Penulis: Tatang Sunendar
Ilustrasi
Oleh Tatang Sunendar
Sejak
diperkenalkan oleh Prof Abdul Muti Med sebagai Menteri Kemendikdasmen, pendekatan
deeplearning menjadi isu hangat dan topik
yang diburu guru dan kepala sekolah untuk berlomba- lomba mencari infomasi
terkait deep learning melalui
webinar, workshop mapun mencari sendiri. Kemendikdasmen pun sudah merilis flyer
singkat terkait dengan deep learning
dengan nama yang sudah dinasionalisasi
menjadi pembelajaran mendalam disingkat PM. Dari euforia guru ingin memahami DP
atau PM. Hal yang menarik melalui japri ke WA seorang guru bertanya. Kapan deeplearning diperlukan? Bukankah setiap
materi mempunyai karakteristik tersendiri?
Sebagai sebuah
pendekatan deeplearning sama dengan
pendekatan lainnya. Namun untuk penggunaannya, deep leraning baru bisa
digunakan jika guru saat mengajar telah memasuki tahap eksplorasi dan aplikasi dan
siswa hendaknya telah 1) menguasai dasar-dasar dari surface learning, 2) siap untuk menganalisis, mengevaluasi dan
berinovasi menggunakan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
Dalam dunia
pendidikan, istilah deep learning dan
surface learning merupakan pendekatan
pembelajaran yang berbeda. Deep learning
menekankan pada pemahaman mendalam dan penerapan konsep, atau jika dilihat
level komptensi taksonomi bloom berada pada C3-C6 sedangkan surface learning lebih fokus pada
menghafal informasi untuk jangka pendek atau C1-C2, seperti siswa mau menghadapi
ujian. Meskipun keduanya sering dianggap sebagai pendekatan yang berlawanan,
keduanya sebenarnya memiliki peran dan relevansi masing-masing dalam konteks
pembelajaran. Atas dasar itu maka pada kajian ini membahas kapan waktu yang
tepat deep learning dan surface learning diperlukan dalam
pembelajaran, serta bagaimana keduanya dapat saling melengkapi.
Deep Learning/Pembelajaran Mendalam
Deep learning
dalam konteks pendidikan adalah pendekatan yang berorientasi pada penguasaan
konsep secara mendalam, analisis kritis, dan penerapan pengetahuan pada situasi
baru. Pendekatan ini diperlukan pada pembelajaran konseptual dan kompleks. Dalam
kondisi ini deep leraning sangat penting ketika siswa harus memahami
konsep yang kompleks dan abstrak. Misalnya dalam pelajaran fisika, siswa
mempelajari hukum Newton. Pendekatan surface
learning mungkin hanya menghapal bunyi hukum Newton dan rumusnya. Sedangkan
deep learning digunakan ketika siswa
diminta untuk menganalisis bagaimana hukum tersebut berlaku dalam kondisi nyata,
seperti menghitung gaya yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah motor di atas
jalan berbatu.
Selanjutnya deep learning diperlukan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Contoh: Dalam pelajaran sejarah,
siswa tidak hanya diminta menghafal tanggal penting dan nama para pahlawan, namun
siswa juga diajak untuk menganalisis penyebab dan dampaknya pada perlawanan
para pahlawan saat itu. Pada kegiatan ini siswa bisa diminta untuk membuat esai
yang membandingkan proses perkalasan sebelum dan sesudah peristiwa sejarah ber
langsung.
Contoh lain deeplearning juga digunakan untuk pembelajaran
yang membutuhkan pemecahan masalah yang kompleks. Pada pembelajaran pemecahan
masalah siswa didorong untuk tidak memberikan jawaban tunggal, misalnya dalam
pelajaran IPA, siswa diberikan studi kasus tentang dampak pencemaran lingkungan
(tanah, air, dan udara), maka siswa diminta untuk merancang solusi berbasis
penelitian ilmiah, seperti mengusulkan teknologi penyaringan air yang efisien
atau kampanye kesadaran masyarakat, membuat flyer tentang kesadaran untuk
menjaga lingkungan. Nah kalau Surface learning bagaimana?
