BAHAYA VIRUS LGBT DI KALANGAN REMAJA

Penulis: Muhammad Syuro

Dibaca: 278 kali

Muhammad Syuro

Oleh Muhammad Syuro

 

LGBT adalah singkatan (lesbian, gay, biseksual dan transgender). LGBT bukan gangguan mental melainkan penyakit pribadi. Banyak orang bilang LGBT adalah penyakit gangguan mental. Banyak orang yang tidak setuju dengan LBGT bahkan di sebagian Negara melarangnya untuk melakukan LGBT bahkan sampai ada biokot dari negaranya. Bahkan sekarang di sepakbola Eropa ada yang mendukung penuh tentang LGBT ini sampai ban kapten pun diganti menjadi pelangi. Lambang pelangi (rainbow flag) adalah lambang sebuah Simbol LGBT dan gerakan LGBT yang digunakan pada tahun 1970.

Apa itu LGBT?

Sebelum memahami apa itu LGBT, penting bagi Anda untuk mengetahui konsep orientasi seksual dan identitas seksual, yang berkaitan dengan kelompok ini. Orientasi seksual merupakan ketertarikan seksual, romantis, dan emosional yang dirasakan seorang individu terhadap individu lain. Orientasi seksual sendiri memiliki beberapa jenis, yaitu heteroseksual, homoseksual, biseksual, dan seksual. Heteroseksual adalah orang-orang yang menyukai lawan jenis. Seorang pria menyukai seorang wanita, dan seorang wanita menyukai seorang pria. Homoseksual merujuk pada penyuka sesama jenis. Pada kelompok ini, ada kaum menyukai sesama jenis. Banyak faktor yang menyebabkan sesorang menjadi LGBT. Pertama; Faktor keluarga, ketika sesorang anak mendapat atau melihat perilaku yang kasar dan tidak sewajarnya seperti yang sering terjadi di keluarga broken home. Hal tersebut yang menjadikan anak lari kepada bagian dari LGBT. Biasanya hal tersebut dialami oleh anak perempuan yang mendapatkan perlakuan keras dari ayah atau saudara laki-laki, yang mengakibatkan anak benci terhadap laki-laki.

Faktor lingkungan dan pergaulan, menjadi faktor remaja terjerumus dalam bagian dari LGBT. Lingkungan yang dimaksud yaitu lingkungan yang sering terjadi tindakan pelecehan terhadap anak atau anak tersebut yang menjadi korban pelecehan. Sehingga membuat anak trauma dan membenci lawan jenisnya. Dan pergaulan yang dimaksud yaitu pergaulan yang tidak terarah seperti ikut bergabung dalam komunitas LGBT atau berteman dengan teman yang menyukai sesama jenis. Keberadaan kaum LGBT sendiri kerap memicu banyak perdebatan. Tidak sedikit yang menganggap mereka sejajar dengan kaum heteroseksual. Namun, banyak yang menduga, kaum ini melanggar kodrat alamiah mereka. Homoseksual adalah sebuah hubungan yang sangat dilarang oleh agama khususnya agama Islam, biasanya ketika seseorang bercerita tentang homoseksual maka mereka pasti menisbatkan pada sebuah kisah kaum masa lalu zaman nabi luth karena memang itulah sejarah homoseksual yang terekam dalam Alquran. Dari beberapa ayat al-quran itulah sebagai dasar kaum muslim mengharamkan yang namanya homoseksual, saya pribadi tidak mempermasalahkan dengan hal itu karena memang sudah sebuah aturan baku dari Allah SWT yang harus di taati hambanya agar tidak terjerumus perilaku homoseksual.

Golongan homoseksual ini terjadi karena adanya pergeseran norma-norma susila yang di anut oleh masyarakat, serta semakin menipisnya kontrol sosial yang ada dalam masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan karena lemahnya iman dan pengendalian hawa nafsu serta karena banyaknya rangsangan seksual. Kerapuhan iman seseorang juga dapat menyebabkan segala kejahatan terjadi karena iman sajalah yang mampu menjadi benteng paling efektif dalam mengekang penyimpangan seksual.

Selain itu, kurang pengetahuan dan pemahaman agama juga merupakan factor internal yang mempengaruhi terjadinya homoseksual. Ini kerana penulis merasakan didikan agama dan akhlak sangat penting dalam membentuk akal, pribadi dan pribadi individu itu. Pengetahuan agama memainkan peran yang penting sebagai benteng pertahanan yang paling ideal dalam mendidik diri sendiri untuk membedakan yang mana baik dan yang mana yang sebaliknya, haram dan halal dan lain-lain.

Dampak negatif dari fenomena LGBT tidak hanya ditinjau dari sisi kesehatan atau pribadi seseorang saja, bahkan juga mengikis dan menggugat keharmonisan hidup bermasyarakat. Dari sudut sosiologi pula,ia akan menyebabkan peningkatan gejala sosial dan maksiat hingga tidak dapat dikendalikan. Jika dilihat dari sisi psikologi, kebiasaan jelek ini akan mempengaruhi kejiwaan dan memberi efek yang sangat kuat pada syaraf. Sebagai akibatnya pelaku merasa dirinya bukan lelaki atau perempuan sejati, dan merasa khawatir terhadap identitas diri dan seksualitasnya. Pelaku merasa cenderung dengan orang yang sejenis dengannya. Hal ini juga bisa memberi efek terhadap akal, menyebabkan pelakunya menjadi pemurung. Seorang homoseks selalu merasa tidak puas dengan pelampiasan hawa nafsunya. Gejala ini juga bisa merusakkan institusi keluarga dan membunuh keturunan.

