Peneliti dari Beberapa Perguruan Tinggi Mempelajari Gua Laguang Aie Angek, Sijunjung, Sumatra Barat

Penulis: Ferdinal

Dibaca: 576 kali

Kolam Depan Gua Laguang Aie Angek Sijunjung (Dokumen Tim Peneliti)

Oleh Ferdinal

(Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unand)

Padang, 13 Agustus 2022

 

“Gua Laguang, salah satu gua utama di Aie Angek Kabupaten Sijunjung Sumatra Barat, dengan panjang mencapai 7 km menawarkan tantangan khusus bagi pecinta gua,” ungkap  Bapak Ikhwanul Arif, Sekretaris Nagari Aie Angek. Gua ini terletak sekitar 1 km dari tempat pemandian Aie Angek. Objek wisata ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan pengunjung.

Gua ini sebelumnya sudah dikembangkan menjadi destinasi wisata yang cukup ramai dikunjungi wisatawan, khususnya akhir pekan. Dengan besarnya minat pengunjung, pemerintah kemudian melengkapi  destinasi ini dengan sarana dan prasarana seperti kolam, jalan, tempat bermain anak-anak, tempat camping, termasuk perbaikan jalan dan tangga menuju gua.

Sayangnya dengan datangnya pandemi, destinasi ini mulai berkurang peminatnya sehingga sarana dan prasarana yang ada mulai kurang terawat. Dengan berkurangnya penyebaran Corona, destinasi ini mulai menggeliat kembali. Dengan demikian, sarana prasarana yang ada perlu kembali diperbaiki dan dikembangkan.

Dr. Hamdi dari Universitas Negeri Padang dan Dr. Ferdinal dari Universitas Andalas, di bantu oleh Dr. Siti Zulaikah dari Universitas Negeri Malang dan Dr. Dini Fitriani dari Universitas Padjajaran melakukan penelitian di gua ini. Pengumpulan data lapangan dan data dari masyarakat dilakukan untuk melihat potensi gua ini menjadi salah satu destinasi wisata edukasi gua di Sumatra Barat.

Pada waktu kelapangan, tim peneliti dilayani oleh Pokdarwis Aie Angek, yang memberikan informasi, pemaparan tentang potensi Aie Angek dan pengawalan penelusuran Gua Laguang. Enam orang warga Aie Angek yang terdiri dari Pokdarwis, pimpinan dan pemuka masyarakat ikut memimpin penelusuran dan observasi gua ini.

Melalui  wawancara dan angket yang disebar kepada sejumlah anggota masyarakat, peneliti mengetahui bahwa secara umum masyarakat Aie Angek sangat mendukung upaya untuk menghidupkan kembali destinasi ini karena manfaat ekonomi yang ditimbulkan dengan banyaknya wisatawan yang datang. “Sebelumnya destinasi ini sudah berkembang dengan cukup baik. Namun beberapa tahun lalu, destinasi ini ditutup sementara karena isu sosial dan keagamaan yang timbul akibat penyalahgunaan gua,” ungkap Sekretaris Nagari Aie Angek.

Seperti diceritakan Bapak Ikhwanul Arif, Sekretaris Nagari, Bapak Siman Khatib Dt. Kayo, ketua KAN, dan dan Bapak Ardison, salah seorang Ustadz di nagari Aie Angek bahwa pernah terjadi kasus di mana muda-mudi mengunjungi gua di pagi hari dan keluar di sore hari tanpa ada pengawasan dan laporan kepada pengelola waktu itu. Pengelola khawatir kondisi seperti itu akan berdampak buruk kepada masyarakat baik yang datang maupun masyarakat nagari.

Setelah beberapa tahun, pihak Nagari sangat ingin gua ini kembali menjadi salah satu destinasi wisata di Aie Angek. Berkembangnya pariwisata di Aie Angek tidak hanya membawa pengaruh ekonomi kepada masyarakat tapi juga mengangkat nama nagari ketingkat lokal dan nasional.

Pihak adat juga berharap keberadaan gua dan sarananya tidak merusak adat. Masyarakat dan wisatawan diharapkan saling menjaga adat sehingga tidak terjadi kemunduran apalagi pelanggaran adat. Pemuka agama setempat juga berharap kegiatan wisata bisa dilaksanakan melalui norma norma agama dan tentunya tidak  terjadi kegiatan yang melanggar norma agama Islam.

