DIKLAT KURIKULUM MERDEKA TERPUSAT SEBUAH MISKONSEPSI IKM

Penulis: Tatang Sunendar

Dibaca: 749 kali

Tatang Sunendar

Oleh Tatang Sunendar

(Widyaiswara BBGP. Anggota Kaci)

 

Dalam beberapa kegiatan coaching clinic implementasi kurikulum merdeka melalui flatform merdeka mengajar bagi guru dan kepala sekolah secara daring hampir selalu muncul pertanyaan- pertanyaan, kapan kami diundang untuk mengikuti diklat kurikulum merdeka yang diadakan di tingkat provinsi, maupun pusat, juga ada ungkapan lebih enak saat kurikulum 2013 kami diundang mengikuti diklat yang diadakan oleh LPMP, P4TK yang bertempat di hotel. Pertanyaan yang disampaikan oleh kepala sekolah dan guru tersebut merupakan sebuah miskonsepsi dalam implementasi kurikulum merdeka.

Ada beberapa miskonsepsi IKM. Salah satunya termasuk miskonsepsi dalam pendekatan pelatihan implementasi kurikulum merdeka secara mandiri yang menyatakan perlunya  pendekatan utama dalam IKM melalui serangkaian kegiatan bimbingan teknis (BIMTEK) atau Diklat yang dilakukan secara terpusat dari pusat, daerah hingga sekolah. Padahal pendekatan yang dilakukan dalam IKM adalah pemberdayaan komunitas belajar dan flatform merdeka  mengajar. Komunitas belajar adalah kelompok belajar tempat guru saling berbagi  praktek baik dalam mengadopsi kurikulum merdeka sedang platform merdeka mengajar adalah flatform edukasi yang menjadi teman penggerak untuk guru dalam mewujudkan pelajar Pancasila. Pertanyaanya, jenis diklat yang bagaimana dalam implementasi kurikulum merdeka?

Penerapan kurikulum merdeka pada saat ini adalah sebuah pilihan bukan sebuah keharusan seperti pada kurkulum 2013, sehingga wajar sekarang ini di sekolah terdiri dari tiga kelompok sekolah seperti mandiri belajar, mandiri berubah dan mandiri berbagi. Pilihan ini berdasarkan inisiatif dari sekolah itu sendiri. Di Provinsi Jawa Barat sebanyak 18.560 sekolah yang terdaftar  ikut IKM dengan rincian 11.646 mandiri belajar, 6.435 sekolah mandiri berubah, dan 598 sekolah mandiri berbagi. Hal ini menggambarkan mayoritas sekolah di Jawa Barat masih menggunakan kurikulum 2013. Karena merupakan sebuah pilihan sekolah didorong untuk mempelajari  kurikulum merdeka secara mandiri melalui flatform merdeka mengajar (FMM), maka dari itu pendekatan diklat yang digunakan dalam IKM adalah pendekatan diklat mandiri melalui FMM.

Namun senyampang dengan pelatihan kurikulum merdeka dilaksanakan secara mandiri melalui FMM. Sangat disayangkan dari 18.560 sekolah yang mendaftar jumlah yang login hanya 8.366 sekolah yang sudah memanfaatkan FMM. Jumlah ini menjadikan Provinsi  Jawa Barat berada pada rangking kedua dari bawah atau berada pada urutan 33  dari  34 provisi yang ada di Indonesia. Hal ini menggambarkan baru 45% sekolah yang telah memanfatkan FMM untuk berlatih tentang Kurikulum Merdeka.

Pelatihan IKM secara mandiri yang diikuti oleh guru dan kepala sekolah melalui FMM  telah disediakan lima topik yang bisa dipilih untuk dipelajari sepanjang tahun. Dalam mengikuti  pelatihan pesera terlebih dulu mempelajari modul yang disediakan, mengikuti latihan pemahaman, menyusun cerita reflektif serta mengunggah hasil pekerjaan sebagai bentuk aksi nyata berupa produk yang telah dibuat. Jika telah memenuhi kriteria yang ditentukan maka peserta memperoleh sertifikat secara langsung, sehingga jika guru, kepala sekolah mengikuti lima topik dan tuntas maka akan memperoleh lima buah sertifikat.

Adapun topik yang dipelajari dalam FMM antara lain topik 1). Merkeda belajar, pada topik ini guru akan mempelajari filosofi KHD yang menjadi landasan pembelajaran yang berpusat pada anak. 2) Kurikulum pada topik ini guru akan mempelajari struktur dan kerangka Kurikulum Merdeka. 3) Penrencanaan pembelajaran pada topik ini guru akan mempelajari bagaimana  perencanaan pembelajaran dengan menggunakan kurikulum.  Dari topik Perencanaan Pembelajaran, guru dapat memilih melanjutkan ke Topik Asesmen atau Topik Penyesuaian Pembelajaran dengan Karakteristik Murid terlebih dahulu. Hal ini tergantung pada kebutuhan belajar guru. 4) Asesmen pada topik Guru akan mempelajari ragam asesmen dan bagaimana penerapan asesmen yang dapat menunjang pembelajaran peserta didik. 5) Penyesuaian Pembelajaran dengan Kebutuhan dan Karakteristik Murid. Pada topik ini guru akan mempelajari bagaimana pengembangan pembelajaran dengan menyesuaikan kebutuhan peserta didik.

