Penulis: Dr. IIM IMANDALA, S.Pd., M.Pd.*
Dr. IIM IMANDALA, S.Pd., M.Pd.*
Oleh Dr. IIM
IMANDALA, S.Pd., M.Pd.*
Pendahuluan
Sebagaimana telah
diketahui bersama bahwa anak-anak usia dini sedang berada pada rentang golden
age tumbuh-kembang. Pada rentang tersebut mereka mengalami proses
tumbuh-kembang yang mengagumkan. Para orangtua pun sering teheran-heran
tiba-tiba anaknya terasa sangat cepat mencapai perkembangan tertentu. Perkembangan
yang luar biasa ini ditopang oleh berbagai aspek perkembangan baik fisik maupun
non fisik.
Pada sebagian
anak-anak usia dini, perkembangan mengagumkan ini terkadang tidak semulus yang
diperkirakan. Kondisi-kondisi tertentu, menyebabkan perkembangan mereka terasa
lebih lambat muncul atau belum tercapai bila dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
Situasi tersebut menjadikan kekhawatiran orangtua, apakah anaknya bermasalah
atau perkembangannya norma-normal saja. Kondisi tersebut menuntut kepekaan
orangtua untuk menyadari dan mencari tahu mengenai kondisi tumbuh kembang
anaknya.
Tuntutan kepekaan
orangtua ini semakin tinggi Ketika anak-anaknya belajar besama anak lain di
lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau Taman Kanak-Kanak (TK). Pada
lembaga tersebut, anak-anak berinteraksi semakin luas sehngga berdampak pula
pada perkembangannya. Bahkan tidak sedikit orangtua anak-anak ini terjebak
dengan sering membandingkan dengan anak-anak lain. Orangtua harus peka, apakah
anaknya belum mencapai perkembangan tertentu karena adanya hambatan atau karena
masa pencapainnya lebih lambat dibandingkan anak lain.
Oleh karena itu
menjadi penting untuk mengetahui hambatan belajar pada anak usia dini.
Pengetahuan tentang hambatan ini bermanfaat untuk membantu anak-anakya tumbuh
dan berkembang dengan baik. Dalam tulisan singkat ini, kita akan memperoleh
sajian faktor-faktor yang mempengaruhi hambatan belajar, strategi untuk
mengatasi mereka, dan peranan orang tua dan guru dalam memfasilitasi proses
belajar anak-anak usia dini.
Lingkup Hambatan
Belajar
Berdasarkan kajian
literatur dan data empiris, serta pengalaman langsung dari para orangtua anak
usia dini, maka ada beberapa lingkup
hambatan belajar yang terjadi. Lingkup hambatan belajar pada anak usia dini diantaranya,
kesulitan dalam memahami konsep-konsep abstrak, masalah perhatian dan konsentrasi.
Anak-anak mungkin juga mengalami kesulitan dalam mengkomunikasikan kebutuhan
mereka atau mengekspresikan emosi dengan benar. Lingkup tersebut sebenarnya
masih pada zona tahapan perkembangan anak usia dini. Menjadi hambatan jika anak
terlalu lama pada tahap itu sehingga terkesan terjebak tidak dapat beranjak
pada tahap selanjutnya.
Lingkup
perkembangan bergerak ke arah yang wajar akan terlihat melalui proses
pembelajaran atau pendidikan. Proses pembelajaran akan memperlihatkan adanya
hambatan atau tidak dalam seetiap aspek perkembanganya. Misalnya, melalui
proses pembelajaran, anak-anak usia dini akan mampu berpikir kongkrit yang
bergerak menuju berpikir abstrak. Pada aspek perkembangan lainnya pun akan
tergali dalam proses belajar sehingga tampak anak yang menagalami hambatan
belajar atau tid
Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Hambatan Belajar
Hambatan
belajar pada anak usia dini dapat bervariasi dan dipengaruhi oleh sejumlah
faktor. Beberapa hambatan umum yang mungkin dihadapi anak usia dini meliputi:
1.
Masalah perkembangan fisik:
Beberapa anak mungkin mengalami hambatan dalam belajar karena masalah kesehatan
fisik, seperti gangguan pendengaran atau penglihatan yang tidak terdeteksi,
yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam aktivitas
belajar.
2.
Keterlambatan perkembangan bahasa:
Kemampuan berkomunikasi adalah kunci dalam pembelajaran, dan anak yang
mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa mungkin kesulitan dalam
memahami instruksi, mengungkapkan pikiran, dan berinteraksi dengan teman
sebaya.
3.
Hambatan emosional dan sosial:
Anak-anak usia dini mungkin menghadapi hambatan emosional, seperti kecemasan
atau ketidakamanan, yang dapat memengaruhi konsentrasi dan motivasi mereka
untuk belajar. Masalah sosial, seperti kesulitan berinteraksi dengan teman
sebaya atau kesulitan dalam mengontrol emosi, juga dapat menjadi hambatan.
4.
Kurangnya stimulasi lingkungan:
Anak-anak membutuhkan stimulasi lingkungan yang kaya untuk mengembangkan
keterampilan kognitif dan motorik. Ketidaktersediaan akses ke buku, mainan,
atau aktivitas belajar yang merangsang di rumah dapat menjadi hambatan.
5.
Ketidakcocokan metode pengajaran: Setiap
anak memiliki gaya belajar yang berbeda. Metode pengajaran yang tidak cocok
dengan gaya belajar anak dapat membuat mereka merasa kesulitan memahami atau
tertarik dalam pembelajaran.
6.
Kondisi kesehatan dan nutrisi yang
buruk: Kondisi kesehatan yang kurang baik atau masalah nutrisi
dapat memengaruhi energi dan fokus anak, sehingga mempengaruhi kemampuan mereka
untuk belajar.
7.
Kurangnya dukungan orang tua atau
caregiver/pengasuh: Orang tua dan caregiver memainkan peran penting dalam
mendukung perkembangan anak usia dini. Kurangnya dukungan, perhatian, atau
pemahaman dari pihak orang tua atau caregiver dapat menjadi hambatan.
8.
Gangguan perkembangan khusus:
Beberapa anak mungkin menghadapi hambatan belajar karena gangguan perkembangan
khusus, seperti autisme, disleksia, atau ADHD, yang memerlukan perhatian dan
pendekatan khusus.
Penting
untuk diperhatikan bahwa setiap anak unik, dan hambatan belajar mereka dapat
bervariasi. Identifikasi hambatan belajar dan menyediakan dukungan yang sesuai
sangat penting untuk membantu anak melewati tantangan ini dan mengembangkan
potensi mereka secara optimal.
Penutup
Mengenali dan
mengatasi hambatan belajar pada anak usia dini adalah proses yang kompleks dan
berkelanjutan. Cukup rumit mengenali hambatan ini jika hanya berbekal
pengetahuan atau pengalaman dengan cara membandingkan dengan perkembangan anak
lainnya. Untuk memperoleh identifikasi yang tepat perlu adanya kolaborasi
antara orangtua, guru, dan tenaga ahli.
Dengan perhatian
yang tepat, strategi yang mendukung, dan kolaborasi antara orang tua dan guru,
kita dapat membantu anak-anak mengatasi kendala yang mereka hadapi dan
membangun dasar yang kuat untuk belajar di masa depan.
*Penulis adalah
Analis Pendidikan pada Bidang PKLK dan Founder Talenta Edu Consulting