Penulis: Muhammad Syuro
Muhammad Syuro
LGBT adalah singkatan (lesbian,
gay, biseksual dan transgender). LGBT bukan gangguan mental melainkan penyakit
pribadi. Banyak orang bilang LGBT adalah penyakit gangguan mental. Banyak orang
yang tidak setuju dengan LBGT bahkan di sebagian Negara melarangnya untuk
melakukan LGBT bahkan sampai ada biokot dari negaranya. Bahkan sekarang di
sepakbola Eropa ada yang mendukung penuh tentang LGBT ini sampai ban kapten pun
diganti menjadi pelangi. Lambang pelangi (rainbow flag) adalah lambang sebuah
Simbol LGBT dan gerakan LGBT yang digunakan pada tahun 1970.
Apa itu LGBT?
Sebelum memahami apa itu LGBT,
penting bagi Anda untuk mengetahui konsep orientasi seksual dan identitas
seksual, yang berkaitan dengan kelompok ini. Orientasi seksual merupakan
ketertarikan seksual, romantis, dan emosional yang dirasakan seorang individu
terhadap individu lain. Orientasi seksual sendiri memiliki beberapa jenis,
yaitu heteroseksual, homoseksual, biseksual, dan seksual. Heteroseksual adalah
orang-orang yang menyukai lawan jenis. Seorang pria menyukai seorang wanita,
dan seorang wanita menyukai seorang pria. Homoseksual merujuk pada penyuka
sesama jenis. Pada kelompok ini, ada kaum menyukai sesama jenis. Banyak faktor
yang menyebabkan sesorang menjadi LGBT. Pertama; Faktor keluarga, ketika
sesorang anak mendapat atau melihat perilaku yang kasar dan tidak sewajarnya
seperti yang sering terjadi di keluarga broken home. Hal tersebut yang
menjadikan anak lari kepada bagian dari LGBT. Biasanya hal tersebut dialami
oleh anak perempuan yang mendapatkan perlakuan keras dari ayah atau saudara
laki-laki, yang mengakibatkan anak benci terhadap laki-laki.
Faktor lingkungan dan pergaulan,
menjadi faktor remaja terjerumus dalam bagian dari LGBT. Lingkungan yang
dimaksud yaitu lingkungan yang sering terjadi tindakan pelecehan terhadap anak
atau anak tersebut yang menjadi korban pelecehan. Sehingga membuat anak trauma
dan membenci lawan jenisnya. Dan pergaulan yang dimaksud yaitu pergaulan yang
tidak terarah seperti ikut bergabung dalam komunitas LGBT atau berteman dengan
teman yang menyukai sesama jenis. Keberadaan kaum LGBT sendiri kerap memicu
banyak perdebatan. Tidak sedikit yang menganggap mereka sejajar dengan kaum
heteroseksual. Namun, banyak yang menduga, kaum ini melanggar kodrat alamiah
mereka. Homoseksual adalah sebuah hubungan yang sangat dilarang oleh agama
khususnya agama Islam, biasanya ketika seseorang bercerita
tentang homoseksual maka mereka pasti menisbatkan pada sebuah kisah kaum masa lalu
zaman nabi luth karena memang itulah sejarah homoseksual yang terekam dalam Alquran.
Dari beberapa ayat al-quran itulah sebagai dasar kaum muslim mengharamkan yang
namanya homoseksual, saya pribadi tidak mempermasalahkan dengan hal itu karena
memang sudah sebuah aturan baku dari Allah SWT yang harus di taati hambanya
agar tidak terjerumus perilaku homoseksual.
Golongan homoseksual ini terjadi
karena adanya pergeseran norma-norma susila yang di anut oleh masyarakat, serta
semakin menipisnya kontrol sosial yang ada dalam masyarakat tersebut. Hal ini
disebabkan karena lemahnya iman dan pengendalian hawa nafsu serta karena
banyaknya rangsangan seksual. Kerapuhan iman seseorang juga dapat menyebabkan
segala kejahatan terjadi karena iman sajalah yang mampu menjadi benteng paling
efektif dalam mengekang penyimpangan seksual.
Selain itu, kurang pengetahuan
dan pemahaman agama juga merupakan factor internal yang mempengaruhi terjadinya
homoseksual. Ini kerana penulis merasakan didikan agama dan akhlak sangat penting
dalam membentuk akal, pribadi dan pribadi individu itu. Pengetahuan agama
memainkan peran yang penting sebagai benteng pertahanan yang paling ideal dalam
mendidik diri sendiri untuk membedakan yang mana baik dan yang mana yang
sebaliknya, haram dan halal dan lain-lain.
Dampak negatif dari fenomena LGBT
tidak hanya ditinjau dari sisi kesehatan atau pribadi seseorang saja, bahkan
juga mengikis dan menggugat keharmonisan hidup bermasyarakat. Dari sudut
sosiologi pula,ia akan menyebabkan peningkatan gejala sosial dan maksiat hingga
tidak dapat dikendalikan. Jika dilihat dari sisi psikologi, kebiasaan jelek ini
akan mempengaruhi kejiwaan dan memberi efek yang sangat kuat pada syaraf.
