Menulis Karya Ilmiah Tuntutan Guru Profesional

Penulis: Ahmad Rusdiana

Dibaca: 302 kali

Ahmad Rusdiana

Oleh Ahmad Rusdiana

 

Suatu bangsa dapat menjadi besar jika sumber daya manusianya mempunyai kemampuan yang besar. Dengan kemampuan yang besar pasti mempunyai visi dan misi yang besar pula. Oleh karena itu masyarakat banyak yang mengkritik profesi guru yang tidak melaksanakan tugas dan kewajiban secara profesional.  Profesionalisme berasal dari kata profesi yang menurut Sanusi, dkk (1991), profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari pada anggota. Artinya, pekerjaan itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang  yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Keahlian diperoleh melalui apa yang disebut profesionalisasi, yang dilakukan baik seseorang menjalani profesi itu (pendidikan dan latihan pra-jabatan) maupun setelah menjalani profesi (in-service-training).  Guru profesional adalah orang yang terlibat dalam pendidikan yang tugasnya tidak hanya sekedar mentransfer ilmu dari guru kepada peserta didik akan tetapi lebih dari itu. Guru profesional melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Demikian juga guru bisa dikatakan sebagai guru profesional ketika ia memiliki kompetensi dasar sebagai guru. Adapun kompetensi yang harus dimiliki yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan professional. Melihat tugas dan peran guru yang begitu kompleks dengan tugas yang sangat berat yaitu untuk menjadikan anak-anak bangsa menjadi seorang yang memiliki kecerdasan IQ, EQ, dan SQ sehingga bisa menjadikan manusia seutuhnya.

Untuk menghadapi kondisi yang sangat dinamis dalam kehidupan di masyarakat, mau tidak mau setiap guru harus mengembangkan keterampilan menulis dan tidak ada alasan bahwa seorang guru tidak dapat menulis. Guru sejatinya mampu menuangkan gagasan dirinya dalam bentuk tulisan. Namun faktanya, kemampuan guru untuk menulis dan menghasilkan karya ilmiah yang sesuai dengan ketentuan ilmiah masih rendah. (Mulyono 2019).

Memang kemampuan seseorang dalam menulis ditentukan dari ketepatannya dalam menerapkan setiap unsur bahasa, pengorganisasian ide ke dalam bentuk narasi, ketepatan dalam menerapkan bahasa, dan pemilihan diksi yang akan diambil. Namun terlepas dari itu semua, sesungguhnya  kemampuan menulis sangat dipengaruhi oleh intensitas seseorang dalam membaca. Seseorang dengan intesitas membaca yang tinggi akan lebih mudah dalam menulis karena ia paham bagaimana bentuk tulisan yang indah dan baik. Bahkan tidak jarang seseorang akan terpengaruh oleh sumber bacaan yang biasa ia baca. (Septafi 2019).

Padahal profesi guru sangat penting dalam pengondisian sumber daya manusia. Sumber daya manusia anak didik akan menjadi penentu nasib bangsa dan negara. Menulis adalah kemampuan untuk mengungkapkan gagasan dalam bentuk tulisan sehingga menjadi sebuah sumber informasi bagi masyarakat. Jika guru tidak mampu melakukannya, Guru tidak dapat melakukan proses pendidikan dan pembelajaran dengan baik.

Rusyana, yang memiliki pandangan bahwa menulis adalah kompetensi menggunakan pola-pola bahasa dan disampaikan secara tertulis untuk mengekspresikan suatu gagasan/pesan. Sementara dalam perspektif Alwasilah, menulis merupakan kegiatan produktif dalam berbahasa. Sebuah proses psikolinguistik, yang asalnya dengan formasi ide melalui aturan semantik, kemudian didata dengan aturan sintaksis, lalu digelarkan dalam prosedur sistem tulisan (Susanto, 013). Menurut Saleh Abas, menulis merupakan aktifitas berfikir yang berkelanjutan, mulai dari mencoba sampai dengan kembali mengulas. Menulis juga dapat didefinisikan sebagai aktivitas untuk mengekspresikan ide, gagasan, perasaan, pikiran, kegelisahan, ke dalam lambang-lambang kebahasaan (bahasa tulis) (Abas, 2006).

Semakin banyak guru yang menulis, semakin banyak informasi dan bahan kajian yang harus dibahas dalam dunia pendidikan, setiap kali dunia pendidikan menghadapi permasalahan, guru segera melakukan analisis dan menuliskan hasilnya dalam bentuk karya tulis. Kegiatan ini sangat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai inspirasi bagi guru-guru yang lain untk mencoba menulis karya ilmiah.

Sejatinya guru memang harus kreatif dalam pengembangan dan peningkatan kualitas dirinya. agar proses pembelajarannya dapat berlangsung maksimal. Guru yang melakukan proses pembelajaran tanpa kreativitas akan menyebabkan anak didiknya merasa jenuh dan bosan.  Kreativitas menulis sangat terkait dengan pengembangan dan peningkatan kualitas kompetensi guru adalah keterampilan menulis karya ilmiah. bemodalkan literasi. Pengembangan dan peningkatan kualitas guru merupakan tanggung jawab individual. Setiap guru harus melaksanakan kegiatan yang bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kualitas. Kualitas diri inilah yang selanjutnya menjadi personal branding untuk tiap guru. Oleh sebab itu setiap guru seharusnya segera mengembangkan dan meningkatkan kompetensi dirinya secara individual.

Pertama; Untuk melakukan proses tulis menulis tersebut, guru dapat melakukannya secara autodidak atau dalam bimbingan seseorang yang memang ahli dalam hal tulis menulis.

Kedua; agar guru terus menulis dan menulis karena rumus menjadi penulis harus berani menulis dan percaya diri. Dengan semakin banyaknya karya tulis, semakin lama semakin kompeten dalam keterampilan menulis, arinya menilis dijadikan tuntutan dan pembiasaan.

Ketiga; Ketersdiaan Jurnal pendidikan sekolah; Media Online sekolah, dan penelitian Tindakan merupakan salah satu sarana yang konkret untuk pengembangan dan peningkatan jenjang karier guru. Dengan adanya Jurnal pendidikan sekolah; Media Online/opline sekolah, dan penelitian Tindakan ini, setidaknya guru dapat mengumpulkan portofolio sebagai tambahan angka kridit pada profesinya.

Keempat; Semakin banyak karya tulis yang dipublikasikan, berarti semakin banyak angka kredit portofolio yang dimiliki, dan hal tersebut semakin banyak angka kredit yang disimpannya. Pada saatnya, angka kredit ini sangat membantu pada saat guru maju dalam upaya peningkatan jenjang karier profesinya. Bukankan kesulitan naik pangkat guru/dosen karena mininya karya tulis?

Oleh karena itu, Kompetensi yang sangat penting dalam konteks ini adalah tulis menulis, dengan segera memulainya, percaya diri; pembiasaa dan penyedianaa media  dan jangan lupa jadikan portofolio bulanan semesteran. Maka dengan itu, setidaknya terbuka kesempatan bagi guru untuk belajar secara intensif pada kegiatan tulis menulis.

Wallahu A'alam Bishowab.

Wallahu A'lam Bishowab.

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Pegiat Rumah Baca Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat.

Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui:

(1) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators.

(2) https://www.google.com/search?q=buku+a.rusdiana+shopee&source 

(3) https://play.google.com/store/books/author?id=Prof.+DR.+H.+A.+Rusdiana,+M.M.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...