Jika Diam Melelahkan Maka Beraktivitaslah

Penulis: Taopik ipebe

Dibaca: 943 kali

Taopik ipebe

Oleh Taopik ipebe

(Kepala SMAN 1 Leuwiliang)

 

 

Kehidupan manusia memang penuh dengan masalah dan ujian. Rasa lelah dan capai adalah bagian dari efek kehidupan. Namun kondisi itu harus tetap dijalani manusia sampai akhir kehidupannya. Masalah dan solusi datang silih berganti, bahagis dan kesedihan datang seperti antre. Syukur dan sabar merupakan solusi agar beban tidak terlalu terasa berat. Keduanya, yakni syukur dan sabar adalah kebaikan yang berdampak baik untuk pelakunya.

 

Manusia memiliki cara masing-masing dalam menjalani kehidupannya. Belajar merupakan bagian dari proses menjalani kehidupan ini. Saat manusia lahir dari rahim sang bunda, ia baru mulai mengenal tentang hidup dan kebutuhan yang harus dipenuhinya. Dia belajar bagaimana menyambung hidup melalui air susu ibunya.

 

Bartambah usia, disadari atau tidak, manusia banyak melakukan pembelajaran, dengan memperhatikan orang-orang sekitarnya yang kemudian dia tiru apa yang mereka perbuat. Belajar membalikan tubuh, merangkak, duduk, berdiri, berjalan, memanjat dan lain-lain. Bicara pun mereka pelajari dali cadel  sampai jelas, satu kata, dua kata, tiga kata dan seterusnya.

 

Perjalanan waktu kehidupan membuat manusia bukan hanya mampu mempelajari dengan melihat, membaca, mendengar dan meniru saja, manusia pun mampu menganalisa dengan otak dan akal pikirannya. Analisanya membawa manusia kecil makin dewasa, mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang prirotas dan mana yang tidak.

 

Pada perjalanan berikutnya, seorang manusia akan melakukan interaksi dengan sesama baik di rumah maupun di luar rumahnya, baik dengan kerabat maupun dengan orang lain. Interaksi antar sesama bisa dilaksukan saat bermain, belajar di lembaga pendidikan maupun di tempat bekerja. Interaksi ini menumbuhkan efek positif maupun negatif, menumbuhkan persahabatan atau permusuhan,  menumbuhkan kolaborasi dan kompetisi.

 

Ada saat manusia merasakan enjoy, santai dalam menikmati hidupnya. Namun seringnya manusia merasakan lelah atau capai menjalani kehidupannya, melakukan pekerjaannya, memikirkan permasalahan yang dihadapinya. Rasa lelah akan semakin bertambah jika hidup, aktifitas, atau pekerjaan yang dijalaninya tidak disukai atau tidak disyukurinya. Selain itu secara fitrah, manusia juga diciptakan dalam keadaan susah payah.

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. (QS. Al-Balad: 4)

 

Kelelahan menjalani hidup juga akan makin bertambah jika terlalu banyak berkeluh kesah. Ada dua penyebab keluh kesah manusia, tidak syukur saat mendapat karunia/kebahagiaan dan tidak sabar/ berkeluh kesah ketika mengalami kesempitan hidup. Hal ini telah disampaikan Allah Subhanahu wata'ala dalam firman-Nya:

(19). Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. (20).  Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, (21). Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,

(QS. Al-Ma’aridj: 19-21).

 

Kelelahan yang dialami oleh seseorang, bukan hanya lelah fisik semata, melainkan kelelahan psikis (jiwa). Jika kelelahan fisik bisa dipulihkan salah satunya dengan istirahat, maka kelelahan psikis yang menimbulkan keluh kesah seperti pada ayat diatas harus diobati dengan me-refresh jiwa/psikis sesuai tuntunan Allah Subhanahu wata'ala.

