SEJARAH LOKAL KABUPATEN MAJALENGKA SEBAGAI BAHAN AJAR SEJARAH DI SEKOLAH

Penulis: Endin Hardianto, S.Pd.

Dibaca: 268 kali

Endin Hardianto, S.Pd.

Oleh Endin Hardianto, S.Pd.

(Guru Sejarah SMAN 1 Kadipaten dan Sekertaris MPMP Sejarah SMA Kab. Majalengka)

 

Menyambut diberlakukan secara penuh Kurikulum Prototipe di seluruh sekolah, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah SMA Kabupaten Majalengka pada hari Sabtu, 19 Maret 2022 di Aula SMAN 1 Kadipaten mengadakan kegiatan kajian tentang sejarah lokal di kabupaten Majalengka yang memungkinkan bisa dijadikan sebagai bahan ajar di sekolah. Hal itu dikarenakan pada kurikulum baru ini, pembelajaran sejarah dituntut untuk lebih menekankan pada pembelajaran kontekstual, di mana para peserta didik tidak lagi disuguhi berbagai materi yang ada di buku teks, tetapi harus mampu mengaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Sehingga pembelajaran sejarah di sekolah itu lebih bermakna.

Pembukaan kegiatan seminar oleh Abas Ali Sadikin, Pengawas Mata Pelajaran Sejarah KCD IX Dinas Pendidikan Jawa Barat

Menurut Stephanie M. Bennett dalam bukunya yang berjudul “Teachers” beliefs and implementation of historical literacy pedagogy in three Advenced Placement United States History Clasroom , seperti yang disampaikan oleh Abas Ali Sadikin pada kegiatan Seminar sejarah bahwa pembelajaran sejarah yang bermakna pada hakekatnya mengenalkan realita kehidupan masyarakat yang berada dekat dalam lingkungan tempat tinggal peserta didik. Sehingga para peserta didik tidak tercabut akar budaya dari daerah asalnya.

Untuk sejarah lokal, MGMP Sejarah SMA Kabupaten Majalengka mengkaji setidaknya ada beberapa materi sejarah yang bisa masuk dalam pembelajaran di sekolah, di antaranya:

1.     Perlawanan Bagus Rangin pada tahun 1806 – 1812

2.     Pendirian Kabupaten Maja pada tahun 1819 kemudian menjadi Kabupaten Majalengka pada tahun 1840

3.     Peranan KH Abdul Halim dalam bidang pendidikan pada masa kolonial Belanda di Majalengka

Penyampaian materi tentang Perlawanan Bagus Rangin oleh Rachmat Iskandar dan Endin Hardianto


Penyampaian materi Sejarah Kab. Majalengka oleh Nana Rohana (kang Naro)

Bagus Rangin

Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels tahun 1808-1811, ada beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh Deandels untuk mendapatkan dana yang besar, mengingat dia tidak mendapatkan bantuan dari negeri Belanda. Kebijakan tersebut, diantaranya adalah:

1.     Menerapkan aturan menyerahkan sebagian hasil bumi sebagai pajak (contingenten) dan aturan penjualan paksahasil bumi kepada pemerintah dengan harga yang telah ditatapkann (verplichte leverantie).

2.     Mengadakan kerja paksa/rodi bagi penduduk Indonesia

3.     Menjual tanah-tanah yang luas kepada pengusaha swasta Belanda dan Tiongkok.

4.     Memperluas areal penanaman tanaman kopi.

Kebijakan-kebijakan tersebut ternyata tidak segampang perintahnya, banyak penduduk pribumi yang akhirnya melakukan perlawanan, salah satu adalah Bagus Rangin.

Bagus Rangin mulai muncul di catatan Belanda pada tahun 1810, sebagai seorang pemberontak yang melakukan perlawanan terhadap kebijakan pemerintah. Bagus Rangin merupakan seorang senapati dari kerajaan Cirebon yang ditugaskan di Jatitujuh. Setelah mendapat ijin dari dari kerajaan, Bagus Rangin bergerak melawan pemerintah kolonial. Menurut Prof. Nina Lubis, seperti yang disampaikan oleh Rahmat Iskandar dalam kegiatan Seminar Sejarah, bahwa gerakan yang dipimpin oleh Bagus Rangin diarahkan untuk membela rakyat yang menderita akibat dari kebijakan Deandels. Namun sasaran pergerakannya tidak lagi merusak dan menghancurkan, tetapi dengan cara  mendirikan kerajaan sendiri, yaitu kerajaan Nagari Panca Tengah yang berpusat Bantarjati. 

Penyampaian materi Peranan KH Abdul Halim oleh Lili Solihin dan Dede Setiawan

Untuk meredakan pemberontakan yang dilakukan oleh Bagus Rangin, Pemerintah Kolonial mengerahkan pasukan dari Sumedang, Indramayu, Cianjur, bahkan dari Solo pun dikerahkan. Pertempuran antara Pasukan Bagus Rangin dengan pasukan gabungan dari Pemerintah Kolonial tersebut terjadi pada tanggal 16-29 Februari 1812. Selain dengan menggempur pasukan Bagus Rangin, Pemerintah Kolonial pun mengadakan saembara dengan hadiah 1000 ringgit bagi yang bisa membawa kepala dari Bagus Rangin.

