KEYAKINAN KELAS SEBAGAI WUJUD KEBERPIHAKAN MURID DAN PENERAPAN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

Penulis Iyan Indriyani, S.Pd., S.D.

Dibaca: 650 kali

Iyan Indriyani, S.Pd., S.D.

Oleh Iyan Indriyani, S.Pd., S.D.

(Kepala Sekolah di SDN Sindanghaji II Kecamatan Palasah/Guru Penggerak Angkatan 2 & Pengajar Praktik Angkatan 6 Kabupaten Majalengka)

 

A.          Pendahuluan

Salah satu dasar Pendidikan filosofi Ki Hadjar Dewantara adalah Pendidikan yang berpihak pada murid. Pendidikan yang berpihak pada murid adalah bebas dari segala ikatan dengan suci hati mendekati sang anak, bukan untuk meminta sesuatu hak melainkan untuk berhamba pada sang anak” (Ki Hadjar Dewantara, 1922). Anak berperan penting sebagai subjek dalam Pendidikan. Anak memiliki ide, karakter, minat berbeda, memiliki kodratnya masing-masing dan harus kita tuntun sebagai pendidik menuju keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Anak harus merasa bahagia tidak ada rasa terpaksa dan tertekan. Tidak hanya teori abstrak yang didapat anak dalam pendidikan tetapi lebih pada tingkah laku anak untuk menumbuhkan perilaku positif dengan menumbuhkan dan membiasakan hal-hal perilaku positif yang nantinya akan tumbuh menjadi budaya positif.

Untuk menerapkan disiplin di sekolah seringkali kita sebagai pendidik membuat peraturan kelas yang dibuat oleh guru. Dampaknya membuat anak terpaksa melakukannya. Tidak ada motivasi dari anak untuk menegakkan disiplin dengan motivasi intrinsik (motivasi dari dalam), mereka dituntut untuk patuh dan taat terhadap peraturan kelas yang sudah ada. Salah satu mewujudkan keberpihakan murid dan penerapan budaya positif adalah dengan keyakinan kelas yang dibuat dari dan oleh murid. Berdasarkan pendapat yang menyatakan bahwa, suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, dari pada hanya sekadar mengikuti serangkaian peraturan” (Gossen, 1998).

B.          Pembahasan

Sebagai wujud awal penerapan budaya positif di sekolah adalah dengan membuat keyakinan kelas. Tujuan disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang pada murid yang ketiga (tiga motivasi perilaku manusia menurut Gossen) yakni menjadi manusia yang mereka inginkan, menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang dipercaya. Pada saat murid kita memiliki motivasi tersebut, maka mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang akan berdampak jangka panjang. Motivasi inilah yang tidak akan terpengaruh oleh penghargaan (hukuman/hadiah). Murid akan tetap berperilaku baik yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai. Keyakinan kelas ini harus melibatkan murid. Keterlibatan murid sebagai bentuk keberpihakan pada murid. Keyakinan kelas ini merupakan peraturan kelas yang akan mereka yakini yang akan dijadikan sebagai motivasi dari dalam. Mereka akan bersemangat untuk melakukannya karena mereka memahami dan meyakini nilai kebajikannya dari pada peraturannya.

Keyakinan kelas ini berisi nilai-nilai kebajikan universal yang telah diyakini dan dibuat oleh warga kelas sehingga tercipta kelas yang nyaman dan tertib.

Ketentuan Pembentukan Keyakinan Kelas

•     Keyakinan kelas lebih "abstrak" daripada peraturan, yang lebih rinci dan spesifik.

•     Keyakinan kelas dalam bentuk pernyataan umum.

•     Pernyataan keyakinan kelas selalu dibuat dalam bentuk hal positif.

•     Keyakinan kelas tidak boleh terlalu banyak, sehingga memudahkan ingatan dan pemahaman semua anggota kelas.

•     Keyakinan kelas harus menjadi sesuatu yang dapat diterapkan dalam di lingkungan kelas.

•     Semua anggota kelas diharapkan memberikan kontribusi untuk pengembangan keyakinan kelas melalui kegiatan curah pendapat.

•     Kesediaan untuk meninjau kembali kepercayaan kelas dari waktu ke waktu

•     Kayakinan kelas disetujui dan ditandatangani oleh semua warga kelas ( Guru dan murid ) kemudian dipasang di dinding kelas.

Contoh-contoh Keyakinan Kelas

Dalam pelaksanannya, keyakinan kelas ini dapat ditinjau ulang dan diperbarui setiap waktu secara berkesinambungan disesuaikan dengan kebutuhan warga kelas.

A.          Kesimpulan

Keyakinan kelas/kesepakatan kelas adalah bentuk keberpihakan murid sebagai alternatif dalam membangun budaya positif di kelas. Keyakinan kelas ini akan menjadi motivasi intrinsik yang muncul dari murid sehingga mereka akan melaksanakan keyakinan kelas ini dengan senang, bersemangat dan bertanggung jawab terhadap peraturan yang dibuatnya sendiri. Nilai-nilai kebajikan dalam keyakinan kelas ini akan tertanam didalam jiwa anak.

Penulis berharap agar semua pendidik bisa menerapkan budaya positif di sekolah dengan cara membuat keyakinan kelas.

B.          Daftar Pustaka

Nurcahyani, Andri, dkk.2022.Paket Modul 1.4 Budaya Positif Pendidikan Guru Penggerak edisi keempat.Jakarta:Direktorat jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbudristek.

Rafael, Simon Petrus .2022.Paket Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara Pendidikan Guru Penggerak edisi ketiga.Jakarta:Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbudristek.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...