Penulis: Tatang Sunendar

Ilustrasi
Oleh Tatang Sunendar
Implementasi
pendekatan pembelajar mendalam (PM) sudah mulai diterapkan di kelas. Untuk
semua itu guru secara otomatis menyusun perangkat pembelajaran. Salah satu
komponen dalam perangkat pembelajaran guru merumuskan model, stratgei dan
pendekatan pembelajaran. Mengingat pembelajarn mendalam (deep learning)
merupakan sebuah pendekatan yang menjadi pertanyaan apakah saat guru menggunakan
pendekatan pembelajaran masih tetap menerapkan model, stratergi, dan pemdelatan
lainnya?
Salah satu
komponen dalam kerangka pembelajaran adalah praktik pedagogis. Praktik
pedagogis merujuk pada strategi mengajar yang dipilih guru untuk mencapai
tujuan belajar dalam mencapai dimensi profil lulusan. Jika merujuk pada naskah
akademik maka untuk mewujudkan PM guru berfokus pada pengalaman belajar peserta
didik yang autentik, mengutamakan praktik nyata, mendorong keterampilan
berpikir tingkat tinggi dan kolaborasi. Strategi yang dapat digunakan seperti
Pembelajaran Berbasis Inkuiri, Pembelajaran Berbasis Proyek, Pembelajaran
Berbasis Masalah, Pembelajaran Kolaboratif, Pembelajaran Berbasis Pemikiran
Desain (Design Thinking), STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts,
Mathematic), SETS (Science, Environment, Technology, and Society), dan
sebagainya.
Lebih lanjut model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Model pembelajaran memiliki lima unsur dasar yaitu (1) syntax, yaitu langkah-langkah
operasional pembelajaran, (2) social
system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of reaction, menggambarkan
bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespons siswa, (4)
support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang
mendukung pembelajaran, dan (5)
instructional dan nurturant effects yang merupakan hasil belajar yang
diperoleh langsung.
Pembelajaran
mendalam (deep learning) menuntut
keterlibatan penuh siswa dalam mengonstruksi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang bermakna bagi kehidupannya. Untuk mencapai hal ini, guru
memerlukan model pembelajaran yang bukan hanya menekankan pada penyampaian
materi, melainkan memberi pengalaman belajar aktif, kolaboratif, kontekstual,
dan reflektif.
Dalam dokumen
model-model pembelajaran, disebutkan bahwa ada berbagai pendekatan yang dapat
digunakan guru dalam PM, di antaranya Discovery Learning, Inquiry Learning,
Problem Based Learning (PBL), Project Based Learning (PjBL), dan Cooperative
Learning, Masing-masing model memiliki ciri khas, tetapi semuanya dapat
diarahkan untuk mendukung pembelajaran mendalam. Bagaimana ciri khasnya itu?
Discovery Learning memberi kesempatan siswa
menyingkap sendiri konsep atau solusi dari masalah. Proses ini menumbuhkan
kemampuan berpikir logis, kritis, dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Inquiry Learning menuntut siswa aktif
menyelidiki, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, hingga merumuskan
kesimpulan. Proses ini melatih kemandirian intelektual sekaligus keterampilan
saintifik. Problem Based Learning
(PBL) menghadapkan siswa pada permasalahan nyata yang kompleks. Dari sana siswa
belajar berpikir kritis, kreatif, dan mencari solusi alternatif, sehingga mampu
mengaitkan pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari.
Project Based Learning (PjBL)
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan melalui pengerjaan proyek. Siswa
berkolaborasi, berinovasi, serta menghasilkan karya nyata yang bermakna bagi
dirinya maupun lingkungannya Cooperative
Learning seperti Jigsaw, TPS (Think Pair Share), dan Group Investigation
menekankan kerja sama dan tanggung jawab kelompok, yang membentuk karakter
sosial, demokratis, dan saling menghargai. Bagaimana langkah langkahnya?
Dari beberapa
model yang sangat relevan untuk mendukung pembelajaran mendalam seperti telah diuraikan maka agar lebih konkret,
berikut langkah-langkah penerapannya.
Pertama Discovery
LearningLangkah-langkah:Stimulation – Guru memberi stimulus berupa fenomena,
bacaan, atau video.Problem Statement – Siswa mengidentifikasi masalah dan
merumuskan pertanyaan.Data Collecting – Siswa mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber.Data Processing – Informasi diolah untuk menemukan
konsep/solusi.Verification – Siswa memeriksa kebenaran data dan
jawaban.Generalization – Siswa membuat kesimpulan dan menerapkan pada konteks
lain.Maknanya dari Discovery Learningsiswa belajar menemukan
pengetahuan, bukan diberi jawaban jadi.
Kedua Inquiry Learningm Langkah-langkah:Mengamati
fenomena (misalnya gejala alam atau eksperimen sederhana).Merumuskan pertanyaan
yang menantang. Membuat hipotesis sebagai dugaan awal.Mengumpulkan data melalui
eksperimen, literatur, atau observasi.Menganalisis data untuk membuktikan
hipotesis. Menyusun kesimpulan dan mempresentasikannya. Maknanya mendalam dari Inquiry adalah melatih
keterampilan saintifik dan kemandirian intelektual.
