Penulis: Ferdinal
Kolam Depan Gua Laguang Aie Angek Sijunjung (Dokumen Tim Peneliti)
Oleh Ferdinal
(Dosen Fakultas
Ilmu Budaya Unand)
Padang, 13 Agustus
2022
“Gua Laguang, salah satu gua utama di Aie Angek Kabupaten Sijunjung Sumatra Barat, dengan panjang mencapai 7 km menawarkan tantangan khusus bagi pecinta gua,” ungkap Bapak Ikhwanul Arif, Sekretaris Nagari Aie Angek. Gua ini terletak sekitar 1 km dari tempat pemandian Aie Angek. Objek wisata ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan pengunjung.
Gua ini sebelumnya
sudah dikembangkan menjadi destinasi wisata yang cukup ramai dikunjungi
wisatawan, khususnya akhir pekan. Dengan besarnya minat pengunjung, pemerintah
kemudian melengkapi destinasi ini dengan
sarana dan prasarana seperti kolam, jalan, tempat bermain anak-anak, tempat
camping, termasuk perbaikan jalan dan tangga menuju gua.
Sayangnya dengan
datangnya pandemi, destinasi ini mulai berkurang peminatnya sehingga sarana dan
prasarana yang ada mulai kurang terawat. Dengan berkurangnya penyebaran Corona,
destinasi ini mulai menggeliat kembali. Dengan demikian, sarana prasarana yang ada
perlu kembali diperbaiki dan dikembangkan.
Dr. Hamdi dari
Universitas Negeri Padang dan Dr. Ferdinal dari Universitas Andalas, di bantu
oleh Dr. Siti Zulaikah dari Universitas Negeri Malang dan Dr. Dini Fitriani
dari Universitas Padjajaran melakukan penelitian di gua ini. Pengumpulan data
lapangan dan data dari masyarakat dilakukan untuk melihat potensi gua ini
menjadi salah satu destinasi wisata edukasi gua di Sumatra Barat.
Pada waktu
kelapangan, tim peneliti dilayani oleh Pokdarwis Aie Angek, yang memberikan
informasi, pemaparan tentang potensi Aie Angek dan pengawalan penelusuran Gua
Laguang. Enam orang warga Aie Angek yang terdiri dari Pokdarwis, pimpinan dan
pemuka masyarakat ikut memimpin penelusuran dan observasi gua ini.
Melalui wawancara dan angket yang disebar kepada
sejumlah anggota masyarakat, peneliti mengetahui bahwa secara umum masyarakat
Aie Angek sangat mendukung upaya untuk menghidupkan kembali destinasi ini
karena manfaat ekonomi yang ditimbulkan dengan banyaknya wisatawan yang datang.
“Sebelumnya destinasi ini sudah berkembang dengan cukup baik. Namun beberapa
tahun lalu, destinasi ini ditutup sementara karena isu sosial dan keagamaan
yang timbul akibat penyalahgunaan gua,” ungkap Sekretaris Nagari Aie Angek.
Seperti
diceritakan Bapak Ikhwanul Arif, Sekretaris Nagari, Bapak Siman Khatib Dt.
Kayo, ketua KAN, dan dan Bapak Ardison, salah seorang Ustadz di nagari Aie
Angek bahwa pernah terjadi kasus di mana muda-mudi mengunjungi gua di pagi hari
dan keluar di sore hari tanpa ada pengawasan dan laporan kepada pengelola waktu
itu. Pengelola khawatir kondisi seperti itu akan berdampak buruk kepada
masyarakat baik yang datang maupun masyarakat nagari.
Setelah beberapa
tahun, pihak Nagari sangat ingin gua ini kembali menjadi salah satu destinasi
wisata di Aie Angek. Berkembangnya pariwisata di Aie Angek tidak hanya membawa
pengaruh ekonomi kepada masyarakat tapi juga mengangkat nama nagari ketingkat
lokal dan nasional.
Pihak adat juga berharap keberadaan gua dan sarananya tidak merusak adat. Masyarakat dan wisatawan diharapkan saling menjaga adat sehingga tidak terjadi kemunduran apalagi pelanggaran adat. Pemuka agama setempat juga berharap kegiatan wisata bisa dilaksanakan melalui norma norma agama dan tentunya tidak terjadi kegiatan yang melanggar norma agama Islam.
