Penerapan Nilai-nilai I'tidal/Keadilan dalam Keseharian

Penulis: Rakhmi Ifada, S.Ag, M.Pd.I

Dibaca: 2788 kali

Rakhmi Ifada, S.Ag, M.Pd.I

Oleh Rakhmi Ifada, S.Ag, M.Pd.I
(Guru PAI SMAN 1 Cigombong Bogor)

 

Konsep agama Islam mengajarkan bagaimana etika keberagamaan dapat diaktualisasikan dalam hubungannya dengan kehidupan sosial untuk lebih mampu berlaku adil kepada siapapun dan dalam hal apapun. Sikap “adil” berhubungan langsung dengan perbuatan baik/ihsan yang seharusnya menjadi perwujudan sikap dalam keberagamaan seseorang.

Nilai moderasi beragama tentang i'tidal/keadilan akan dikupas bersama di sini dan untuk selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kita ketahui bersama kata adil dalam bahasa arab artinya berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus. Adil itu wajar, pantas, patut, setimpal dan bijaksana. Secara terminologis adil bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi, ketidakjujuran. Kata i'tidal dalam nilai moderasi sering disamakan dengan tawassuth yang dianggap sama artinya dengan adil. Menurut Muhamad Yunus kata adil memiliki arti lain bisa berarti jujur atau benar, sedangkan orang yang tidak bisa melakukan perbuatan adil itu disebut aniaya.

Berlaku adil dalam Alquran dijelaskan dalam QS. Al Maidah Ayat 8 yang pembahasannya sudah kita sampaikan dalam nilai tasamuh/toleransi yang erat pula kaitannya dengan keadilan.
QS. An Nahl Ayat 90 dijelaskan bahwa Allah Tuhan Yang Maha Kuasa menyuruh manusia untuk bersikap adil dan berperilaku baik serta menolong kerabatnya yang terdekat, sekaligus melarang kepada manusia untuk berbuat keji, kemungkaran dan permusuhan. Melihat kepada konteks ayat tersebut setiap muslim dapat menilai bahwa adil sebenarnya akan mendatangkan sikap kebaikan dan kebajikan yang pada tataran tertentu justru dapat mencegah perbuatan-perbuatan kejahatan yang justru akan merugikan manusia.

Orang yang bersikap adil adalah orang yang perilakunya sesuai dengan standar hukum baik hukum agama, hukum positif/hukum negara, maupun hukum sosial/hukum adat yang berlaku.

Orang yang adil selalu bersikap tegas, jujur dan tidak memihak kecuali kepada kebenaran. Bukan berpihak karena pertemanan, kelompok, persamaan suku, adat istiadat, bangsa maupun agama.

Penilaian, pertimbangan, kesaksian dan keputusan hukum hendaknya selalu berdasar pada kebenaran walaupun kepada diri sendiri, saat di mana bersikap adil terasa berat dan sulit melaksanakannya.

Sesungguhnya keadilan itu adalah milik seluruh umat manusia tanpa memandang suku, kelompok, agama, status jabatan ataupun strata sosial. Keadilan harus berlaku sama untuk semua manusia. Di bidang yang selain persoalan hukum, keadilan membuat seseorang harus dapat membuat penilaian obyektif dan kritis kepada siapapun. Mengakui adanya kebenaran, kebaikan dan hal-hal positif yang dimiliki kalangan lain yang berbeda agama, suku, adat istiadat dan bangsa serta dengan lapang dada membuka diri untuk belajar dan dengan bijaksana memandang kelemahan atau sisi-sisi negatif mereka.

Bersikap adil itu merupakan salah satu cara untuk mendapat kepercayaan orang dan untuk mendapatkan reputasi yang baik. Karena dengan reputasi yang baik itulah kita akan memiliki kemampuan untuk berbagi dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran dengan orang lain. Tanpa itu, kebaikan apapun yang kita sampaikan hanya akan masuk ke telinga kanan dan keluar melalui telinga kiri. Karena apa? Karena bersikap adil itu identik dengan konsistensi dan kesinambungan antara perkataan, sikap dan perbuatan yang baik.

Bersikap adil secara prinsip harus diterapkan dalam semua kegiatan beragama, bermasyarakat, bernegara, terutama dalam bidang hukum atau pengadilan dan tata negara.

Dalam bermasyarakat salah satu tantangan terberat yang dihadapi manusia adalah permasalahan like and dislike, “kecintaan” (kesukaan) dan “kebencian” (ketidaksukaan). Kecintaan dan kebencian yang berlebihan,  seringkali dapat menyebabkan seseorang tidak dapat bersikap adil, obyektif atau proporsional.

Hal ini diingatkan dalam Q.S. Al Maidah ayat 8;
“….Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk bersikap tidak adil".

