi kota terkenal di Mesir. Seperti yang dikutip oleh Syekh
DR. Mustafa Dasuki Kasbah, Ahli Wakaf dari Universitas al-Azhar. Di Mesir ada
sebuah kota kecil bernama Tafahna Al Asyrof. Kota ini adalah kota kecil yang
tenang. Namun atas perjuangan seseorang bernama Sholah Athiyah kota ini menjadi
salah satu kota terkenal di Mesir.
Sholah Athiyah
adalah seorang pemuda miskin dari kota itu. Bahkan ketika dia kuliah, dia hanya
memiliki satu celana panjang. Ia belajar di salah satu universitas di Mesir
jurusan pertanian. Setelah itu, ia dan delapan rekannya sepakat untuk memulai
bisnis unggas dan perkebunan.
Mereka
mengumpulkan uang sebagai modal masing-masing dengan menjual apapun yang mereka
miliki. Termasuk uang hasil penjualan perhiasan istri-istrinya. Dan akhirnya
uang sedikit demi sedikit berhasil mereka kumpulkan. Kemudian mereka berpikir,
bagaimana jika ada tambahan partner untuk memperkuat bisnis mereka. Yaitu
pasangan ke-10.
Jadi mereka
mencari 'mitra kesepuluh'. Tapi siapa pasangan ke-10? Kemudian Ir. Sholah
Athiyah mengusulkan satu nama sebagai pasangan kesepuluhnya, yaitu Allah SWT.
Dan Allah akan menerima 10% dari keuntungan bisnis mereka. Dengan perjanjian
Allah yang akan memberikan (perlindungan, pemeliharaan dan perawatan) dari
segala wabah penyakit.
Kemudian dibuatlah
surat perjanjian di bawah Notaris lengkap dengan segala klausulnya. Termasuk
mengikutsertakan Allah sebagai sekutu kesepuluhnya. Tak disangka di tahun
pertama usahanya langsung melejit. Kemudian mereka sepakat lagi untuk
meningkatkan persentase keuntungan kepada mitra kesepuluh sebesar 20% pada
tahun berikutnya. Hingga akhirnya pada tahun berikutnya menembus hingga 50%.
Lalu bagaimana
cara mengalokasikan keuntungan 50%? Jadi sekolah dibangun untuk anak laki-laki
dan perempuan dari tingkat SD sampai SMA. Namun, karena keuntungan bisnis
semakin maju, Baitul Maal pun dibuat di kota kecil itu.
Selanjutnya, Ir.
Sholah Athiyah dan kawan-kawan mengajukan izin mendirikan universitas di kota
ini. Namun, ditolak dengan alasan tidak adanya sarana prasarana pendukung bagi
para siswa. Akhirnya, mereka mengusulkan pembangunan universitas lengkap dengan
jalur kereta api, kereta api dan stasiun dengan biaya sendiri. Dan ini akhirnya
disetujui.
Akhirnya, untuk
pertama kalinya, universitas pertama di kota kecil ini didirikan. Selanjutnya
didirikan universitas-universitas berikut ditambah asrama untuk mahasiswi yang
berjumlah lebih dari seribu kamar. Kemudian Baitul Maal kedua dibangun dan
alhasil kemiskinan di kota ini hilang.
Setiap panen,
seluruh kota diberikan sayuran gratis. Dan juga diadakan pelatihan bagi pemuda
pengangguran untuk menjadi petani tangguh. Dan bisa mendapatkan hasil yang
diekspor ke negara tetangga.
Dan pada
puncaknya, Ir. Sholah menyerahkan 100% keuntungan usahanya kepada Allah SWT
sebagai partner ke-10. Dan dia berubah menjadi "karyawan" untuk
pasangannya yang ke-10. Dan dia juga mau menerima gajinya dengan syarat
Tuhannya, sehingga dia diberi keyakinan bahwa dia hanya membutuhkan dan meminta
kepada-Nya saja. Di akhir hidupnya ia dibaringkan oleh jutaan orang Mesir.
Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya, Aamiin.
Dari kisah di atas
dapat disimpulkan bahwa, apabila kita melibatkan Allah SWT sebagai Mitra kita
dalam setiap urusan kita, inshaaAllah keberkahan hidup di dunia maupun di
akhirat akan selalu terlimpah pada diri kita. Aamiin.
Sumber cerita
http://mediakeuangan.faitslasante.com