Sebagai akibatnya pelaku merasa dirinya bukan lelaki atau perempuan sejati, dan
merasa khawatir terhadap identitas diri dan seksualitasnya. Pelaku merasa
cenderung dengan orang yang sejenis dengannya. Hal ini juga bisa memberi efek
terhadap akal, menyebabkan pelakunya menjadi pemurung. Seorang homoseks selalu
merasa tidak puas dengan pelampiasan hawa nafsunya. Gejala ini juga bisa
merusakkan institusi keluarga dan membunuh keturunan.
Keluarga adalah unit dasar suatu
masyarakat dan selanjutnya pembentukan sebuah bangsa dan negara. Namun dengan
fenomena Lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) yang menular ke seluruh
masyarakat dunia, termasuk negara kita, ia memberi berbagai efek kepada
institusi keluarga yang tradisi sifatnya. Kondisi ini tentunya akan
mengakibatkan rasa kecewa di kalangan anggota keluarga yang lain. Dan juga berpotensi
menimbulkan pertikaian sesama anggota keluarga dan kerabat.Ketika salah seorang
pasangan suami istri terlibat dalam kancah LGBT, sudah pasti ia akan
mempengaruhi pihak lain. Sebagai manusia normal, setidaknya
ia akan berhadapan dengan tekanan emosi. Jika perilaku pasangan yang melanggar
fitrah alam ini tidak dirawat sehingga dia kembali normal, ia akan memperbesar
potensi tekanan mental yang lebih berat kepada pihak lain. Jika ada anak yang
tumbuh dalam rumah tangga atau keluarga yang terlibat, tentunya akan
mempengaruhi anak-anak yang ada.
Jika konflik pernikahan
disebabkan kesalahan ini menjadi semakin parah, maka tentulah pihak yang
menjadi korban keadaan terpaksa memilih untuk bercerai. Perceraian disebabkan
faktor sebegini merupakan kerugian yang sangat besar kepada masyarakat. Satu
unit yang membentuk keutuhan masyarakat gugur dan pada saat yang sama. Belum
tentu pihak yang terlibat dengan LGBT akan menerima pengajaran dari perceraian
tersebut. Belum lagi menghitung dampak tidak baik yang ditanggung oleh pihak
lain dan anak-anak yang tidak bersalah, tetapi menjadi korban keadaan.
Baker memilih warna
pelangi bukan tanpa alasan. Ia mengungkap
kepada Time, “Kami membutuhkan sesuatu yang menyatakan (ekspresi keberdaan)
kita. Pelangi benar-benar cocok untuk menggambarkan ide itu, dalam hal
keberagaman: warna, jenis kelamin dan ras. Awalnya, Baker menciptakan bendera
pelangi dengan delapan warna: pink, merah, oranye, kuning, hijau, biru
kehijauan, nila dan ungu, Namun saat ini, yang palingpopuler adalah bendera
pelangi enam warna, tanpa pink dan biru kehijauan. Keberadaan kaum LGBT sendiri
kerap memicu banyak perdebatan. Tidak sedikit yang menganggap mereka sejajar
dengan kaum heteroseksual. Namun, banyak yang menduga, kaum ini melanggar
kodrat alamiah mereka.
Jika anak sudah
kelihatan menyimpang, seperti laki-laki yang berpenampilan seperti perempuan
ataupun sebaliknya, maka orang tua harus menegur dan memberi pemahaman tentang
batasan yang dipakai untuk laki-laki dan perempuan berbeda. Serta segera
mengarahkan anak ke penampilan yang selayaknya sesuai jenis kelamin anak.
Dengan hal-hal tersebut, diharapkan LGBT dapat dicegah mulai dini. Sebab LGBT
merupakan masalah kejiwaan dan kebiasaan yang perlu ditangani oleh semua pihak.
Dengan adanya kerjasama dari berbagai pihak, diharapkan masalah LGBT yang
menjadi kontroversi bisa diatasi dengan baik. Tanpa harus mendiskriminasi
kelainan dari LGBT tersebut. Terlepas dari keyakinan saat ini terhadap LGBT, Anda disarankan
untuk tidak mendiskriminasi kelompok individu LGBT yang membuka jati dirinya
baik secara verbal maupun non-verbal, hindari memberi perlakuan yang kasar,
serta tetap perlakukan mereka seperti manusia biasa lainnya.
Sebab, para ahli
sudah menyatakan, untuk menjadi LGBT bukanlah sesuatu yang dapat
dipilih, sehingga anda tidak akan mampu untuk mengubah mereka. Terlepas dari
keyakinan saat ini terhadap LGBT, anda disarankan untuk tidak mendiskriminasi
kelompok individu LGBT yang membuka jati dirinya baik secara verbal maupun
non-verbal, hindari memberi perlakuan yang kasar, serta tetap perlakukan mereka
seperti manusia biasa lainnya. Sebab, para ahli sudah menyatakan, untuk menjadi
LGBT bukanlah sesuatu yang dapat dipilih, sehingga Anda tidak akan mampu untuk
mengubah mereka.
Terima kasih
Penulis: Muhammad Syuro
(Mahasiswa Institut Ummul Quro Al-islami). Prodi Komunikasi Penyiaran Islam
(KPI). Lahir di BOGOR 26 MARET 2001, Pasangan dari Alm H Munir & H Holini.
Muhammad Syuro lahir anak ke-4 dari 6 bersaudara. Muhammad Syuro biasa disapa
Syuro, selain sibuk kuliah Syuro juga usaha nasi goreng di daerah Ciapus Bogor.