Penulis Sutarno, S.Pd.
Sutarno, S.Pd.
Oleh
Sutarno, S.Pd.
(Guru
Geografi SMA Negeri 2 Blora)
Duhai nyawa yang masih terjaga
Tengoklah teguran yang Tuhan berikan
Dengarlah ayat yang telah difirmankan
Ambillah pelajaran hingga kau petik sebuah kesadaran
Bencana itu sungguh bukan kedzaliman
Gempa Turki hanya sebuah catatan
Catatan yang Tuhan goreskan lewat suatu kejadian
Dia begitu mudah mengambil segala yang kita punya
Hilang binasa dalam sekejap mata
(cuplikan bait akhir
puisi geografi Gus H.Joko Heryanto dan
Gus Agus Anggoro Sigit)
"Gempa bumi
di Turki Magnitudo Momen (Mw) 7,8 sanggup memecahkan seluruh segmen sesar
Anatolia Timur (6 segmen: Turkoglu, Golbasi, Yarpuzlu, Lakehazar, dan Gorzali)
sepanjang 300 km," ungkap Dwikorita dalam Focus Group Discussion (FGD) di
Jakarta, dikutip dari Rilis BMKG Sabtu (25/2/2023). Gempa
bumi di Turki mungkin tidak langsung mempengaruhi lempeng tektonik di sekitar
Indonesia. Namun, gempa bumi besar dapat memicu aktivitas seismik di lempeng
lain di sekitar dunia, yang dapat mempengaruhi lempeng tektonik di Indonesia. Gempa
bumi yang terjadi di Turki terjadi di wilayah yang berada di zona subduksi, di
mana lempeng Eurasia bertemu dengan lempeng Arab. Kegiatan subduksi di zona ini
dapat memicu gempa bumi dan aktivitas vulkanik di sekitar wilayah tersebut.
Indonesia sendiri
terletak di wilayah Cincin Api Pasifik, di mana terdapat banyak zona subduksi
dan kegiatan vulkanik yang aktif. Gempa bumi di Turki dapat memicu aktivitas
seismik di zona subduksi lain di sekitar dunia, termasuk di wilayah Indonesia. Selain
itu, jika gempa bumi di Turki cukup besar dan terjadi di dekat zona subduksi di
Indonesia, dapat terjadi interaksi antar lempeng yang dapat memicu aktivitas
seismik di wilayah Indonesia. Hal ini terjadi karena lempeng tektonik di
sekitar dunia saling terhubung dan mempengaruhi satu sama lain melalui
aktivitas seismik.
Dampak gempa bumi
di Turki pada lempeng tektonik di sekitar Indonesia tergantung pada
faktor-faktor seperti lokasi dan kedalaman gempa bumi tersebut. Oleh karena
itu, sulit untuk memprediksi secara pasti pengaruh gempa bumi di Turki terhadap
lempeng tektonik di sekitar Indonesia. Gempa bumi
di Turki mungkin tidak memiliki pengaruh langsung terhadap lempeng di sekitar
Indonesia karena kedua wilayah terletak di lempeng tektonik yang berbeda dan
terpisah cukup jauh secara geografis. Turki terletak di atas lempeng tektonik
Eurasia, sementara Indonesia terletak di atas lempeng tektonik Sunda yang
berada di perbatasan antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Kedua
lempeng ini bergerak relatif terhadap satu sama lain dan bertemu di zona
subduksi, di mana lempeng Indo-Australia tenggelam ke bawah lempeng Eurasia dan
membentuk Palung Jawa dan Palung Sunda.
Gempa bumi di
Turki dapat memicu pergerakan lempeng tektonik di sekitarnya dan mempengaruhi
aktivitas gempa bumi di wilayah lain, termasuk di Indonesia. Gempa bumi dapat
memicu pergerakan lempeng tektonik yang terkait dengan efek domino atau efek
gelombang, yang dapat memicu gempa bumi di wilayah lain dalam waktu yang
singkat setelah gempa bumi awal. Selain
itu, gempa bumi di Turki juga dapat mempengaruhi aktivitas vulkanik di wilayah
lain, termasuk di Indonesia. Meskipun tidak terdapat hubungan langsung antara
gempa bumi dan vulkanisme, aktivitas vulkanik di wilayah subduksi dapat
dipengaruhi oleh gempa bumi karena pergerakan lempeng tektonik dapat memicu
aktivitas magma di bawah permukaan bumi. Dampak ini mungkin relatif kecil dan
sulit diprediksi, karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas gempa
bumi dan vulkanik di wilayah Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengamatan dan penelitian lebih lanjut untuk menentukan pengaruh gempa bumi di
Turki terhadap lempeng di sekitar Indonesia.
