Penulis: A. Rusdiana
A. Rusdiana
Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. dibahas sebelumnya cukup jelas rasional
dari Pendekatan ini pula yang nampak jelas jejaknya di dalam KMB. Beberapa
fitur dari konstruktivisme diantaranya adalah: kolaborasi, belajar aktif
(active learning), pengalaman belajar, menekankan proses belajar, dan assesmen
yang lebih komprehensif.
Pertama: Assesmen; Pembelajaran
dalam KMB dimulai dengan asesmen awal, tujuan asesmen awal adalah untuk
membagi siswa sesuai dengan kemampuan masing-masing. Pembagian ini juga
memudahkan guru dalam melakukan deferensiasi pembelajaran. Dengan deferensiasi
guru dapatmemberikan perlakuan yang tepat. Lorna Earl (dalam Tomlinson dan
Eidosn, 2003) merefleksikan bahwa deferensiasi memastikan bahwa siswa
mendapatkan pembelajaran yang tepat di waktu yang tepat sesuai dengan
kemampuannya. Jika guru mengetahui siswanya sudah memiliki pengetahuan awal
sesuai dengan kemampuannya dan apa yang dibutuhkan untuk belajar, maka
deferensiasi bukan lagi suatu pilihan, deferensiasi adalah respon yang paling
nyata yang harus dimiliki guru. Bagaimana guru mengetahui kemampuan awal
dari siswa? Salah satu caranya dengan asesmen awal yang memberikan gambaran
yang jelas bagi guru untuk merancang pembelajaran melalui deferensiasi. Selain
itu guru melakukan asesmen formatif untuk melihat apakah perkembangan siswa
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Terakhir guru melakukan asesmen summatif
untuk menilai kemampuan siswa secara holistik.
Kedua: Capaian Pembelajaran
(CP) sebagai panduan untuk pembelajaran multi sudut pandang CP dalam KMB
merupakan titik tolak dalam perencanaan pembelajaran. CP mengindikasikan bahwa
pembelajaran yang akan disampaikan harus mampu menghasilkan siswa yang mampu
berpikir multi sudut pandang, mampu mengolah, menginterpretasikan, dan
mengaplikasikan informasi yang diperoleh. Dengan panduan CP, guru harus yakin
siswa akan mampu berpikir kognitif tingkat tinggi. Harasim (2017) menggaris
bawahi jika kita meyakini siswa hanya mampu berpikir pasif maka prioritas
pembelajaran adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Sebaliknya jika kita
meyakini siswa mampu membentuk pengetahuan dengan upaya mereka sendiri, maka
pembelajaran yang diberikan akan menopang pembentukan pengetahuan dan makna .
Ketiga: Tantangan bagi siswa
yang sudah mahir; Dalam KMB guru diharapkan membagi kelas dalam dua grup
dimana grup pertama terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan lebih dan grup
kedua terdiri dari siswa dengan kemampuan yang kurang. Pada grup kedua
guru mengajarkan seperti biasa dengan pendekatan konstruktivisme. Pada grup
pertama guru diharapkan memberi tantangan bagi siswa yang sudah mahir dengan
memberi tantangan bagi siswa sebagai tutor membantu pembelajaran di kelas. Pemberian
tantangan bagi siswa ini sering disebut sebagai peer tutoring. Mestre
(2021) menjelaskan keuntungan dari peer tutoring bagi guru adalah
guru mampu berperan sebagai anonim sehingga mampu melihat kelas secara lebih
utuh dibandingkan guru mengajar dan hanya melihat secara terbatas. Keuntungan
bagi siswa adalah mereka lebih terlibat selama pembelajaran berlangsung dan
mendapatkan umpan balik yang cepat.
