KAPAN DEEP LEARNING DIPERLUKAN DALAM PBM?

Penulis: Tatang Sunendar

Dibaca: 988 kali

Ilustrasi

Oleh Tatang Sunendar

 

Sejak diperkenalkan oleh Prof Abdul Muti Med sebagai Menteri Kemendikdasmen, pendekatan deeplearning menjadi isu hangat dan topik yang diburu guru dan kepala sekolah untuk berlomba- lomba mencari infomasi terkait deep learning melalui webinar, workshop mapun mencari sendiri. Kemendikdasmen pun sudah merilis flyer singkat terkait dengan deep learning dengan  nama yang sudah dinasionalisasi menjadi pembelajaran mendalam disingkat PM. Dari euforia guru ingin memahami DP atau PM. Hal yang menarik melalui japri ke WA seorang guru bertanya. Kapan deeplearning diperlukan? Bukankah setiap materi mempunyai karakteristik tersendiri?

Sebagai sebuah pendekatan deeplearning sama dengan pendekatan lainnya. Namun untuk penggunaannya, deep leraning baru bisa digunakan jika guru saat mengajar telah memasuki tahap eksplorasi dan aplikasi dan siswa hendaknya telah 1) menguasai dasar-dasar dari surface learning, 2) siap untuk menganalisis, mengevaluasi dan berinovasi menggunakan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

Dalam dunia pendidikan, istilah deep learning dan surface learning merupakan pendekatan pembelajaran yang berbeda. Deep learning menekankan pada pemahaman mendalam dan penerapan konsep, atau jika dilihat level komptensi taksonomi bloom berada pada C3-C6 sedangkan surface learning lebih fokus pada menghafal informasi untuk jangka pendek atau C1-C2, seperti siswa mau menghadapi ujian. Meskipun keduanya sering dianggap sebagai pendekatan yang berlawanan, keduanya sebenarnya memiliki peran dan relevansi masing-masing dalam konteks pembelajaran. Atas dasar itu maka pada kajian ini membahas kapan waktu yang tepat deep learning dan surface learning diperlukan dalam pembelajaran, serta bagaimana keduanya dapat saling melengkapi.

Deep Learning/Pembelajaran Mendalam

Deep learning dalam konteks pendidikan adalah pendekatan yang berorientasi pada penguasaan konsep secara mendalam, analisis kritis, dan penerapan pengetahuan pada situasi baru. Pendekatan ini diperlukan pada pembelajaran konseptual dan kompleks. Dalam kondisi ini deep leraning sangat penting ketika siswa harus memahami konsep yang kompleks dan abstrak. Misalnya dalam pelajaran fisika, siswa mempelajari hukum Newton. Pendekatan surface learning mungkin hanya menghapal bunyi hukum Newton dan rumusnya. Sedangkan deep learning digunakan ketika siswa diminta untuk menganalisis bagaimana hukum tersebut berlaku dalam kondisi nyata, seperti menghitung gaya yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah motor di atas jalan berbatu.

Selanjutnya deep learning diperlukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Contoh: Dalam pelajaran sejarah, siswa tidak hanya diminta menghafal tanggal penting dan nama para pahlawan, namun siswa juga diajak untuk menganalisis penyebab dan dampaknya pada perlawanan para pahlawan saat itu. Pada kegiatan ini siswa bisa diminta untuk membuat esai yang membandingkan proses perkalasan sebelum dan sesudah peristiwa sejarah ber langsung.

Contoh lain deeplearning juga digunakan untuk pembelajaran yang membutuhkan pemecahan masalah yang kompleks. Pada pembelajaran pemecahan masalah siswa didorong untuk tidak memberikan jawaban tunggal, misalnya dalam pelajaran IPA, siswa diberikan studi kasus tentang dampak pencemaran lingkungan (tanah, air, dan udara), maka siswa diminta untuk merancang solusi berbasis penelitian ilmiah, seperti mengusulkan teknologi penyaringan air yang efisien atau kampanye kesadaran masyarakat, membuat flyer tentang kesadaran untuk menjaga lingkungan. Nah kalau Surface learning bagaimana?

