MODEL PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI ERA MERDEKA BELAJAR

Penulis: Ahmad Rusdiana

Dibaca: 158 kali

Ahmad Rusdiana

Oleh Ahmad Rusdiana

 

KARAKTER merupakan sebuah tanda khusus yang terdapat dalam setiap individu, di mana tanda khusus ini bersifat asli dan sudah tertanam dalam pribadi setiap individu, dan merupakan suatu alat yang bisa menjadi dorongan seorang dalam memilih tindakan, bersikap, berkomunikasi, dan menanggapi persoalan kehidupan. Disinilah Pendidikan Karakter dimaknai sebagai suatu proses internalisasi sifat-sifat utama yang menjadi ciri khusus dalam suatu masyarakat ke dalam diri peserta didik sehingga dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa sesuai dengan nilai-nilai budaya masyarakat setempat.

Pendidikan karakter telah menjadi wacana sentral pendidikan di Indonesia sejak tahun 2010. Kemendikbud telah mewajibkan semua sekolah menyisipkan pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam proses proses. Dalam implemetasinya sejak tahun pelajaran 2015/2016, ketika itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dijabat Anies Baswedan, mengeluarkan edaran yang mewajibkan sekolah dari jenjang SD-SMP-SMA/SMK: untuk melaksanakan upacara bendera setiap Senin dan hari-hari besar nasional, mewajibkan siswa menyanyikan lagu Indonesia Raya setiap hari sebelum memulai pembelajaran, mewajibkan siswa menyanyikan lagu-lagu yang bertema patriotik dan cinta tanah air pada akhir pembelajaran tiap hari.

Tidah hanya itu, dalam rangka menumbuhkan minat baca, mendikbud juga mewajibkan siswa membaca buku sesuai dengan bakat dan minatnya selama 15 menit setiap hari sebelum pembelajaran. Sasarannya adalah mewujudkan generasi yang cerdas, humanis, berkarakter, dan berbudaya. Semua ajakan itu sesungguhnya merupakan implementasi dari 18 nilai yang dikembangkan terkait dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa, yaitu "religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab" (Pusat Kurikulum, 2010).

Penerapan Kurikulum Merdeka saat ini mendorong pendidikan karakter yang dilakukan melalui pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek pada penguatan profil pelajar Pancasila. Seiring  dengan perubahan Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Merdeka, yang sebelumnya ada lima nilai karater (religius, nasionalis, integritas, mandiri, gotong royong) berubah menjadi 6 nilai karakater sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila merupakan sejumlah karakter dan kompetensi yang diharapkan untuk diraih oleh peserta didik, yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila dengan enam ciri, yaitu: "beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bernalar kritis, bergotong royong, mandiri, dan kreatif"(Kemdikbud Ristek, 2022).

Tolok ukur keberhasilan Kurikulum Merdeka adalah dari keceriaan (kebahagiaan) peserta didik dan kemampuan mereka berkolaborasi menyelesaikan beragam persoalan, (Zulfikri, 2022). Pertanyaannya "Bagaimana lembaga pendidikan mampu menciptakan budaya perilaku positif dalam mencetak SDM yang berkualitas dari waktu ke waktu sebagaimana nilai yang terkandung dalam Profil Pelajar Pancasila"?. Dari itu pula muncul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Dalam implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah, salah satu kekhasan yang dituangkan dalam kebijakan Kementerian Agama adalah menambahkan nilai Rahmatan lil Alamin dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Nilai Rahmatan lil Alamin merupakan prinsip-prinsip sikap dan cara pandang dalam mengamalkan agama agar pola keberagamaan dalam konteks berbangsa dan bernegara berjalan semestinya sehingga kemaslahatan umum tetap terjaga seiring dengan perlindungan kemanusiaan dalam beragama. (Sholikhin, 2022).

Projek Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin yang terintegrasi dalam Profil Pelajar Pancasila bermaksud memastikan cara beragama lulusan madrasah bersifat moderat (tawassuth). Nilai moderasi beragama sebagai Projek Profil Pelajar  Rahmatan lil Alamin yang terintegrasi dalam Profil Pelajar Pancasila ini meliputi: "(1) Berkeadaban (ta’addub); (2) Keteladanan (qudwah); (3) Kewarganegaraan dan kebangsaan (muwatanah); (4) Mengambil jalan tengah (tawassuth); (5) Berimbang (tawazun); 6. Lurus dan tegas (i’tidal); (7) Kesetaraan (musawah); (8) Musyawarah (syura); (9) Toleransi (tasamuh); (10) Dinamis dan inovatif (tatawwur wa ibtikar) (Kementerian Agama RI, 2022).

Pendidikan karakter melalui projek profil pelajar Rahmatan lil Alamin tersebut,  diharapkan dapat menjadi sarana yang optimal dalam  mendorong peserta didik menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dan Islam Rahmatan Lil Alamin. Antara Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin yang dikembangkan Kementerian Agama pada madrasah, sungguh merupakan satu nafas yang saling menguatkan antara satu dengan lainnya. Keduanya berdiri pada falsafah Pancasila, yang menghormati kebhinekaan dan kemanusiaan untuk mewujudkan Indonesia yang aman, tentram, damai dan sejahtera.

Madrasah sebagai entitas kecil di lingkungan masyarakat, memiliki sistem nilai dan perilaku yang dapat diciptakan melalui pembiasaan, pembudayaan dan pemberdayaan dalam kehidupan sehari-hari, ketiga proses ini bersifat hidden curriculum yang menunjang terhadap tercapainya tujuan pendidikan Nasinal. Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, khususnya upaya pendidikan karakter melalui Projek Penguatan Profil Pelajar  Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin (P5 PPRA), madrasah diberi keleluasaan untuk melakukan kreasi dan inovasi kurikululum guna mengakomodir karakteristik, kekhasan, kebutuhan dan visi-misi madrasah.

Madrasah didorong berani melakukan kreatifitas dan inovasi tanpa menunggu harus lengkap dan sempurna demi memberikan layanan terbaik kepada peserta didik madrasah, baik melalui strategi ko-kurikuler, terintegrasi dalam pembelajaran maupun ekstrakurikuler. Karena sebagaimana dipahami, bahwa kurikulum merdeka memberikan otonomi, kebebasan dan keluwesan dalam mengatur praktek pendidikan.

Wallahu A'lam Bishowab

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku: Manajemen Pendidikan Karakter, Manajemen Pendidikan nilai, Manajemen pendidikan Multikultural; Inovasi Pendidikan, Manajemen Kurikulum, Kepenpemimpinan Pendidikan; Manjemen Perencanaan Pendidikan; Pengelolaan Pendidikan, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Evaluasi Program Pendidikan; Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Mishbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui: (1) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2) https://www.google.com/ search? q=buku+a. rusdiana+shopee&source (3) https://play. google.com/ store/ books/author?id.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...