Ketiga Problem Based Learning (PBL) Langkah-langkah:
Orientasi masalah, Guru memunculkan masalah nyata (misalnya pencemaran
lingkungan).Mengorganisasi pembelajaran
Siswa berdiskusi untuk memahami masalah.Penyelidikan mandiri/kelompok
Siswa mencari data dan informasi. Mengembangkan dan menyajikan solusi – Siswa
mengomunikasikan hasil. Menganalisis dan merefleksi Siswa bersama guru mengevaluasi proses dan
solusi. Maknanya mendalam: siswa belajar menyelesaikan masalah
kompleks secara kolaboratif.
Keempat Project
Based Learning
(PjBL) Langkah-langkah: Menentukan pertanyaan pemantik/proyek. Mendesain
rencana proyek secara kelompok.Menyusun jadwal dan pembagian tugas.Memonitor
pelaksanaan proyek (guru sebagai fasilitator).Menguji hasil proyek (produk,
presentasi, laporan). Mengevaluasi proses dan hasil untuk perbaikan. Maknanya siswa mengintegrasikan pengetahuan dengan
keterampilan nyata.
Kelima Cooperative Learning (contoh: Jigsaw) Langkah-langkah,
Membagi siswa ke dalam kelompok asal.
Masing-masing
siswa mempelajari bagian materi dalam kelompok ahli.Siswa kembali ke kelompok
asal untuk mengajarkan materi yang dikuasai. Kelompok berdiskusi hingga
memahami keseluruhan materi.Guru memfasilitasi presentasi dan refleksi. Maknya siswa belajar saling bergantung, berbagi, dan
bertanggung jawab.
Berdasarkan
langkah langkah tersebut prinsip penting dalam PM agar langkah-langkah di atas
efektif, guru perlu memperhatikan prinsip berikut Interaktif artinya ada
komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Kontekstual artinya materi dikaitkan
dengan kehidupan nyata siswa. Kolaboratif artinya siswa dilatih bekerja sama dalam
kelompok. Reflektif artinya siswa diajak menilai proses dan hasil belajarnya. Berpusat
pada siswa artinya guru hanya fasilitator, bukan satu-satunya sumber
pengetahuan.
Mengingat PM
mempunyai sintak yang terdiri pemahaman, penerapan dan refleksi maka jika guru
akan menggunakan model lainnya, yang dilakukan selanjutnya mengelompokkan
langkah dari model lain menjadi langkah dari pemahaman, penerapan dan refleksi,
misalnya, PM yang menggunakan Problem
Based Learning (PBL) Langkah-langkahnya menjadi 1) Pemahaman Orientasi masalah, Guru memunculkan masalah
nyata (misalnya pencemaran lingkungan). 2) Aplikasi: Mengorganisasi pembelajaran
Siswa berdiskusi untuk memahami masalah. Penyelidikan mandiri/kelompok Siswa
mencari data dan informasi. Mengembangkan dan menyajikan solusi 3) refleksiL Siswa
mengomunikasikan hasil. Menganalisis.
Dengan
langkah-langkah yang terstruktur, model pembelajaran dapat menjadi jembatan
menuju pembelajaran mendalam. Guru tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi
juga menumbuhkan kemandirian, kreativitas, dan tanggung jawab siswa.jika
merujuk Michael Fullan (2014) menekankan
pentingnya fusion dalam transformasi pendidikan.
Fusion adalah
proses menggabungkan berbagai elemen inovasi
menjadi satu kesatuan yang hidup dalam praktik pembelajaran. Dalam
konteks pembelajaran mendalam, fusion dapat dipahami sebagai: Fusion antara
model pembelajaran dan kebutuhan siswa ,Guru tidak sekadar memilih satu model,
tetapi mengombinasikan berbagai model sesuai konteks. Misalnya, PBL
dikombinasikan dengan cooperative learning sehingga siswa belajar memecahkan
masalah sekaligus melatih kerja sama. Fusion antara pengetahuan dan
keterampilan,Siswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu menerapkannya
dalam proyek nyata. Inilah yang membedakan pembelajaran mendalam dari hafalan
semata. Fusion antara sekolah dan dunia nyata Materi pelajaran dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari, isu global, dan tantangan lokal, sehingga siswa merasa
pembelajaran relevan dengan kehidupannya. Fusion antara guru sebagai
fasilitator dan siswa sebagai pembelajar aktif, Guru menggeser peran dari
pemberi pengetahuan menjadi penggerak ekosistem belajar yang memantik rasa
ingin tahu siswa.
Untuk Pembelajaran
mendalam hadir sebagai jawaban atas
kebutuhan pendidikan abad 21 yang menuntut siswa tidak hanya menguasai
pengetahuan, tetapi juga mampu berpikir kritis, berkolaborasi, berinovasi, dan
berkarakter. Dalam praktiknya, guru perlu memfasilitasi proses belajar dengan
model-model pembelajaran yang memberi pengalaman otentik, kontekstual, serta
memberdayakan siswa.
Pembelajaran
mendalam menuntut guru untuk tidak hanya menjalankan langkah-langkah model
pembelajaran secara mekanis, tetapi juga mengintegrasikan (fusion) pendekatan, konteks, teknologi, dan karakter siswa menjadi
satu kesatuan yang bermakna. Guru yang kreatif mampu meramu model pembelajaran
seperti seorang koki meracik bahan
setiap komponen mungkin biasa, tetapi ketika dipadukan dengan tepat,
hasilnya luar biasa………. Semoga.