Adapun untuk kelancaran pelatihan mandiri IKM guru, kepala sekolah di komunitas belajar maka hendaknya:

Pertama mengembangkan budaya literasi karena dengan pelatihan secara mandiri dan menggunakan FMM guru dan kepala sekolah dituntut untuk belajar secara mandiri melalui penelaahan modul, mengerjakan tugas serta mengikuti latihan pemahaman, kemampuan literasi khususnya kemampuan membaca sangat dibutuhkan agar bisa mencerna apa yang tertuang dalam modul pelatihan.

Kedua membutuhkan komitmen guru dan kepala sekolah untuk menuntaskan topik-topik pelatihan agar semua topik yang disediakan di FMM bisa diimplementasikan oleh semua komponen sekolah.

Ketiga perlu dibuat jadwal khusus agar kegiatan pelatihan secara mandiri tidak mengganggu tugas pokok sebagai guru dan kepala sekolah, karena pelatihan mandiri ini bisa dilaksanakan sesai dengan waktu luang peserta pelatihan serta sesuai kesepakatan di kominitas belajar.

Keempat membutuhkan pendampingan dari pengawas Pembina agar guru dan kepala sekolah mampu mengikuti pelatihan sesuai dengan program yang telah ditetapkan dalam satu tahun serta agar guru dan kepala sekolah selalu diingatkan untuk senantiasa akses pada FMM, sehingga tinggkat aktivitasnya meningkat dari 45 persen menjadi 100 persen.

Kelima jika mendapatkan kesulitan maka guru dan kepala sekolah bisa memanfaatkan guru atau kepala sekolah dari program sekolah penggerak untuk berbagi praktek baik, atau mengundang pengawas sekolah yang telah mempunyai legalitas untuk melakukan pendampingan IKM. Di samping itu bisa juga memanfaatkan fitur Helfdesk di FMM sebagai sarana untuk mengelaborasi  pemahaman tentang IKM.

Kelima aspek di atas merupakan suatu keharusan agar sekolah mampu memahami IKM secara tuntas, karena era pelatihan secara mandiri merupakan era baru dalam melaksanakan suatu program nasional. Hal ini berbeda dengan saat implemenasi Kurikulum 2013, yang mulai dari  sosialisasi, wokshop dan pelatihan-pelatihan dilakukan secara berjenjang dan terpusat oleh LPMP, PPPPTK, PT yang bertempat di balai pelatihan maupun hotel-hotel.

Pelatihan IKM secara mandiri merupakan suatu peluang bagi sekolah, karena guru, kepala sekolah diberikan kebebasan untuk merancang kurikulum secara merdeka yang disesuaikan dengan karakteristik, potensi dan SDM yang ada di sekolah. Dengan kemerdekaan yang diberikan ini akan menumbuhkan profil sekolah yang beraneka ragam, sehingga proses penyeragaman dalam pengelolaan sekolah selama ini  pelan namun pasti akan ditinggalkan.

Pelatihan IKM secara mandiri merupakan wujud dari penerapan profil pelajar Pancasila yang tidak hanya dilaksanakan oleh siswa melainkan juga dipraktikkan oleh guru dan kepala sekolah, komponen profil pelajar Pancasila  dalam pelatihan IKM mandiri adalah komponen  kemandirian, gotong royong dan berpikir kritis. Proses pelatihan IKM secara mandiri yang dikembangkan di komuntias belajar akan menjadi sarana untuk merancang pelaksanaan pembelajaran yang berdiferensiasi sehingga diharapkan semua murid bisa berkembang dengan baik. Lingkungan belajar pun aman, nyaman, menyenangkan dan inklusif.

Pendekatan pelatihan IKM secara mandiri mengubah pendekatan pelatihan yang terpusat merupakan sebuah tantangan bagi otoritas pendidikan akankah mampu menjadi daya ungkit dalam melakukan tranformasi dan peningkatan mutu pendidikan, sehingga melahirkan profil siswa yang cerdas, kreatif, dan berkarakter, hanya waktu yang akan menjawab. Namun Mas Nadiem sebagai Mendikbud  berujar, “Guru yang terbaik adalah guru yang tidak pernah berhenti belajar dan berinovasi."  Itulah kuncinnya…semoga.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...