MODEL PEMBELAJARAN DALAM DEEP LEARNING

Penulis: Tatang Sunendar

Dibaca: 679 kali

Ilustrasi

Oleh Tatang Sunendar

 

Implementasi pendekatan pembelajar mendalam (PM) sudah mulai diterapkan di kelas. Untuk semua itu guru secara otomatis menyusun perangkat pembelajaran. Salah satu komponen dalam perangkat pembelajaran guru merumuskan model, stratgei dan pendekatan pembelajaran. Mengingat pembelajarn mendalam (deep learning) merupakan sebuah pendekatan yang menjadi pertanyaan apakah saat guru menggunakan pendekatan pembelajaran masih tetap menerapkan model, stratergi, dan pemdelatan lainnya?

Salah satu komponen dalam kerangka pembelajaran adalah praktik pedagogis. Praktik pedagogis merujuk pada strategi mengajar yang dipilih guru untuk mencapai tujuan belajar dalam mencapai dimensi profil lulusan. Jika merujuk pada naskah akademik maka untuk mewujudkan PM guru berfokus pada pengalaman belajar peserta didik yang autentik, mengutamakan praktik nyata, mendorong keterampilan berpikir tingkat tinggi dan kolaborasi. Strategi yang dapat digunakan seperti Pembelajaran Berbasis Inkuiri, Pembelajaran Berbasis Proyek, Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Kolaboratif, Pembelajaran Berbasis Pemikiran Desain (Design Thinking), STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematic), SETS (Science, Environment, Technology, and Society), dan sebagainya.

Lebih lanjut model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran memiliki lima unsur dasar yaitu (1) syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespons siswa, (4) support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan (5) instructional dan nurturant effects yang merupakan hasil belajar yang diperoleh langsung.

Pembelajaran mendalam (deep learning) menuntut keterlibatan penuh siswa dalam mengonstruksi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang bermakna bagi kehidupannya. Untuk mencapai hal ini, guru memerlukan model pembelajaran yang bukan hanya menekankan pada penyampaian materi, melainkan memberi pengalaman belajar aktif, kolaboratif, kontekstual, dan reflektif.

Dalam dokumen model-model pembelajaran, disebutkan bahwa ada berbagai pendekatan yang dapat digunakan guru dalam PM, di antaranya Discovery Learning, Inquiry Learning, Problem Based Learning (PBL), Project Based Learning (PjBL), dan Cooperative Learning, Masing-masing model memiliki ciri khas, tetapi semuanya dapat diarahkan untuk mendukung pembelajaran mendalam. Bagaimana ciri khasnya itu?

Discovery Learning memberi kesempatan siswa menyingkap sendiri konsep atau solusi dari masalah. Proses ini menumbuhkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Inquiry Learning menuntut siswa aktif menyelidiki, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, hingga merumuskan kesimpulan. Proses ini melatih kemandirian intelektual sekaligus keterampilan saintifik. Problem Based Learning (PBL) menghadapkan siswa pada permasalahan nyata yang kompleks. Dari sana siswa belajar berpikir kritis, kreatif, dan mencari solusi alternatif, sehingga mampu mengaitkan pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari.

Project Based Learning (PjBL) mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan melalui pengerjaan proyek. Siswa berkolaborasi, berinovasi, serta menghasilkan karya nyata yang bermakna bagi dirinya maupun lingkungannya Cooperative Learning seperti Jigsaw, TPS (Think Pair Share), dan Group Investigation menekankan kerja sama dan tanggung jawab kelompok, yang membentuk karakter sosial, demokratis, dan saling menghargai. Bagaimana langkah langkahnya?

Dari beberapa model yang sangat relevan untuk mendukung pembelajaran mendalam seperti  telah diuraikan maka agar lebih konkret, berikut langkah-langkah penerapannya.

Pertama Discovery LearningLangkah-langkah:Stimulation – Guru memberi stimulus berupa fenomena, bacaan, atau video.Problem Statement – Siswa mengidentifikasi masalah dan merumuskan pertanyaan.Data Collecting – Siswa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber.Data Processing – Informasi diolah untuk menemukan konsep/solusi.Verification – Siswa memeriksa kebenaran data dan jawaban.Generalization – Siswa membuat kesimpulan dan menerapkan pada konteks lain.Maknanya  dari  Discovery Learningsiswa belajar menemukan pengetahuan, bukan diberi jawaban jadi.

Kedua Inquiry Learningm Langkah-langkah:Mengamati fenomena (misalnya gejala alam atau eksperimen sederhana).Merumuskan pertanyaan yang menantang. Membuat hipotesis sebagai dugaan awal.Mengumpulkan data melalui eksperimen, literatur, atau observasi.Menganalisis data untuk membuktikan hipotesis. Menyusun kesimpulan dan mempresentasikannya. Maknanya  mendalam dari Inquiry adalah melatih keterampilan saintifik dan kemandirian intelektual.

