PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK KUNCI SUKSES IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA

Penulis: Ahmad Rusiana

Dibaca: 340 kali

Ahmad Rusiana

Oleh Ahmad Rusiana

 

Salah satu karakteristik kurikulum prototipe adalah menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk mendukung pengembangan karakter sesuai dengan profil pelajar pancasila. Dalam kurikulum prototipe (merdeka), sekolah diberikan keleluasaan dan kemerdekaan untuk memberikan proyek-proyek pembelajaran yang relevan dan dekat dengan lingkungan sekolah," Sistem pembelajaran ini dianggap penting guna mengembangkan karakter siswa. Sebab, mereka akan diberi kesempatan untuk memulai pengalaman (experiential learning). “Mereka mengalami sendiri bagaimana bertoleransi, bekerja sama, saling menjaga, dan lain-lain, juga mengintegrasikan kompetensi esensial dari berbagai disiplin ilmu,” (Supriyatno, 2022).  Dalam kaitannya dengan keterampilan abad 21, pembelajaran berbasis proyek disebut mampu mengajarkan beragam strategi untuk mencapai kesuskesan abad 21, membantu peserta didik mengembangkan keterampilan abad 21, meningkatkan tanggung jawab, melatih pemecahan masalah, self direction, komunikasi dan kreativitas.

Stoller (2006), mendefinisikan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai pembelajaran yang menggunakan Proyek sebagai media dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas siswa untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil Proyek berupa barang atau jasa dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain.

Melalui penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek, siswa akan berlatih merencanakan, melaksanakan kegiatan sesuai rencana dan menampilkan atau melaporkan hasil kegiatan. Dalam Kurikulum Merdeka, sekolah diberikan keleluasaan dan kemerdekaan untuk memberikan proyek-proyek pembelajaran yang relevan dan dekat dengan lingkungan sekolah (Kemendikbudristek, 2022).

Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, inter pretasi, sisntesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PjBL): (1) Peserta didik membuat keputusan  tentangsebuah kerangka kerja; (2) Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada Peserta didik; (3) Peserta didik mendesain proses  untuk menentukan solusi atau permasalahan atau tantangan yang diberikan; (4) Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan; (5) Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu; (6) Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktifitas yang sudah dijalankan; (7) Produk akhir aktiitas belajar dievalusi secara kualitatif; dan (8) Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan. (Daryanto,2014). 

Pembelajaran berbasis proyek ini merupakan metode pembelajaran dalam kurikulum merdeka yang memanfaatkan pembuatan projek sebagai kegiatan dalam proses pembelajaran. Nantinya dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode ini para peserta didik akan diberikan kebebasan untuk melakukan kegiatan eksplorasi, observasi, penilaian dan interpretasi untuk memperoleh pengetahuan baru, keterampilan baru serta sikap sosial yang baik. Selain itu model pembelajaranan akan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan seru, juga akan membantu guru serta siswa untuk mengembangkan karakter dan soft skill penting.

Menurut Buck (1999) menyebutkan bahwa project based learning memiliki spesifikasi tersendiri sebagaimana kurikulum pembelajaran lain, diantaranya:

Pertama, kegiatan belajar berfokus pada keterampilan komunikasi, kolaborasi, kreativitas siswa dan keterampilan berpikir kritis. Siswa akan mengerjakan proyek untuk memecahkan permasalahan yang diajukan guru secara berkelompok atau berkolaborasi dengan siswa lainnya.

Kedua, guru akan memberikan tantangan atau masalah dalam lingkungan nyata kepada siswa, lalu meminta siswa untuk mengajukan ide atau proyek untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Ketiga, siswa melakukan refleksi pembelajaran secara berkala untuk mengetahui apa yang diketahui, dipahami dan dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran.

Keempat, kegiatan pembelajaran akan berfokus pada siswa melalui pertanyaan,tantangan maupun suatu masalah untuk diselesaikan, ditanggapi, diteliti atau dicari solusi untuk menyelesaikannya.

Kelima, proses evaluasi dalam kegiatan pembelajaran dilakukan secara berkelanjutan. Keenam, Siswa yang merancang hasil proyek secara teratur dapat melihat apa yang kerjakan kembali.

Ketujuh, karakteristik terakhir adalah hasil akhir dari pembelajaran dinilai secara kualitatif. Siswa akan mempresentasikan masalah, proses penelitian, metode, proses pengerjaan proyek dan hasilnya.

Pembelajaran berbasis projek ini banyak memberi ruang merdeka bagi anak maupun guru. Namun pembelajaran berbasis projek ini bukan merupakan pembelajaran yang sederhana, projek perlu dirancang dengan seksama. Projek harus kontekstual, relevan dan sesuai dengan sumber daya dan lingkungan setempat, bisa jadi projek di suatu Sekolah sangat berbeda dengan projek di sekolah lainnya karena minat anak dan konteks lingkungan yang berbeda.

Keuntungan dan keunggulan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) yakni: Dapat merombak pola pikir siswa dari yang sempit menjadi yang lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Membina siswa menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan terpadu, yang diharapkan berguna dalam kehidupan sehari-hari bagi siswa. Sesuai dengan prinsip-prinsip didaktik modern. Prinsip tersebut dalam pelaksanaannya harus memperhatikan kemampuan individual siswa dalam kelompok, bahan pelajaran tidak terlepas dari kehidupan riil sehari-hari yang penuh masalah, pengembangan kreativitas, aktivitas dan pengalaman siswa banyak dilakukan, menjadikan teori, praktik, sekolah, dan kehidupan masyarakat menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Wallahu A'lam Bishowab

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Pemerhati Pendidikan, Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti, Pengampu mata kuliah manajemen pendidikan; Penulis buku: Manajemen Pendidikan Karakter, Manajemen Pendidikan nilai, Manajemen pendidikan Multikultural; Inovasi Pendidikan, Manajemen Kurikulum, Kepenpemimpinan Pendidikan; Manjemen Perencanaan Pendidikan; Pengelolaan Pendidikan, Kewirausahaan Teori dan Praktek; Manajemen Evaluasi Program Pendidikan; Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik, Peneliti, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al Mishbah Cipadung Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK TPA Paket A B C. Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui: (1) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2) https://www.google.com/ search? q=buku+a. rusdiana+shopee&source (3) https://play. google.com/ store/ books/author?id.

 

 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...