Keluarga adalah unit dasar suatu masyarakat dan selanjutnya pembentukan sebuah bangsa dan negara. Namun dengan fenomena Lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) yang menular ke seluruh masyarakat dunia, termasuk negara kita, ia memberi berbagai efek kepada institusi keluarga yang tradisi sifatnya. Kondisi ini tentunya akan mengakibatkan rasa kecewa di kalangan anggota keluarga yang lain. Dan juga berpotensi menimbulkan pertikaian sesama anggota keluarga dan kerabat.Ketika salah seorang pasangan suami istri terlibat dalam kancah LGBT, sudah pasti ia akan mempengaruhi pihak lain. Sebagai manusia normal, setidaknya ia akan berhadapan dengan tekanan emosi. Jika perilaku pasangan yang melanggar fitrah alam ini tidak dirawat sehingga dia kembali normal, ia akan memperbesar potensi tekanan mental yang lebih berat kepada pihak lain. Jika ada anak yang tumbuh dalam rumah tangga atau keluarga yang terlibat, tentunya akan mempengaruhi anak-anak yang ada.

Jika konflik pernikahan disebabkan kesalahan ini menjadi semakin parah, maka tentulah pihak yang menjadi korban keadaan terpaksa memilih untuk bercerai. Perceraian disebabkan faktor sebegini merupakan kerugian yang sangat besar kepada masyarakat. Satu unit yang membentuk keutuhan masyarakat gugur dan pada saat yang sama. Belum tentu pihak yang terlibat dengan LGBT akan menerima pengajaran dari perceraian tersebut. Belum lagi menghitung dampak tidak baik yang ditanggung oleh pihak lain dan anak-anak yang tidak bersalah, tetapi menjadi korban keadaan.

Baker memilih warna pelangi bukan tanpa alasan. Ia mengungkap kepada Time, “Kami membutuhkan sesuatu yang menyatakan (ekspresi keberdaan) kita. Pelangi benar-benar cocok untuk menggambarkan ide itu, dalam hal keberagaman: warna, jenis kelamin dan ras. Awalnya, Baker menciptakan bendera pelangi dengan delapan warna: pink, merah, oranye, kuning, hijau, biru kehijauan, nila dan ungu, Namun saat ini, yang palingpopuler adalah bendera pelangi enam warna, tanpa pink dan biru kehijauan. Keberadaan kaum LGBT sendiri kerap memicu banyak perdebatan. Tidak sedikit yang menganggap mereka sejajar dengan kaum heteroseksual. Namun, banyak yang menduga, kaum ini melanggar kodrat alamiah mereka.

Jika anak sudah kelihatan menyimpang, seperti laki-laki yang berpenampilan seperti perempuan ataupun sebaliknya, maka orang tua harus menegur dan memberi pemahaman tentang batasan yang dipakai untuk laki-laki dan perempuan berbeda. Serta segera mengarahkan anak ke penampilan yang selayaknya sesuai jenis kelamin anak. Dengan hal-hal tersebut, diharapkan LGBT dapat dicegah mulai dini. Sebab LGBT merupakan masalah kejiwaan dan kebiasaan yang perlu ditangani oleh semua pihak. Dengan adanya kerjasama dari berbagai pihak, diharapkan masalah LGBT yang menjadi kontroversi bisa diatasi dengan baik. Tanpa harus mendiskriminasi kelainan dari LGBT tersebut. Terlepas dari keyakinan saat ini terhadap LGBT, Anda disarankan untuk tidak mendiskriminasi kelompok individu LGBT yang membuka jati dirinya baik secara verbal maupun non-verbal, hindari memberi perlakuan yang kasar, serta tetap perlakukan mereka seperti manusia biasa lainnya.

Sebab, para ahli sudah menyatakan, untuk menjadi LGBT bukanlah sesuatu yang dapat dipilih, sehingga anda tidak akan mampu untuk mengubah mereka. Terlepas dari keyakinan saat ini terhadap LGBT, anda disarankan untuk tidak mendiskriminasi kelompok individu LGBT yang membuka jati dirinya baik secara verbal maupun non-verbal, hindari memberi perlakuan yang kasar, serta tetap perlakukan mereka seperti manusia biasa lainnya. Sebab, para ahli sudah menyatakan, untuk menjadi LGBT bukanlah sesuatu yang dapat dipilih, sehingga Anda tidak akan mampu untuk mengubah mereka.

Terima kasih

Penulis: Muhammad Syuro (Mahasiswa Institut Ummul Quro Al-islami). Prodi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Lahir di BOGOR 26 MARET 2001, Pasangan dari Alm H Munir & H Holini. Muhammad Syuro lahir anak ke-4 dari 6 bersaudara. Muhammad Syuro biasa disapa Syuro, selain sibuk kuliah Syuro juga usaha nasi goreng di daerah Ciapus Bogor.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...