Gempa bumi di
Turki bisa berdampak pada lempeng tektonik di sekitar Indonesia, terutama jika
gempa tersebut terjadi di zona subduksi, di mana lempeng tektonik bertabrakan
dan satu lempeng menunjam ke dalam lempeng yang lain. Indonesia sendiri
terletak di Cincin Api Pasifik, di mana lempeng tektonik bertemu dan saling
bergerak. Jika gempa bumi di Turki terjadi di zona
subduksi yang sama dengan Indonesia, maka dapat menyebabkan aktivitas gempa
bumi dan vulkanik meningkat di wilayah tersebut. Gempa bumi di Turki yang kuat
dapat menghasilkan energi yang cukup besar untuk memicu gempa bumi di tempat
lain di wilayah yang sama. Selain itu, gempa bumi juga dapat memicu pergeseran
lempeng tektonik, yang dapat memicu gempa bumi dan aktivitas vulkanik di
wilayah lain yang berdekatan. dampak yang akan terjadi ini sangat sulit
diprediksi dan tergantung pada banyak faktor, termasuk lokasi, kedalaman, dan
kekuatan gempa bumi. Sehingga sulit untuk memastikan pengaruh gempa bumi di
Turki terhadap lempeng di sekitar Indonesia. Namun, perlu diingat bahwa
Indonesia sendiri adalah wilayah yang rentan terhadap gempa bumi dan aktivitas
vulkanik, dan penting untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana alam tersebut. Gempa bumi di
Turki tidak memiliki pengaruh langsung pada lempeng di sekitar Indonesia,
karena kedua wilayah terletak di benua yang berbeda dan terpisah oleh lautan
yang luas. Namun, secara umum, gempa bumi di satu wilayah dapat memicu
aktivitas gempa bumi di wilayah lainnya.
Lempeng tektonik
adalah bagian dari kerak bumi yang terdiri dari beberapa lapisan yang saling
bergeser dan bersentuhan. Gerakan lempeng tektonik ini dapat menyebabkan
terjadinya gempa bumi. Ketika ada gempa bumi di suatu wilayah, gerakan lempeng
yang terjadi dapat memicu aktivitas gempa bumi di wilayah lain yang terhubung
oleh lempeng tektonik yang sama.
Perlu dicatat
bahwa aktivitas gempa bumi di Indonesia lebih sering dipicu oleh gerakan
lempeng di sekitar Cincin Api Pasifik, bukan oleh gempa bumi di wilayah lain.
Cincin Api Pasifik adalah wilayah di sekitar Samudra Pasifik yang dikenal
sebagai tempat terjadinya banyak gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Indonesia terletak di sekitar Cincin Api Pasifik, sehingga aktivitas gempa bumi
di wilayah tersebut lebih berpotensi memicu aktivitas gempa bumi di Indonesia. Gempa
bumi merupakan bencana alam yang sangat sulit dihindari, tetapi tindakan
mitigasi atau pencegahan dapat membantu mengurangi dampak buruknya. Berikut
adalah beberapa tindakan mitigasi gempa yang dapat dilakukan di Turki:
Perencanaan
Pembangunan yang Bijak: Pembangunan infrastruktur seperti gedung, jembatan,
jalan raya dan fasilitas umum lainnya harus dipertimbangkan dan didesain dengan
mempertimbangkan risiko gempa bumi. Selain itu, perlu juga mengurangi
pembangunan di daerah rawan gempa. Perbaikan
Bangunan Lama: Bangunan lama yang tidak didesain untuk menahan gempa harus
diperbaiki agar dapat memenuhi standar keamanan gempa. Hal ini dapat dilakukan
dengan menguatkan struktur, memasang bantalan getar dan menjaga keseimbangan
massa bangunan. Pelatihan dan Kesadaran Masyarakat:
Masyarakat harus diberi pelatihan dan kesadaran untuk mengetahui apa yang harus
dilakukan saat terjadi gempa bumi. Hal ini dapat meliputi pengenalan
tanda-tanda awal gempa bumi, evakuasi dan tempat perlindungan. Sistem
Peringatan Dini: Pemerintah dapat memasang sistem peringatan dini yang dapat
memberi tahu masyarakat dan otoritas setempat sebelum gempa bumi terjadi. Hal
ini dapat memberi waktu untuk evakuasi dan menyiapkan pertolongan darurat. Evaluasi
Reguler: Setiap bangunan harus dievaluasi secara rutin dan diperbaiki jika
ditemukan kekurangan yang berdampak pada keselamatan bangunan. Evaluasi juga
harus dilakukan pada infrastruktur penting lainnya seperti jembatan dan
bendungan.
Mitigasi bencana
atau pencegahan merupakan tindakan yang paling penting dalam menghadapi gempa untuk mengurangi dampak buruk yang
terjadi. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan mitigasi yang efektif dan
berkelanjutan di Turki dan di seluruh dunia, agar korban akibat gempa bumi bisa
diminimalisir, Bukankah tindakan preventif lebih baik dari pada
tindakan kuratif. Kisah sedih pengalaman gempa menjadi pelajaran yang berharga
bagi generasi berikutnya.