Penulis: Rakhmi Ifada, S.Ag, M.Pd.I.
Rakhmi Ifada, S.Ag, M.Pd.I.
Oleh Rakhmi Ifada, S.Ag, M.Pd.I.
(Guru SMAN
1 Cgombong Bogor)
Marah adalah luapan emosi kekesalan ketika segala hal
tidak terpenuhi atau di luar kemampuannya. Anak-anak sering menghadapi
persoalan dalam mengendalikan emosi. Meskipun kemarahan adalah emosi yang
normal dan bisa diungkapkan, ada beberapa ekspresi kemarahan yang bisa membuat
seorang anak akan menjadi kasar. Sedangkan Tuntunan agama mengajarkan tenang
dan tidak marah.
Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: "Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk
Surga." (HR Ath-Thabrani).
Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: "Apabila seorang dari kalian marah,
hendaklah ia diam." (HR
Mengendalikan emosi bukan satu perkara yang mudah bahkan
untuk orang dewasa sekalipun. Tapi hal tersebut bukan berarti tidak bisa
ditangani. Anak perlu mengetahui bagaimana menyalurkan amarahnya dengan cara
yang sehat dan aman. Hal ini bertujuan untuk mengajarkan anak mengidentifikasi
tanda-tanda kemarahan, mengapa marah dan bagaimana menemukan cara yang tenang
dan terkendali sebelum melakukan tindakan anarkis atau lainnya.
Berikut ada beberapa cara mendidik anak untuk
mengendalikan emosinya ketika marah, yaitu:
Pertama, didiklah anak bagaimana cara menenangkan dirinya.
Cara paling membantu untuk anak dapat meredakan amarah
adalah diam atau beristirahat. Jika anak sedang marah, jangan bereaksi atau menegurnya.
Hal tersebut malah dapat memicu kemarahan dan tidak terkendali emosinya.
Luangkan waktu sejenak agar anak merasa lebih tenang,
rangkul dan bawa masuk ke kamarnya dengan suhu udara yang dingin agar ia
memperoleh ketenangan. Atau bisa dialihkan dengan pergi ke tempat yang tenang,
jauh dari apa yang menyebabkan kemarahan akan bisa membantu anak untuk aman dan
tenang kembali.
Kedua, didik anak belajar bagaimana mengungkapkan
perasaannya.
Anak jangan dibiasakan meluapkan amarah tanpa alasan yang
jelas. Terkadang anak-anak cenderung uring-uringan, berteriak, menjerit,
memukul, menendang, dan melempar benda saat mereka marah karena mereka tidak
tahu apa yang harus dilakukannya.
Tenangin anak, ajak anak untuk mengungkapkan keinginan dan
perasaannya, jauhkan dari kemarahan yang membelenggunya. Ajak bicara dan
diskusikan apa yang menjadi penyebab marahnya.
Dalam hadits Rasulullah SAW menyampaikan, orang yang kuat
bukanlah orang yang jago gulat. Namun orang yang mampu menahan amarahnya. Ini
nasehat yang ampuh kepada anak, ketika mereka tidak dapat mengendalikan
emosinya.
Ketiga, biasakan dialog dan jangan dibiasakan memendam
amarahnya.
Begitu luapan emosi datang, tak terkendali maka adrenalin
akan terpompa dan detak jantung akan meningkat. Saat tingkat adrenalin
meningkat, kita merasa lebih energik dan kuat serta cenderung berbicara lebih
keras. Perubahan dalam tubuh ini meningkatkan risiko agresi dan kekerasan.
Untuk mencegahnya, penting untuk mengalihkan semua adrenalin tersebut kepada
sesuatu yang lebih aman, menenangkan dan tidak berbahaya.
Ke empat, berempati pada anak dalam keadaan apapun.
Tanpa rasa empati, kita akan kesulitan untuk mencari cara
untuk mengendalikan emosi anak ketika marah.
Ajakin anak bicara untuk mendiskusikan sesuatu yang memancing
kemarahannya. Bantu kenali perasaannya
mereka marah, frustrasi, tidak puas atau hanya kesal saja.
Jika kita empati, maka akan mampu memahami perasaan mereka
tanpa menghakiminya. Saat kita terbuka untuk mendengarkan, anak akan merasa
lebih tenang dan nyaman kembali.
Kelima, berikan pujian ketika mereka dapat mengendalikan
emosinya.
Emosi yang berlebihan dan meluapkan kemarahan bisa diredam
dengan sikap tenang dan diam. Kita dapat membiasakannya dengan memberi pujian
di saat anak mampu mengendalikan dirinya dan melakukan hal baik. Jadi saat anak
Anda berperilaku baik, pujilah mereka dan hargai usaha mereka, namun jangan
berlebihan.
Ke enam, tetapkan keteladanan dan contoh yang baik bagi
anak.
Perilaku seorang anak berkaca dari pribadi orang tuanya.
Baik buruknya perilaku anak bergantung pada bagaimana orang tua mendidik
mereka. Apakah anak Anda melihat banyak percakapan dan teriakan yang penuh
amarah di rumah? Jika iya, maka cara yang bisa dilakukan agar anak mampu
mengekspresikan kemarahan dengan cara yang aman dan tepat, adalah dengan
memberi contoh dan teladan yang baik.
Ketujuh, terapkan aturan batasan yang jelas pada anak.
Anak boleh saja kesal namun jika marah, sejauh tidak
sampai melampaui batas. Apa saja batasan yang tidak boleh dilampaui?
Kadar toleransi orang tua akan mencapai batasnya ketika
kemarahan anak sudah sampai merusak fisik dan mengumpat. Beberapa di antaranya
adalah memukul, menendang, menggigit, mencubit, menyakiti diri atau menggunakan
kekerasan fisik.
Ke delapan, arahkan aktivitas fisik untuk mengendalikan
emosinya.
Jika anak emosi bisa dilampiaskan melalui aktivitas fisik,
dialihkan emosinya sejauh aktivitas itu tidak melukai orang lain. Mungkin bisa
menggunakan tas atau bantal sebagai medium untuk melampiaskan emosinya.
Aktivitas fisik juga ada batasnya, jaga anak untuk tidak menerapkan gerakan memukul
yang akan membiasakan tindak kekerasan pada anak.
Jadi mengendalikan emosi dan menjaga untuk tidak marah
harus terus diarahkan, agar anak dapat mengatur dirinya dengan baik dan
terdidik dengan benar.
Biasakan untuk beristighfar setiap kali emosi datang dan
diam sehingga marah akan terkontrol karena akan tenang dengan zikir kepada
Allah Swt.
Bogor, 10 Desember 2022