Penulis Tatang Sunendar
Ilustrasi
Oleh Tatang
Sunendar
Pembelajaran berdiferensiasi
adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk kebutuhan belajar
individu siswa. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang
mengakomodir, melayani, dan mengakui keberagaman siswa sesuai dengan minat,
kesiapan, dan preferensiasi belajar siswa (Tomlison. 2000). Itulah menurut Tomlison
terkait pembelajaran berdiferensiasi yang dalam kurikulum merdeka merupakan
salah satu dari lima prinsip pembelajaran. Kenapa pembelaran ini dianjurkan?
Adalah konsep multiple intelegensi setiap anak yang
lahir ke dunia memiliki kecerdasan yang menonjol dalam dirinya. Oleh karena itu
proses pembelajaran tidak boleh disamaratakan namun harus memperhatikan keanekaragaman
potensi dan kecerdasan siswa, begitu juga gaya belajar siswa berbeda satu sama
lain ada yang gaya kinestetik, audio visual, dan visual. Pun guru dalam proses
pembelajaran hendaknya bertindak sebagai fasilitator setelah sebelumnya melakukan
pemetaan siswa sesuai dengan minat,
bakat, dan profil belajarnya.
Strategi pengembangan
pembelajaran berdiferensiasi mencakup konten, proses, produk dan lingkungan
belajar. Dari keempat strategi ini pada kesempatan ini dibahas terkait dengan lingkungan belajar khususnya pengelolaan tata
ruang belajar di kelas. Ini diharapkan bisa menciptakan lingkungan belajar aman,
nyaman, dan menyenangkan di saat pembelajaran berlangsung karena hal itu sangat
mempengaruhi capaian pembelajaran siswa.
Tata kelola
lingkungan kelas sangat diperlukan dalam pembelajaran berdiferensiasi,
karena siswa belajar telah dipetakan berdasarkan
minat, bakat, dan gaya belajar. Dengan pemetaan tersebut maka guru hendaknya
bisa mengelompokkan siswa semisal berdasarkan gaya belajar maka siswa
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok gaya belajar kinestetik,
kelompok visual, dan kelompok audio visual. Nah oleh karena itu maka tempat
duduk juga perlu diatur, mengingat dari fakta yang ada di sekolah saat guru
mengajar dengan pembelajaran berdirensiasi tata letak meja dan kursi tidak
menjadi perhatian dan masih menggunakan model konvesional. Hal tersebut diperkuat
hasil sebuah penelitian yang dilakukan oleh Michael (2013: 9) tentang pengaruh lokasi tempat duduk, yang
membuktikan bahwa posisi tempat duduk siswa
yang duduk pada barisan paling depan memiliki hasil belajar lebih baik dibandingkan
pada barisan lainnya. Padahal tidak semua siswa bisa menempati tempat duduk di depan.
Sehingga perlu tata letak meja dan kursi diatur sehingga siswa bisa memperoleh
kesempatan berinteraksi satu sama lain.
Terdapat beberapa bentuk
tata letak meja dan kursi yang bisa digunakan di kelas seperti, 1). Model
konvensional dengan jajaran kursi menghadap ke arah yang sama dan guru di depan,
2) Model kelompok berhadapan yaitu kursi ditata dengan memungkinkan siswa berkerja
secara berkelompok dan saling berhadapan sehingga siswa bisa berinteraksi satu
sama lain, 3) Model presentasi kelompok. Model presentasi kelompok ini adalah
desain tata letak meja kursi siswa yang membentuk huruf U. Di tengah-tengah
tepat di atas huruf U diletakkan meja kursi tempat kelompok yang akan
mempresentasikan hasil kerja kelompok lainnya kepada seluruh siswa. Guru dalam
hal ini berperan sebagai pengamat sekaligus penengah diskusi jika terjadi
kesalahpahaman, namun dapat pula berperan sebagai moderator. 4) Model
melingkar, tata letak meja kursi dibuat
dengan cara melingkar sehingga siswa bisa melihat satu sama lain sedangkan guru
bisa berkeliling mendampingi dan menyapa siswa.
Proses penentuan tata
letak meja kursi tersebut dalam pembelajaran berdiferensiasi bisa diatur oleh
guru berdasarkan strategi yang dikembangkan yaitu berdasarkan minat, bakat gaya
belajar dan lingkungan belajar, namun nampaknya model berkelompok yang
memungkinkan bisa digunakan, karena dengan model berkelompok siswa akan
berkerja sesuai dengan pengelompokannya. Proses pembelajaran akan lebih optimal
dengan kelompok yang homogen dan merangsang dinamika diskusi antara siswa yang
satu dengan lainnya.
Pengaturan tata
letak meja dan kursi di sekolah-sekolah umumnya merupakan tantangan tersendiri
bagi guru mengingat jenis kursi dan meja yang ada, tidak disiapkan untuk mudah
diatur karena bentuk dan ukurannya kurang mendukung bahkan jika sering diubah-ubah
membutuhkan waktu tersendiri. Untuk
mengatasi hal ini maka hendaknya guru bisa berkoordinasi dengan caraka atau
guru lain dalam melakukan seting meja dan kursi di hari sebelum kegiatan akan
dilaksanakan, sehingga tidak mengganggu waktu saat pembelajaran dilangsungkan.
Pembelajaran berdiferensiasi
yang ideal ditandai dengan lebih menekankan pada pemberdayaan proses pembelajaran
yang mampu memberikan pemahaman dengan baik, mengasah kecerdasan, melatih ketekunan,
memberi kesempatan dan yang utama adalah dapat memberikan perubahan perilaku
serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari siswa. Di samping itu pembelajaran tersebut harus memenuhi tiga aspek
yaitu aspek konten, proses, dan produk sesuai dengan multi pengetahuan yang
mendorong pemenuhan minat, bakat siswa selama proses pembelajaran.
Pengaturan tata
letak meja dan kursi lebih lanjut secara prinsip adalah untuk memberikan
kesempatan anak mampu berinteraksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa serta
siswa dan bahan ajar. Jika terdapat dilema di mana guru tidak dapat menempatkan
seluruh siswa secara berkelompok jika tidak dilakukan tata letak kursi dan meja.
Maka pilihan formasi tempat duduk model berkelompok atau model U merupakan
suatu alternatif yang bisa digunakan untuk pembelajaran berdiferensiasi.
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi perlu
didukung dengan pengaturan meja dan kursi sejatinya adalah untuk menciptakan pembelajaran
efektif dan bermakna yang dapat diwujudkan
dengan menciptakan suasana belajar yang aktif, kondusif, sehingga membuat
siswa bersemangat di saat proses pembelajaran
berlangsung di kelas, lebih lanjut lagi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan oleh siswa,
orang tua maupun pemerintah. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran kurikulum
merdeka salah satunya sesuai dengan kebutuhan peserta didik, semoga dengan
upaya melakukan tata letak sebagai salah satu alternatif untuk mendukung hal
tersebut.