Dr. Hamdi dan Dr.
Ferdinal Berfoto Di depan Pintu Masuk Gua Laguang (Dokumen Tim Peneliti)
Gua Laguang
sebagai destinasi wisata minat khusus merupakan labor alam yang bisa memberikan
ilmu kepada pecintanya tentang alam, khususnya gua, dengan segala isi dan
kekayaan yang ada di dalam baik itu bebatuan, fauna, serta flora yang ada di
sekitar.
“Isi gua seperti
stalaktit, stalagmit, topografi dalam gua, dinding, langit serta binatang dalam
gua semuanya menawarkan tantangan, keindahan dan keunikan tersendiri yang dapat
dinikmati oleh pecinta gua, ungkap Pak Afrizal dan Pak Abdul Rauf, dalam sebuah
perbincangan di kantor Nagari Aie Angek.
Disamping itu, track
yang mencapai 7 km menawarkan tantangan tersendiri bagi mereka yang suka menjelajahi
alam khususnya telusur gua. Sejauh ini belum banyak pecinta gua yang sudah
berhasil menaklukkan rute ini dari pintu masuk di Nagari Aie Angek sampai pintu
keluar di nagari lain. Bagi pecinta alam dan pemerhati gua, termasuk pembelajar
gua, kesempatan untuk menelusuri gua ini tentunya akan menjadi pengalaman yang
sangat berharga. Pengalaman yang akan memperkaya pemahaman dan pengetahuan
mereka akan gua dengan segala kekayaannya.
Tim Peneliti
Bersama Pokdarwis Aie Angek Mengamati Ruang Gerbang Gua Laguang (Dokumen Tim
Peneliti)
Untuk bisa menelusuri gua dengan aman dan selamat, Pokdarwis Aie Angek
siap melayani masyarakat yang ingin menelusuri gua ini, baik mereka yang
menjadi anggota Asosiasi Wisata Goa (ASTAGA) Provinsi Sumatra Barat, atau
masyarakat lain. Sebagai bagian dari
nagari dan pemerintah yang lebih tinggi, mereka siap melayani dan mengembangkan
destinasi ini.
Pemerintah kabupaten dan provinsi membina dan mengembangkan Pokdarwis,
termasuk Pokdarwis Aie Angek, dalam rangka mengembangkan destinasi wisata di
Sumatra Barat. Pokdarwis Aie Angek juga berupaya memperkuat kemampuan dan
kesiapan mereka. Dipimpin oleh Pak Afrizal, mereka siap menyambut dan melayani
wisatawan yang datang berkunjung ke Aie Angek termasuk menelusuri Gua Laguang
dari pintu masuk sampai pintu keluar gua yang terdiri beberapa buah.
Bagi wisatawan
yang hanya ingin menikmati alam sekitar gua, mereka bisa menggunakan fasilitas
yang sudah disiapkan pengelola seperti, ruang tunggu,tempat camping, tempat
bermain anak-anak atau hanya melihat keunikan dan keindahan gua di sekitar
pintu masuk.
Bagi mereka yang hanya ingin menikmati alam dan budaya masyarakat Aie Angek, Pokdarwis siap menjelaskan sejarah nagari ini dengan budaya yang berkembang seperti Baralek Khatib serta tradisi lisan warga seperti kisah-kisah yang berkembang di tengah masyarakat.
Tampak Depan Pintu
Gua Laguang (Dokumen Tim Peneliti)
Aie Angek tidak hanya menawarkan wisata alam, khususnya gua, tapi juga tradisi dan kekayaan lisan seperti foklor dan sejarah di Aie Angek. Pokdarwis siap melestarikan dan mempertahankan cerita-cerita rakyat yang ada dan berkembang seperti Kisah Gua Laguang, Kisah Gua Sapik, Kisah Batu Kambiang, Imou Lanjung, Kuburan Orang Bunian, Melayu Dt Sati, Batu Takulok, dan Pemandian Aie Angek.
Peneliti dan Pokdarwis Istirahat Selesai Observasi Gua Laguang (Dokumen Tim Peneliti)
“Intinya, kami
siap melayani wisatawan yang datang baik untuk menikmati alam sekitar Aie Angek
atau mereka yang ingin mempelajari gua, papar Bapak Abdul Rauf.