Surface
Learning
biasa disebut juga pendekatan permukaan. Surface learning sering
dipandang negatif karena berfokus pada hafalan dan pengulangan, tetapi pendekatan
ini memiliki tempat penting dalam pembelajaran, terutama ketika pengetahuan
dasar terkait konsep, fakta, prinsip sebagai dasar surface learning
diperlukan untuk membangun dasar pengetahuan yang kuat. Misalnya dalam
pelajaran IPS siswa diminta untuk menghapal pulau di Indoesia, menyebutkan nama
pahlawan nasional, dalam pelajaran IPA menghapal konsep fotosintesis, ciri-ciri
makhluk hidup. Surface learning sangat relevan ketika siswa harus
menghadapi ujian yang menguji kemampuan menghapal atau mengingat informasi. Contoh:
Dalam pelajaran IPS, siswa menghafal nama-nama ibu kota negara di dunia untuk
menjawab pertanyaan pilihan ganda dalam ujian. Surface learning dapat
menjadi pendekatan yang efektif ketika siswa ingin mendapatkan pemahaman dasar
dengan cepat dengan efesiensi waktu dan situasi di dalam waktu yang singkat
untuk mengahapal materi.
Namun dalam
praktiknya, deep learning dan surface learning tidak harus dilaksanakan
secara bersamaan. Keduanya bisa dapat saling melengkapi untuk menciptakan pengalaman
pembelajaran yang menyeluruh agar pengetahuan dasar bisa dikuasai dengan
maksimal oleh siswa. Umumnya surface learning sering menjadi langkah
awal sebelum deep learning dilaksanakan. Misalanya dalam pelajaran IPA,
siswa mulai dengan menghafal proses pertumbuhan tanaman (surface learning) sebelum memahami bagaimana unsur-unsur tersebut
berinteraksi dalam pengamatan terjadinya pernapasan pada tumbuhan atau proses
fotosintesis (deep learning).
Jika guru menerapkan
strategi pembelajaran diferensiasi dalam kelas dengan tingkat kemampuan siswa
yang beragam, kombinasi deep learning dan surface learning
memungkinkan guru untuk memenuhi kebutuhan semua siswa. Contoh: Dalam proyek IPA,
beberapa siswa mungkin mempelajari teori dasar tentang fotosintesis (surface
learning), sementara yang lain diminta untuk melakukan eksperimen tentang
pengaruh intensitas cahaya pada laju fotosintesis (deep learning). Kapan
kombinasi ini dibutuhkan?
Kombinasi deep
learning dan surface learning sangat relevan ketika pengajaran materi
baru ketika memperkenalkan topik baru, surface learning dapat membantu
siswa memahami istilah atau konsep dasar sebelum mereka terlibat dalam
eksplorasi mendalam. Contoh: Dalam pelajaran seni, siswa memulai dengan
mengenali elemen desain seperti warna dan bentuk (surface learning),
kemudian menerapkan elemen tersebut dalam proyek seni mereka sendiri (deep learning). Begitu pula pada proyek
kolaboratif dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa sering memulai dengan surface
learning untuk memahami elemen pengetahuan dasar proyek, sebelum beralih ke
deep learning untuk menghasilkan solusi kreatif. Contoh: Dalam proyek
membuat materi terkait lingkungan, siswa mempelajari fakta dasar tentang
ekosistem (surface learning) sebelum merancang model yang menunjukkan
interaksi antar-komponen ekosistem (deep
learning).
Deep learning dan surface
learning memiliki peran yang berbeda namun saling melengkapi dalam
pembelajaran. Surface learning
diperlukan untuk membangun fondasi dan efisiensi dalam penguasaan pengetahuan dasar,
sedangkan deep learning cocok mengembankan
pemahaman konseptual, analisis kritis, dan penerapan materi. Kombinasi
keduanya, ketika diterapkan secara strategis, dapat menciptakan pembelajaran
yang lebih efektif dan bermakna.
Dengan memahami
kapan masing-masing pendekatan diperlukan, guru dan pendidik dapat merancang
pengalaman pembelajaran yang optimal bagi siswa. Dalaam hal ini guru saat
melaksanakan PBM sudah barang tentu wajib menanamkan konsep-konsep dasar terlebih
dahulu sebelum melaksanakan pembelajaran yang menuntut siswa untuk melakukan analisis
kritis, melaksanakan pembelajaran berbasis projek, maupun praktik dan yang paling
utama sekali yang harus dilakukan oleh guru adalah melakukan analisis materi
karena tidak semua materi atau topik bisa menggunakan pendekatan deep learning...semoga.