JEJAK KONSTRUKTIVISME DALAM KURIKULUM MERDEKA BELAJAR (KMB)

Penulis: A. Rusdiana

Dibaca: 132 kali

A. Rusdiana

Oleh A. Rusdiana

 

Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. dibahas sebelumnya cukup jelas rasional dari Pendekatan ini pula yang nampak jelas jejaknya di dalam KMB. Beberapa fitur dari konstruktivisme diantaranya adalah: kolaborasi, belajar aktif (active learning), pengalaman belajar, menekankan proses belajar, dan assesmen yang lebih komprehensif.

Pertama: Assesmen; Pembelajaran dalam KMB dimulai dengan asesmen awal, tujuan asesmen awal adalah untuk membagi siswa sesuai dengan kemampuan masing-masing. Pembagian ini juga memudahkan guru dalam melakukan deferensiasi pembelajaran. Dengan deferensiasi guru dapatmemberikan perlakuan yang tepat. Lorna Earl (dalam Tomlinson dan Eidosn, 2003) merefleksikan bahwa deferensiasi memastikan bahwa siswa mendapatkan pembelajaran yang tepat di waktu yang tepat sesuai dengan kemampuannya. Jika guru mengetahui siswanya sudah memiliki pengetahuan awal sesuai dengan kemampuannya dan apa yang dibutuhkan untuk belajar, maka deferensiasi bukan lagi suatu pilihan, deferensiasi adalah respon yang paling nyata yang harus dimiliki guru. Bagaimana guru mengetahui kemampuan  awal dari siswa? Salah satu caranya dengan asesmen awal yang memberikan gambaran yang jelas bagi guru untuk merancang pembelajaran melalui deferensiasi. Selain itu guru melakukan asesmen formatif untuk melihat apakah perkembangan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Terakhir guru melakukan asesmen summatif untuk menilai kemampuan siswa secara holistik.

Kedua: Capaian Pembelajaran (CP) sebagai panduan untuk pembelajaran multi sudut pandang CP dalam KMB merupakan titik tolak dalam perencanaan pembelajaran. CP mengindikasikan bahwa pembelajaran yang akan disampaikan harus mampu menghasilkan siswa yang mampu berpikir multi sudut pandang, mampu mengolah, menginterpretasikan, dan mengaplikasikan informasi yang diperoleh. Dengan panduan CP, guru harus yakin siswa akan mampu berpikir kognitif tingkat tinggi. Harasim (2017) menggaris bawahi jika kita meyakini siswa hanya mampu berpikir pasif maka prioritas pembelajaran adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Sebaliknya jika kita meyakini siswa mampu membentuk pengetahuan dengan upaya mereka sendiri, maka pembelajaran yang diberikan akan menopang pembentukan pengetahuan dan makna .

Ketiga: Tantangan bagi siswa yang sudah mahir; Dalam KMB guru diharapkan membagi kelas dalam dua grup dimana grup pertama terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan lebih dan grup kedua  terdiri dari siswa dengan kemampuan yang kurang. Pada grup kedua guru mengajarkan seperti biasa dengan pendekatan konstruktivisme. Pada grup pertama guru diharapkan memberi tantangan bagi siswa yang sudah mahir dengan memberi tantangan bagi siswa sebagai tutor membantu pembelajaran di kelas. Pemberian tantangan bagi siswa ini sering disebut sebagai peer tutoring. Mestre (2021) menjelaskan keuntungan dari peer tutoring bagi guru adalah guru mampu berperan sebagai anonim sehingga mampu melihat kelas secara lebih utuh dibandingkan guru mengajar dan hanya melihat secara terbatas. Keuntungan bagi siswa adalah mereka lebih terlibat selama pembelajaran berlangsung dan mendapatkan umpan balik yang cepat.

Keempat; Scaffolding; Salah satu fitur menonjol dari KMB yang selaras dengan konstruktivisme adalah scaffolding. Metode ini merupakan pengurutan pembelajaran dengan suatu bantuan dan saat performa membaik maka bantuan tersebut perlahan dikurangi secara bertahap. Scaffolding adalah istilah lain dari ZPD atau zone of proximal development yang diperkenalkan oleh Vygorsky (Harasim, 2017). Melalui ZPD, pembelajaran berlangsung saat siswa menyelesaikan masalah di luar batas kemampuannya, tapi masih memiliki potensi berkembang, di bawah bimbingan atau kolaborasi dengan rekan yang lebih mampu. Scaffolding salah satunya dilakukan melalui peer instruction dalam salah satu pembelajaran alternatif yang ditawarkan oleh KMB.

Kelima: Diferensiasi pembelajaran merupakan metode pembelajaran yang mendukung teori konstruktivisme. Tomlinson dan Eidson (2003) 5 elemen dalam diferensiasi pembelajaran yakni: konten, proses, produk, afeksi dan lingkungan pembelajaran. Kelima elemen ini sudah mendapatkan perlakuan yang memadai dalam KMB. Guru merancang tujuan pembelajaran dan alur pembelajaran agar siswa mendapatkan konten yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Guru memberikan beberapa alternatif pembelajaran sehingga proses dapat disesuaikan dengan kondisi siswa. Guru melakukan asesmen awal, asesmen formatif, dan asesmen sumatif untuk menghasilkan produk siswa dengan kemampuan seperti yang ditetapkan dalam CP. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang mengedepankan kolaborasi dan bukan persaingan sehingga afeksi terhadap lingkungan sekolah tumbuh. Melalui project-based learning guru menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembelajaran yang lebih bermakna.

Pembelajaran seperti inilah yang bermakna karena memberi kesempatan bagi siswa untuk mengarungi lautan pengetahuan dengan pengalamannya sendiri dan menghasilkan pemahamannya sendiri yang unik dan berbeda dari pengalaman dan pemahaman orang lain. Dengan KMB yang membawa suasana yang lebih menyegarkan kita optimis bahwa pendidikan di Indonesia akan lebih baik dan berkualitas.

Wallahu A'alam Bishowab.

_______________

*) Tulisan ini, semula dijadikan penguatan Materi Keprofesian PPG dalam jabatan bagi Guru PAI-LPTK Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Batch II Tahun 2023. mulai 24 Agustus sd. 26 September 2023. Kalau memungkinkan dapat di publis di MO-beritadissdik.

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Dosen/Tutor pada Perkuliahan Pendalaman Materi keprofesian PPG dalam jabatan bagi Guru Madrasah dan PAI-LPTK Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Tahun 2021-2022. Salah seorang Dewan pakar PERMAPENDIS Provinsi Jawa Barat Periode 2023-2007. Pemerhati Pendidikan, Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Penulis buku: Manajemen Pengembangan Kurikulum, Kebijakan Pendidikan; Pendidikan Profesi Keguruaan, Manajemen Penilaian Autententik; Manajemen Pelatihan; Inovasi Pendidikan, Manajemen, Manajemen Pendidikan Karakter, Manajemen Pendidikan nilai, Manajemen pendidikan Multikultural; Inovasi Pendidikan, Kepenpemim-pinan Pendidikan; Manjemen Perencanaan Pendidikan; Pengelolaan Pendidikan, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Evaluasi Program Pendidikan; Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Mishbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui: (1) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2) https://www.google.com/ search? q=buku+a. rusdiana+shopee&source (3) https://play. google.com/ store/ books/author?id.

 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...