Memasuki bulan Maret, pasukan Bagus Rangin mulai kewalahan dalam menghadapi pasukan gabungan dari pemerintah Kolonial. Pasukan Bagus Rangin terkepung di daerah Panongan dan Bagus Rangin pun akhirnya tertangkap. Untuk tempat dan waktu tertangkapnya memang masih jadi misteri, mengingat catatan dari pemerintah kolonial pun berbeda-beda. Ada yang mengatakan bulan Maret ada juga yang mengatakan bulan Juni tahun 1812. Meskipun sampai sekarang belum bisa dipastikan dimana dikuburkannya, tapi perjuangan yang dilakukan oleh Bagus Rangin merupakan peristiwa yang nyata terjadi, karena ada di catatan pemerintah kolonial. Sehingga perjuangan Bagus Rangin ini layak untuk masukan dalam materi pembelajaran sejarah di sekolah.

Sejarah Kabupaten Majalengka

Berbicara tentang sejarah kabupaten Majalengka, maka kita tidak bisa memisahkan dengan kabupaten Maja. Hal ini dikarenakan kabupaten Majalengka merupakan kelanjutan dari pemerintahan kabupaten Maja yang dipindahkan pusat pemerintahannya ke daerah Sindangkasih yang kemudian dikenal dengan nama Majalengka. Menurut Besluit (Surat Keputusan) Gubernur Jenderal Nomor 23 pada tanggal 5 Januari 1819 tentang pembentukan Kerasidenan Cirebon dan didalamnya meliputi pembentukan Keregenan (setingkat kabupaten) Maja. Pada saat itu, Keregenan Maja dipimpin oleh RT. Dendanegara.

Bila merujuk pada Besluit dari Gubernur Jenderal yang tertanggal 11 Februari 1940, Pemerintahan RT Dendanegara berakhir pada tahun 1840. Pada saat itu juga terjadi perpindahan pusat pemerintahan dari Maja ke Sindangkasih yang kemudian berganti nama menjadi Majalengka. Pejabat yang ditunjuk oleh pemerintah kolonial untuk menjadi Bupati Majalengka saat itu adalah RAA Kertadiningrat.

Catatan tentang awal mulanya pendirian kabupaten Majalengka diatas tentu harus tersampaikan kepada peserta didik di kabupaten Majalengka. Sehingga para peserta didik memiliki pengetahuan tentang daerahnya. Selain itu, menurut Nana Rohana yang disampaikan pada saat seminar sejarah, pengetahuan tentang sejarah Majalengka bisa dijadikan atat untuk memupus cerita legenda Nyi Rambut Kasih, yang sampai sekarang masih menjadi pegengan sejarah Majalengka. Sejarah tentang ini bisa dimasukan pada saat pembahasan Sistem Tanam paksa.

KH. Abdul Halim

KH Abdul Halim merupakan pahlawan nasional yang berasal dari Majalengka. Kiprahnya dalam memajukan pendidikan khususnya di Majalengka tidak bisa dibantah lagi, karena sampai saat ini, sekolah sekaligus pesantren yang didirikannya yaitu Santi Asromo masih eksis dan terus berkembang pesat. Dalam membangun Santi Asromo, ada empat aspek yang diusung oleh KH Abdul Halim, yaitu:

1.     Pembaharuan kelembagaan pondok pesantren

2.     Pembaharuan dibidang konsep pendidikan pondok pesantren

3.     Pembaharuan sistem metode pengajaran

4.     Pembaharuan kurikulum dan adminitrasi pesantren 

Menurut Dede Setiawan, apa yang dilakukan oleh KH Abdul Halim pada waktu itu merupakan sebuah anomali dari tradisi pesantren yang sudah mapan. Pada umumnya pondok pesantren yang ada waktu itu tidak terlalu memerhatikan masalah adminitrasi. KH Abdul Halim melalui Majelis Pengajaran Persjarikatan Oelama, melangkah lebih maju dengan menerbitkan sebuah buku Ketetapan Pedoman Pengajaran yang menjadi rujukan bagi proses pengajaran, kurikulum dan buku pelajaran di sekolah-sekolah di lingkungan Persjarikatan Oelama.

Selain dalam bidang pendidikan, KH Abdul Halim pun berkiprah dalam bidang ekonomi dengan mendirikan Hayatul Qulub,sebuah perkumpulan para pedagang pribumi untuk melindungi para pedagang pribumi dari persaingan dengan pedagang Tiongkok. Pada saat itu, dengan menggunakan dana dari patungan anggota yang berjumlagh 60 orang, Hayatul Qulub mampu mendirikan pabrik tenun di Majalengka. Menurut Lili Solihin, meskipun Hayatul Qulub tidak bertahan lama akibat dianggap sebagai penyebab terjadinya konflik antara pedagang pribumi dengan pedagang Tiongkok, akan tetapi kehadirannya telah membuktikan bahwa masyarakat pribumi pun mampu bersaing dengan pedagang dari luar, terutama dari Tiongkok.

Pada masa pendudukan Jepang, KH Abdul Halim diangkat menjadi anggota Cuo Sangi In (semacam dewan perwakilan) dan pada bulan Mei 1945, KH Abdul Halim diangkat menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan menduduki sebagai anggota Panitia Pembelaan Negara.

Kiprah KH Abdul Halim dibidang pendidikan, sosial, ekonomi dan politik telah mengharumkan nama Majalengka di tataran nasional, sehingga para peserta didik harus mengetahuinya dan menjadikan KH Abdul Halim sebagai tokoh panutannya. Untuk itulah, kiprah dari KH Abdul Halim harus dimasukan dalam bahan ajar sejarah di sekolah-sekolah di Kabupaten Majalengka.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...