 Surface Learning biasa disebut juga pendekatan permukaan. Surface learning sering dipandang negatif karena berfokus pada hafalan dan pengulangan, tetapi pendekatan ini memiliki tempat penting dalam pembelajaran, terutama ketika pengetahuan dasar terkait konsep, fakta, prinsip sebagai dasar surface learning diperlukan untuk membangun dasar pengetahuan yang kuat. Misalnya dalam pelajaran IPS siswa diminta untuk menghapal pulau di Indoesia, menyebutkan nama pahlawan nasional, dalam pelajaran IPA menghapal konsep fotosintesis, ciri-ciri makhluk hidup. Surface learning sangat relevan ketika siswa harus menghadapi ujian yang menguji kemampuan menghapal atau mengingat informasi. Contoh: Dalam pelajaran IPS, siswa menghafal nama-nama ibu kota negara di dunia untuk menjawab pertanyaan pilihan ganda dalam ujian. Surface learning dapat menjadi pendekatan yang efektif ketika siswa ingin mendapatkan pemahaman dasar dengan cepat dengan efesiensi waktu dan situasi di dalam waktu yang singkat untuk mengahapal materi.

Namun dalam praktiknya, deep learning dan surface learning tidak harus dilaksanakan secara bersamaan. Keduanya bisa dapat saling melengkapi untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang menyeluruh agar pengetahuan dasar bisa dikuasai dengan maksimal oleh siswa. Umumnya surface learning sering menjadi langkah awal sebelum deep learning dilaksanakan. Misalanya dalam pelajaran IPA, siswa mulai dengan menghafal proses pertumbuhan tanaman (surface learning) sebelum memahami bagaimana unsur-unsur tersebut berinteraksi dalam pengamatan terjadinya pernapasan pada tumbuhan atau proses fotosintesis  (deep learning).

Jika guru menerapkan strategi pembelajaran diferensiasi dalam kelas dengan tingkat kemampuan siswa yang beragam, kombinasi deep learning dan surface learning memungkinkan guru untuk memenuhi kebutuhan semua siswa. Contoh: Dalam proyek IPA, beberapa siswa mungkin mempelajari teori dasar tentang fotosintesis (surface learning), sementara yang lain diminta untuk melakukan eksperimen tentang pengaruh intensitas cahaya pada laju fotosintesis (deep learning). Kapan kombinasi ini dibutuhkan?

Kombinasi deep learning dan surface learning sangat relevan ketika pengajaran materi baru ketika memperkenalkan topik baru, surface learning dapat membantu siswa memahami istilah atau konsep dasar sebelum mereka terlibat dalam eksplorasi mendalam. Contoh: Dalam pelajaran seni, siswa memulai dengan mengenali elemen desain seperti warna dan bentuk (surface learning), kemudian menerapkan elemen tersebut dalam proyek seni mereka sendiri (deep learning). Begitu pula pada proyek kolaboratif dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa sering memulai dengan surface learning untuk memahami elemen pengetahuan dasar proyek, sebelum beralih ke deep learning untuk menghasilkan solusi kreatif. Contoh: Dalam proyek membuat materi terkait lingkungan, siswa mempelajari fakta dasar tentang ekosistem (surface learning) sebelum merancang model yang menunjukkan interaksi antar-komponen ekosistem (deep learning).

Deep learning dan surface learning memiliki peran yang berbeda namun saling melengkapi dalam pembelajaran. Surface learning diperlukan untuk membangun fondasi dan efisiensi dalam penguasaan pengetahuan dasar, sedangkan deep learning cocok mengembankan pemahaman konseptual, analisis kritis, dan penerapan materi. Kombinasi keduanya, ketika diterapkan secara strategis, dapat menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan bermakna.

Dengan memahami kapan masing-masing pendekatan diperlukan, guru dan pendidik dapat merancang pengalaman pembelajaran yang optimal bagi siswa. Dalaam hal ini guru saat melaksanakan PBM sudah barang tentu wajib menanamkan konsep-konsep dasar terlebih dahulu sebelum melaksanakan pembelajaran yang menuntut siswa untuk melakukan analisis kritis, melaksanakan pembelajaran berbasis projek, maupun praktik dan yang paling utama sekali yang harus dilakukan oleh guru adalah melakukan analisis materi karena tidak semua materi atau topik bisa menggunakan pendekatan deep learning...semoga.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...