Ketiga Problem Based Learning (PBL) Langkah-langkah: Orientasi masalah, Guru memunculkan masalah nyata (misalnya pencemaran lingkungan).Mengorganisasi pembelajaran  Siswa berdiskusi untuk memahami masalah.Penyelidikan mandiri/kelompok Siswa mencari data dan informasi. Mengembangkan dan menyajikan solusi – Siswa mengomunikasikan hasil. Menganalisis dan merefleksi  Siswa bersama guru mengevaluasi proses dan solusi.  Maknanya  mendalam: siswa belajar menyelesaikan masalah kompleks secara kolaboratif.

Keempat Project Based Learning (PjBL) Langkah-langkah: Menentukan pertanyaan pemantik/proyek. Mendesain rencana proyek secara kelompok.Menyusun jadwal dan pembagian tugas.Memonitor pelaksanaan proyek (guru sebagai fasilitator).Menguji hasil proyek (produk, presentasi, laporan). Mengevaluasi proses dan hasil untuk perbaikan. Maknanya   siswa mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan nyata.

Kelima Cooperative Learning (contoh: Jigsaw) Langkah-langkah, Membagi siswa ke dalam kelompok asal.

Masing-masing siswa mempelajari bagian materi dalam kelompok ahli.Siswa kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan materi yang dikuasai. Kelompok berdiskusi hingga memahami keseluruhan materi.Guru memfasilitasi presentasi dan refleksi.  Maknya  siswa belajar saling bergantung, berbagi, dan bertanggung jawab.

Berdasarkan langkah langkah tersebut prinsip penting dalam PM agar langkah-langkah di atas efektif, guru perlu memperhatikan prinsip berikut Interaktif artinya ada komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Kontekstual artinya materi dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Kolaboratif  artinya siswa dilatih bekerja sama dalam kelompok. Reflektif artinya siswa diajak menilai proses dan hasil belajarnya. Berpusat pada siswa artinya guru hanya fasilitator, bukan satu-satunya sumber pengetahuan.

Mengingat PM mempunyai sintak yang terdiri pemahaman, penerapan dan refleksi maka jika guru akan menggunakan model lainnya, yang dilakukan selanjutnya mengelompokkan langkah dari model lain menjadi langkah dari pemahaman, penerapan dan refleksi, misalnya, PM yang menggunakan Problem Based Learning (PBL) Langkah-langkahnya menjadi 1) Pemahaman  Orientasi masalah, Guru memunculkan masalah nyata (misalnya pencemaran lingkungan). 2) Aplikasi: Mengorganisasi pembelajaran Siswa berdiskusi untuk memahami masalah. Penyelidikan mandiri/kelompok Siswa mencari data dan informasi. Mengembangkan dan menyajikan solusi 3) refleksiL Siswa mengomunikasikan hasil. Menganalisis.

Dengan langkah-langkah yang terstruktur, model pembelajaran dapat menjadi jembatan menuju pembelajaran mendalam. Guru tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan kemandirian, kreativitas, dan tanggung jawab siswa.jika merujuk  Michael Fullan (2014) menekankan pentingnya fusion dalam transformasi pendidikan.

Fusion adalah proses menggabungkan berbagai elemen inovasi  menjadi satu kesatuan yang hidup dalam praktik pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran mendalam, fusion dapat dipahami sebagai: Fusion antara model pembelajaran dan kebutuhan siswa ,Guru tidak sekadar memilih satu model, tetapi mengombinasikan berbagai model sesuai konteks. Misalnya, PBL dikombinasikan dengan cooperative learning sehingga siswa belajar memecahkan masalah sekaligus melatih kerja sama. Fusion antara pengetahuan dan keterampilan,Siswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu menerapkannya dalam proyek nyata. Inilah yang membedakan pembelajaran mendalam dari hafalan semata. Fusion antara sekolah dan dunia nyata Materi pelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, isu global, dan tantangan lokal, sehingga siswa merasa pembelajaran relevan dengan kehidupannya. Fusion antara guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai pembelajar aktif, Guru menggeser peran dari pemberi pengetahuan menjadi penggerak ekosistem belajar yang memantik rasa ingin tahu siswa.

Untuk Pembelajaran mendalam  hadir sebagai jawaban atas kebutuhan pendidikan abad 21 yang menuntut siswa tidak hanya menguasai pengetahuan, tetapi juga mampu berpikir kritis, berkolaborasi, berinovasi, dan berkarakter. Dalam praktiknya, guru perlu memfasilitasi proses belajar dengan model-model pembelajaran yang memberi pengalaman otentik, kontekstual, serta memberdayakan siswa.

Pembelajaran mendalam menuntut guru untuk tidak hanya menjalankan langkah-langkah model pembelajaran secara mekanis, tetapi juga mengintegrasikan (fusion) pendekatan, konteks, teknologi, dan karakter siswa menjadi satu kesatuan yang bermakna. Guru yang kreatif mampu meramu model pembelajaran seperti seorang koki meracik bahan  setiap komponen mungkin biasa, tetapi ketika dipadukan dengan tepat, hasilnya luar biasa………. Semoga.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...