IJAZAH (SEHARUSNYA) MENJADI BUKTI BAHWA KITA PERNAH BERPIKIR

Penulis: Taopik ipebe

Dibaca: 538 kali

Taopik ipebe

Oleh Taopik ipebe

(Kepala SMA Negeri 1 Leuwiliang)

 

Ijazah itu tanda Anda pernah sekolah, bukan tanda Anda pernah berpikir. Pernyataan itu disampaikan oleh Rocky Gerung, beliau adalah seorang filsuf, akademisi, dan intelektual publik Indonesia dan pernah mengajar selama 15 tahun di Universitas Indonesia.

Pernyataan Rocky Gerung memang sulit dibantah. Walaupun tidak mungkin seseorang sekolah selama 6 tahun di SD, 3 tahun di SMP, 3 tahun di SMA dan beberapa tahun di perguruan tinggi sama sekali tidak pernah berpikir. Tapi kenyataannya nilai yang tertera di ijazah sebagai bentuk dan bukti kemampuan atau kompetensi seseorang yang memegangnya tidak selamanya merupakan hasil berpikir secara penuh.

Benarkah semua siswa atau mahasiswa yang pergi pulang tiap hari dari rumah ke sekolah atau tempat kuliah menggunakan pikirannya secara penuh saat belajar? Jawabannya ada di dalam pikiran siswa/mahasiswa/kita yang sudah purnasiswa. Bukan tanpa alasan, Rocky Gerung menyampaikan pernyataan tersebut di atas. Karena dengan berpikir berarti kita belajar dan dengan belajar, maka kualitas sumber daya kita sebagai manusia akan meningkat.

Bank Dunia atau World Bank menerbitkan laporan “The Human Capital Index 2020 Update: The Human Capital in the Time of COVID-19”. Dalam laporan tersebut, nilai HCI atau Indeks Sumber Daya Manusia Indonesia 2020 sebesar 0,54, naik dari 0,53 pada tahun 2018. Walaupun naik namun masih menggambarkan masih jauh dari harapan.

Sekolah maupun perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya merupakan tempat orang berkumpul untuk berpikir. Karena ilmu tidak diwariskan oleh pendahulu-pendahulu kita, maka kita sebagai generasi penerusnya perlu belajar dengan cara mempertahankan, mengembangkan dan meng-update ilmu yang sudah ada.

Update sebuah ilmu tercapai jika generasi sekarang lebih berpikir maju dibanding pendahulunya, dan generasi mendatang juga lebih maju dibanding generasi saat ini. Berpikir maju mengandung pengertian bahwa pelakunya harus melakukan hal-hal yang lebih baik dibanding sebelumnya, bukan sebaliknya.

Jika zaman dulu seorang pelajar belajar hanya dari guru, maka zaman sekarang semua orang bisa belajar dari siapapun dan dari sumber belajar apapun. Manusia yang berpikir bukan hanya mendapatkan pelajaran dari sumber belajar apapun, melainkan ia harus memilih mana yang baik untuk ia pelajari dan ia amalkan dan mana yang harus ia tinggalkan. Agar jalur keburukan terpotong dan tidak diteruskan oleh generasi berikutnya. Itulah sang Ulil Albab.

Ulil albab atau orang yang berakal dan berpikir dengan akalnya memiliki keyakinan bahwa Allah Subhanahu wata'ala mengajarkan untuk meninggalkan hal yang sia-sia ;

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran : 190-191).

Sungguh sia-sia kita menjadi pelajar atau mahasiswa, jika pergi pulang tiap hari tapi tidak mengubah apapun dalam diri kita, baik akhlak (karakter), keilmuan mapun keterampilan kita. Yang pasti berubah hanya usia  bertambah tua. Generasi unggul yang Allah Subhanahu wata'ala sebutkan dalam ayat diatas menjadikan alam semesta ciptaan-Nya sebagai bahan untuk belajar.

Ungkapan Rocky Gerung sebenarnya merupakan masukan atau kritik yang membangun, untuk siswa atau mahasiswa dan untuk guru atau dosen. Perilaku kita sebagai pemegang ijazah yang tidak berubah menjadi baik atau semakin baik menunjukan bahwa kita gagal saat belajar di sekolah/perguruan tinggi. Begitupun guru yang mengajar tidak mendidik siswanya untuk lebih berpikir sehat , logis dan kritis merupakan guru yang kurang berhasil menjalankan tugasnya.

Hakikat pendidikan adalah perubahan sikap, jika saat kecil sebelum sekolah kita masih belum mampu menganalisa mana yang baik dan mana yang buruk. Maka ketika sekolah dengan pendidikan yang diajarkan dan diteladankan oleh guru seharusnya siswa mampu menganalisa dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari apa yang ia analisa baik dan menghindari apa yang ia analisa buruk.

Dalam materi pelajaran saja sudah dipedomankan bahwa tingkat kesulitan akan semakin meningkat saat pelajar naik kelas atau naik jenjang. Jika kemampuan berpikir tidak ikut meningkat, yang terjadi malah stres dan tidak menikmati dunia sekolah atau akan cuek tak mau berpikir. Kondisi seperti inilah yang merupakan gambaran cocok seperti disampaikan oleh Rocky Gerung.

Kondisi lain yang mungkin sesuai dengan yang Rocky Gerung sampaikan adalah saat kita bisa melihat dengan mata telanjang dan mendengar dengan telinga tanpa meminjam, pernyataan-pernyataan dari figur-figur terkenal yang bicara asal nyablak tanpa dipikir terlebih dahulu. Padahal kebanyakan mereka berpendidikan tinggi alias berijazah.

Tantangan bagi seorang pendidik adalah meningkatkan karakter mulia dan karakter berpikir positif peserta didik, Sehingga “sindiran” Rocky Gerung bisa terjawab dengan mudah dan tidak membuat kita menjadi baperan.

Wallahu a’lam

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...