 

Diam saja melelahkan, begitu yang diucapkan seorang sahabat ketika mengeluhkan betapa beban hidup makin berat. Sebenarnya hal ini bisa dilanjutkan dengan kalimat berikutnya yakni, maka bekerjalah atau maka bergeraklah. Walaupun berkeluh kesah itu merupakan salah satu ciri manusia, namun berkeluh kesah bukan pada tempatnya bisa menimbulkan efek negatif. Terkadang ketika berkeluh kesah kepada orang lain, belum tentu dia berempati yang ada malah mupuas (senang dengan keadaan kita).

 

Tempat keluh kesah atas beban hidup yang paling tepat adalah kepada Allah Subhanahu wata'ala. Maka wajar, jika shalat, dzikir, dan do’a adalah cara/waktu istimewa yang diberikan Allah Subhanahu wata'ala untuk menumpahkan keluh kesah itu. Lihatlah ayat yang menyampaikan solusi untuk keluh kesah manusia, satu solusi diantaranya adalah shalat yang dilaksanakan secara dawam (terus-menerus). Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

(22). kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, (23). yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, (QS. Al-Ma’aridj: 12-23).

 

Kuncinya memang harus beriman dulu, percaya adanya Allah Subhanahu wata'ala, percaya bahwa DIA satu-satunya Tuhan yang patut disembah, percaya bahwa hanya DIA-lah yang akan mendengar do-doa manusia dan mampu memberikan solusi terbaik. Seorang yang mengaku Muslim, dengan ber-KTP Islam pun masih banyak yang enggan melaksanakan shalat. Bisikan setan masih terlalu menarik untuk diikuti daripada ajakan kebaikan dari Allah Subhanahu wata'ala, Rosulullah shalallaahu ‘alaihi wasalam maupun orang-orang shaleh.

 

Jika manusia yang tidak beriman (kafir) saja akan mati, mengapa tidak memilihi menjadi Muslim saat mati nanti. Jika manusia yang mengaku Muslim tapi tidak beribadah pasti akan dimintai pertanggung jawaban diakhirat, mengapa tidak mengisi waktu dengan istiqomah dalam ibadah agar mampu mempertanggungjawabkan kehidupan di hadapan Allah Subhanahu wata'ala kelak. Jika manusia yang berkeluh kesah sambil berpangku tangan makin berkurang waktu hidupnya, mengapa tidak mengisi waktu dengan mencari keberkahan yang Allah Subhanahu wata'ala.

 

DIA, Dzat yang Mahakaya telah menyediakan rejeki yang melimpah di muka bumi ini. Ketika ihktiar itu dilakukan, maka peluang akan mendapatkan rejeki yang berkah jauh lebih besar daripada berpangku tangan. Bonus besarnya adalah setiap ikhtiar mencari rejeki ada keberkahan dan pahala besar dari-Nya. Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

39. dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, (40). dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). (41). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna (QS. An-Najm: 39-41).

 

Rosulullah shalallaahu ‘alaihi wasalam juga menyampaikan pedoman tentang bekerja atau mencari rejeki. Bekeria atau berikhtiar harus selalu diikuti  ketawakalan kepada Allah Subhanahu wata'ala.Tawakal berarti, proses harus dilakukan, sementara hasil diserahkan kepada-Nya.

Dari Umar Radhiyallahu anhu, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Kalau kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, maka niscaya Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada burung; ia pergi pagi hari dalam keadaan perutnya kosong, lalu pulang pada sore hari dalam keadaan kenyang. [HR Tirmidzi, no. 2344; Ahmad (I/30); Ibnu Majah, no. 4164]

 

Tawakal bukanlah diam, melainkan proses aktif melakukan usaha. Namun, sekali lagi hasil akhirnya diserahkan kepada Allah Subhanahu wata'ala. Tawakal bukanlah dia, karena diam yang hanya menyerahkan semuanya kepada Allah Subhanahu wata'ala sementara proses ikhtiar tidak dilakukan akan membawa pelakunya kepada kelelahan menanti hasil tanpa wujud yang jelas. Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu(QS. Ath-Thalaq: 2-3).

 

Wallahu a’lam

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...