Jika seseorang tidak suka (benci), apapun salah dan tidak baik. Sebaliknya jika seseorang suka (cinta) apapun akan benar dan baik. Kebenaran adalah kebaikan dan kesalahan adalah kejelekan. Kandungan makna ayat di atas mengingatkan kepada manusia tidak hanya berlebihan dalam kebencian, tetapi juga tidak boleh berlebihan dalam kecintaan yang menyebabkan seseorang tidak bersikap adil. Salah satu bentuk ketidakadilan adalah ketika seseorang menilai sesuatu sudah diliputi terlebih dahulu oleh rasa kesukaan atau ketidaksukaan. Ini tidak benar.

Bersikap adil merupakan sebuah tuntutan dari agama yang justru harus dijalankan oleh semua pihak, bukan pada persoalan mencari keadilan yang  sering kita lihat adanya demonstrasi, talkshow keadilan di televisi atau sindiran-sindiran di konten you tube dan media sosial lainnya.
Upaya mencari keadilan yang diperlihatkan oleh seseorang atau sekelompok orang ini sesungguhnya adalah akibat dari sikap dan perilaku seorang pemimpin yang tidak bisa bersikap adil kepada rakyatnya. 

Dalam Alquran disebutkan " ....Bersikap adillah, karena adil lebih mendekatkan seseorang kepada takwa".

Ketakwaan harus terus menerus dilaksanakan sebagai implementasi dari sikap adil seseorang.
Berikut contoh-contoh bagaimana kita harus bisa bersikap adil ketika di rumah, di sekolah atau di lingkungan masyarakat.

Ketika di rumah orang tua harus bersikap adil dalam membagi waktu antara beribadah, bekerja, bermain dan belajar. Ketika memberikan uang jajan kepada anak harus disesuaikan dengan kebutuhan, bukan keinginannya. Orang tua tidak membeda-bedakan anggota keluarga, misalnya ada anak yang sakit-sakitan dan ada anak yang rajin atau kurang mau belajar tetap harus dicintai tanpa dibeda-bedakan. Berbagi tugas pekerjaan rumah juga harus secara merata, jangan ada yang diberikan pekerjaan yang banyak sedangkan yang lain tidak mendapatkan tugas untuk dikerjakan. Menyimpankan makanan kepada anggota yang belum makan itu penting dalam keluarga.

Membagi uang yang adil kepada saudara jika diberikan uang kepada kerabat dan saudaranya.

Selanjutnya contoh bersikap adil yang bisa dilakukan seorang guru di sekolah yaitu dengan memperlakukan peserta didiknya sama dan tidak pilih kasih.

Membagikan tugas membersihkan kelas secara merata kepada peserta didiknya.
Bergantian melaksanakan tugas piket dan dilakukan secara bergilir. Semua peserta didik harus diberikan kesempatan untuk menjadi pengurus kelas dengan memperbolehkan mereka untuk mengajukan diri menjadi pengurus kelas dan pemilihannya dilakukan secara demokratis.
Pihak sekolah menyediakan beasiswa atau bantuan untuk peserta didik yang kurang mampu yang berprestasi dan yang memang membutuhkan.

Pemberian nilai oleh guru kepada peserta didik harus objektif bukan subjektif sesuai dengan kemampuannya.

Dalam lingkungan masyarakat ketika misalnya ada kegiatan perlombaan, salah satu aplikasi perilaku adil adalah dengan tidak berpihak kepada salah satu team yang sedang bertanding sehingga lain dirugikan.

Dalam bermusyawarah kita harus memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mengeluarkan pendapat dan masukannya. Ketika di jalan raya kita memberikan kesempatan kepada pejalan kaki untuk menyeberang melalui zebra cross jika sedang lampu merah, tidak menerobos lampu merah karena itu adalah sikap tidak adil terhadap pejalan kaki.
Memperlakukan setiap orang sama dalam tindakan hukum dan sesuai UU yang berlaku ika ada pelanggaran hukum.

Masyarakat yang mampu memberikan bantuan kepada yang memang membutuhkan, karena saat ini sebagian bantuan-bantuan dari pemerintah justru tidak tepat sasaran. Dalam keamanan lingkungan kita bisa membagi jadwal ronda dengan adil kepada setiap warga di lingkungan tempat tinggal. Dan dalam kehidupan bertetangga kita saling memberikan bantuan apabila ada yang sakit, meninggal atau sedang kesusahan tanpa membeda-bedakan.

Dengan bersikap adil diterapkan dalam keseharian kita akan menjadikan rasa aman, nyaman dan ketentraman hidup berjalan dengan baik dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhannya.

Bogor, 14 Juli 2021

 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...