Cara Mengendalikan Emosi Anak ketika Marah

Penulis: Rakhmi Ifada, S.Ag, M.Pd.I.

Dibaca: 352 kali

Rakhmi Ifada, S.Ag, M.Pd.I.

Oleh Rakhmi Ifada, S.Ag, M.Pd.I.

(Guru SMAN 1 Cgombong Bogor)

 

Marah adalah luapan emosi kekesalan ketika segala hal tidak terpenuhi atau di luar kemampuannya. Anak-anak sering menghadapi persoalan dalam mengendalikan emosi. Meskipun kemarahan adalah emosi yang normal dan bisa diungkapkan, ada beberapa ekspresi kemarahan yang bisa membuat seorang anak akan menjadi kasar. Sedangkan Tuntunan agama mengajarkan tenang dan tidak marah.

Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: "Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga." (HR Ath-Thabrani).

Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: "Apabila seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam." (HR 

Mengendalikan emosi bukan satu perkara yang mudah bahkan untuk orang dewasa sekalipun. Tapi hal tersebut bukan berarti tidak bisa ditangani. Anak perlu mengetahui bagaimana menyalurkan amarahnya dengan cara yang sehat dan aman. Hal ini bertujuan untuk mengajarkan anak mengidentifikasi tanda-tanda kemarahan, mengapa marah dan bagaimana menemukan cara yang tenang dan terkendali sebelum melakukan tindakan anarkis atau lainnya.

Berikut ada beberapa cara mendidik anak untuk mengendalikan emosinya ketika marah, yaitu:

Pertama, didiklah anak bagaimana cara menenangkan dirinya.

Cara paling membantu untuk anak dapat meredakan amarah adalah diam atau beristirahat. Jika anak sedang marah, jangan bereaksi atau menegurnya. Hal tersebut malah dapat memicu kemarahan dan tidak terkendali emosinya.

Luangkan waktu sejenak agar anak merasa lebih tenang, rangkul dan bawa masuk ke kamarnya dengan suhu udara yang dingin agar ia memperoleh ketenangan. Atau bisa dialihkan dengan pergi ke tempat yang tenang, jauh dari apa yang menyebabkan kemarahan akan bisa membantu anak untuk aman dan tenang kembali.

Kedua, didik anak belajar bagaimana mengungkapkan perasaannya.

Anak jangan dibiasakan meluapkan amarah tanpa alasan yang jelas. Terkadang anak-anak cenderung uring-uringan, berteriak, menjerit, memukul, menendang, dan melempar benda saat mereka marah karena mereka tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Tenangin anak, ajak anak untuk mengungkapkan keinginan dan perasaannya, jauhkan dari kemarahan yang membelenggunya. Ajak bicara dan diskusikan apa yang menjadi penyebab marahnya.

Dalam hadits Rasulullah SAW menyampaikan, orang yang kuat bukanlah orang yang jago gulat. Namun orang yang mampu menahan amarahnya. Ini nasehat yang ampuh kepada anak, ketika mereka tidak dapat mengendalikan emosinya.

Ketiga, biasakan dialog dan jangan dibiasakan memendam amarahnya.

Begitu luapan emosi datang, tak terkendali maka adrenalin akan terpompa dan detak jantung akan meningkat. Saat tingkat adrenalin meningkat, kita merasa lebih energik dan kuat serta cenderung berbicara lebih keras. Perubahan dalam tubuh ini meningkatkan risiko agresi dan kekerasan. Untuk mencegahnya, penting untuk mengalihkan semua adrenalin tersebut kepada sesuatu yang lebih aman, menenangkan dan tidak berbahaya.

Ke empat, berempati pada anak dalam keadaan apapun.

Tanpa rasa empati, kita akan kesulitan untuk mencari cara untuk mengendalikan emosi anak ketika marah.  Ajakin anak bicara untuk mendiskusikan sesuatu yang memancing kemarahannya.  Bantu kenali perasaannya mereka marah, frustrasi, tidak puas atau hanya kesal saja.

Jika kita empati, maka akan mampu memahami perasaan mereka tanpa menghakiminya. Saat kita terbuka untuk mendengarkan, anak akan merasa lebih tenang dan nyaman kembali.

Kelima, berikan pujian ketika mereka dapat mengendalikan emosinya.

Emosi yang berlebihan dan meluapkan kemarahan bisa diredam dengan sikap tenang dan diam. Kita dapat membiasakannya dengan memberi pujian di saat anak mampu mengendalikan dirinya dan melakukan hal baik. Jadi saat anak Anda berperilaku baik, pujilah mereka dan hargai usaha mereka, namun jangan berlebihan.

Ke enam, tetapkan keteladanan dan contoh yang baik bagi anak.

Perilaku seorang anak berkaca dari pribadi orang tuanya. Baik buruknya perilaku anak bergantung pada bagaimana orang tua mendidik mereka. Apakah anak Anda melihat banyak percakapan dan teriakan yang penuh amarah di rumah? Jika iya, maka cara yang bisa dilakukan agar anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang aman dan tepat, adalah dengan memberi contoh dan teladan yang baik.

Ketujuh, terapkan aturan batasan yang jelas pada anak.

Anak boleh saja kesal namun jika marah, sejauh tidak sampai melampaui batas. Apa saja batasan yang tidak boleh dilampaui?

Kadar toleransi orang tua akan mencapai batasnya ketika kemarahan anak sudah sampai merusak fisik dan mengumpat. Beberapa di antaranya adalah memukul, menendang, menggigit, mencubit, menyakiti diri atau menggunakan kekerasan fisik.

Ke delapan, arahkan aktivitas fisik untuk mengendalikan emosinya.

Jika anak emosi bisa dilampiaskan melalui aktivitas fisik, dialihkan emosinya sejauh aktivitas itu tidak melukai orang lain. Mungkin bisa menggunakan tas atau bantal sebagai medium untuk melampiaskan emosinya. Aktivitas fisik juga ada batasnya, jaga anak untuk tidak menerapkan gerakan memukul yang akan membiasakan tindak kekerasan pada anak.

Jadi mengendalikan emosi dan menjaga untuk tidak marah harus terus diarahkan, agar anak dapat mengatur dirinya dengan baik dan terdidik dengan benar.

Biasakan untuk beristighfar setiap kali emosi datang dan diam sehingga marah akan terkontrol karena akan tenang dengan zikir kepada Allah Swt.

Bogor, 10 Desember 2022

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...