Dr. Hamdi dan Dr. Ferdinal Berfoto Di depan Pintu Masuk Gua Laguang (Dokumen Tim Peneliti)

Gua Laguang sebagai destinasi wisata minat khusus merupakan labor alam yang bisa memberikan ilmu kepada pecintanya tentang alam, khususnya gua, dengan segala isi dan kekayaan yang ada di dalam baik itu bebatuan, fauna, serta flora yang ada di sekitar.

“Isi gua seperti stalaktit, stalagmit, topografi dalam gua, dinding, langit serta binatang dalam gua semuanya menawarkan tantangan, keindahan dan keunikan tersendiri yang dapat dinikmati oleh pecinta gua, ungkap Pak Afrizal dan Pak Abdul Rauf, dalam sebuah perbincangan di kantor Nagari Aie Angek.

Disamping itu, track yang mencapai 7 km menawarkan tantangan tersendiri bagi mereka yang suka menjelajahi alam khususnya telusur gua. Sejauh ini belum banyak pecinta gua yang sudah berhasil menaklukkan rute ini dari pintu masuk di Nagari Aie Angek sampai pintu keluar di nagari lain. Bagi pecinta alam dan pemerhati gua, termasuk pembelajar gua, kesempatan untuk menelusuri gua ini tentunya akan menjadi pengalaman yang sangat berharga. Pengalaman yang akan memperkaya pemahaman dan pengetahuan mereka akan gua dengan segala kekayaannya.

Tim Peneliti Bersama Pokdarwis Aie Angek Mengamati Ruang Gerbang Gua Laguang (Dokumen Tim Peneliti)

Untuk bisa menelusuri gua dengan aman dan selamat, Pokdarwis Aie Angek siap melayani masyarakat yang ingin menelusuri gua ini, baik mereka yang menjadi anggota Asosiasi Wisata Goa (ASTAGA) Provinsi Sumatra Barat, atau masyarakat lain.  Sebagai bagian dari nagari dan pemerintah yang lebih tinggi, mereka siap melayani dan mengembangkan destinasi ini.

Pemerintah kabupaten dan provinsi membina dan mengembangkan Pokdarwis, termasuk Pokdarwis Aie Angek, dalam rangka mengembangkan destinasi wisata di Sumatra Barat. Pokdarwis Aie Angek juga berupaya memperkuat kemampuan dan kesiapan mereka. Dipimpin oleh Pak Afrizal, mereka siap menyambut dan melayani wisatawan yang datang berkunjung ke Aie Angek termasuk menelusuri Gua Laguang dari pintu masuk sampai pintu keluar gua yang terdiri beberapa buah.

Bagi wisatawan yang hanya ingin menikmati alam sekitar gua, mereka bisa menggunakan fasilitas yang sudah disiapkan pengelola seperti, ruang tunggu,tempat camping, tempat bermain anak-anak atau hanya melihat keunikan dan keindahan gua di sekitar pintu masuk.

Bagi mereka yang hanya ingin menikmati alam dan budaya masyarakat Aie Angek, Pokdarwis siap menjelaskan sejarah nagari ini dengan budaya yang berkembang seperti Baralek Khatib serta tradisi lisan warga seperti kisah-kisah yang berkembang di tengah masyarakat. 

Tampak Depan Pintu Gua Laguang (Dokumen Tim Peneliti)

Aie Angek tidak hanya menawarkan wisata alam, khususnya gua, tapi juga tradisi dan kekayaan lisan seperti foklor dan sejarah di Aie Angek. Pokdarwis siap melestarikan dan mempertahankan cerita-cerita rakyat yang ada dan berkembang seperti Kisah Gua Laguang, Kisah Gua Sapik, Kisah Batu Kambiang, Imou Lanjung, Kuburan Orang Bunian, Melayu Dt Sati,  Batu Takulok, dan Pemandian Aie Angek.

Peneliti dan Pokdarwis Istirahat Selesai Observasi Gua Laguang (Dokumen Tim Peneliti)

“Intinya, kami siap melayani wisatawan yang datang baik untuk menikmati alam sekitar Aie Angek atau mereka yang ingin mempelajari gua, papar Bapak Abdul Rauf. 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...