Keempat; Scaffolding;
Salah satu fitur menonjol dari KMB yang selaras dengan konstruktivisme
adalah scaffolding. Metode ini merupakan pengurutan pembelajaran dengan
suatu bantuan dan saat performa membaik maka bantuan tersebut perlahan
dikurangi secara bertahap. Scaffolding adalah istilah lain dari ZPD
atau zone of proximal development yang diperkenalkan oleh Vygorsky
(Harasim, 2017). Melalui ZPD, pembelajaran berlangsung saat siswa menyelesaikan
masalah di luar batas kemampuannya, tapi masih memiliki potensi
berkembang, di bawah bimbingan atau kolaborasi dengan rekan yang lebih
mampu. Scaffolding salah satunya dilakukan melalui peer
instruction dalam salah satu pembelajaran alternatif yang ditawarkan oleh
KMB.
Kelima: Diferensiasi
pembelajaran merupakan metode pembelajaran yang mendukung teori
konstruktivisme. Tomlinson dan Eidson (2003) 5 elemen dalam diferensiasi
pembelajaran yakni: konten, proses, produk, afeksi dan lingkungan pembelajaran.
Kelima elemen ini sudah mendapatkan perlakuan yang memadai dalam KMB. Guru
merancang tujuan pembelajaran dan alur pembelajaran agar siswa mendapatkan
konten yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Guru memberikan
beberapa alternatif pembelajaran sehingga proses dapat disesuaikan dengan
kondisi siswa. Guru melakukan asesmen awal, asesmen formatif, dan asesmen
sumatif untuk menghasilkan produk siswa dengan kemampuan seperti yang
ditetapkan dalam CP. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang mengedepankan
kolaborasi dan bukan persaingan sehingga afeksi terhadap lingkungan sekolah
tumbuh. Melalui project-based learning guru menciptakan lingkungan yang kondusif
bagi pembelajaran yang lebih bermakna.
Pembelajaran seperti inilah
yang bermakna karena memberi kesempatan bagi siswa untuk mengarungi lautan
pengetahuan dengan pengalamannya sendiri dan menghasilkan pemahamannya sendiri
yang unik dan berbeda dari pengalaman dan pemahaman orang lain. Dengan KMB yang
membawa suasana yang lebih menyegarkan kita optimis bahwa pendidikan di
Indonesia akan lebih baik dan berkualitas.
Wallahu A'alam Bishowab.
_______________
*) Tulisan ini, semula dijadikan penguatan Materi Keprofesian PPG dalam
jabatan bagi Guru PAI-LPTK Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Gunung
Djati Bandung. Batch II Tahun 2023. mulai 24 Agustus sd. 26 September 2023.
Kalau memungkinkan dapat di publis di MO-beritadissdik.
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Dosen/Tutor pada Perkuliahan Pendalaman
Materi keprofesian PPG dalam jabatan bagi Guru Madrasah dan PAI-LPTK Fakultas
Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Tahun 2021-2022. Salah
seorang Dewan pakar PERMAPENDIS Provinsi Jawa Barat Periode 2023-2007.
Pemerhati Pendidikan, Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Penulis buku: Manajemen
Pengembangan Kurikulum, Kebijakan Pendidikan; Pendidikan Profesi Keguruaan,
Manajemen Penilaian Autententik; Manajemen Pelatihan; Inovasi Pendidikan,
Manajemen, Manajemen Pendidikan Karakter, Manajemen Pendidikan nilai, Manajemen
pendidikan Multikultural; Inovasi Pendidikan, Kepenpemim-pinan Pendidikan;
Manjemen Perencanaan Pendidikan; Pengelolaan Pendidikan, Kewirausahaan Teori
dan Praktek; Manajemen Evaluasi Program Pendidikan; Guru Besar Manajemen
Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi;
Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Mishbah Cipadung Bandung
yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta
garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat
Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri
Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap
tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung.
Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket
A B C. Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag
Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun
2022 dapat di akses melalui: (1) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2)
https://www.google.com/ search? q=buku+a. rusdiana+shopee&source (3)
https://play. google.com/ store/ books/author?id.