Penulis: Endin Hardianto, S.Pd.
Endin Hardianto, S.Pd.
Oleh Endin Hardianto, S.Pd.
(Guru Sejarah SMAN 1 Kadipaten dan
Sekertaris MPMP Sejarah SMA Kab. Majalengka)
Menyambut diberlakukan secara penuh Kurikulum Prototipe di seluruh sekolah, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah SMA Kabupaten Majalengka pada hari Sabtu, 19 Maret 2022 di Aula SMAN 1 Kadipaten mengadakan kegiatan kajian tentang sejarah lokal di kabupaten Majalengka yang memungkinkan bisa dijadikan sebagai bahan ajar di sekolah. Hal itu dikarenakan pada kurikulum baru ini, pembelajaran sejarah dituntut untuk lebih menekankan pada pembelajaran kontekstual, di mana para peserta didik tidak lagi disuguhi berbagai materi yang ada di buku teks, tetapi harus mampu mengaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Sehingga pembelajaran sejarah di sekolah itu lebih bermakna.
Pembukaan kegiatan seminar oleh Abas Ali Sadikin, Pengawas Mata Pelajaran Sejarah KCD IX Dinas Pendidikan Jawa Barat
Menurut
Stephanie M. Bennett dalam bukunya yang berjudul “Teachers” beliefs and implementation of historical literacy pedagogy
in three Advenced Placement United States History Clasroom , seperti yang
disampaikan oleh Abas Ali Sadikin pada kegiatan Seminar sejarah bahwa
pembelajaran sejarah yang bermakna pada hakekatnya mengenalkan realita
kehidupan masyarakat yang berada dekat dalam lingkungan tempat tinggal peserta
didik. Sehingga para peserta didik tidak tercabut akar budaya dari daerah
asalnya.
Untuk
sejarah lokal, MGMP Sejarah SMA Kabupaten Majalengka mengkaji setidaknya ada beberapa
materi sejarah yang bisa masuk dalam pembelajaran di sekolah, di antaranya:
1.
Perlawanan Bagus Rangin pada tahun 1806 –
1812
2.
Pendirian Kabupaten Maja pada tahun 1819
kemudian menjadi Kabupaten Majalengka pada tahun 1840
3. Peranan KH Abdul Halim dalam bidang pendidikan pada masa kolonial Belanda di Majalengka
Penyampaian materi tentang Perlawanan Bagus Rangin oleh Rachmat Iskandar dan Endin Hardianto
Penyampaian materi Sejarah Kab. Majalengka oleh Nana Rohana (kang Naro)
Bagus Rangin
Pada masa
pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels tahun 1808-1811, ada beberapa kebijakan
yang dikeluarkan oleh Deandels untuk mendapatkan dana yang besar, mengingat dia
tidak mendapatkan bantuan dari negeri Belanda. Kebijakan tersebut, diantaranya
adalah:
1.
Menerapkan aturan menyerahkan sebagian
hasil bumi sebagai pajak (contingenten)
dan aturan penjualan paksahasil bumi kepada pemerintah dengan harga yang telah
ditatapkann (verplichte leverantie).
2.
Mengadakan kerja paksa/rodi bagi penduduk
Indonesia
3.
Menjual tanah-tanah yang luas kepada
pengusaha swasta Belanda dan Tiongkok.
4.
Memperluas areal penanaman tanaman kopi.
Kebijakan-kebijakan
tersebut ternyata tidak segampang perintahnya, banyak penduduk pribumi yang
akhirnya melakukan perlawanan, salah satu adalah Bagus Rangin.
Bagus
Rangin mulai muncul di catatan Belanda pada tahun 1810, sebagai seorang
pemberontak yang melakukan perlawanan terhadap kebijakan pemerintah. Bagus
Rangin merupakan seorang senapati dari kerajaan Cirebon yang ditugaskan di
Jatitujuh. Setelah mendapat ijin dari dari kerajaan, Bagus Rangin bergerak
melawan pemerintah kolonial. Menurut Prof. Nina Lubis, seperti yang disampaikan
oleh Rahmat Iskandar dalam kegiatan Seminar Sejarah, bahwa gerakan yang
dipimpin oleh Bagus Rangin diarahkan untuk membela rakyat yang menderita akibat
dari kebijakan Deandels. Namun sasaran pergerakannya tidak lagi merusak dan
menghancurkan, tetapi dengan cara mendirikan kerajaan sendiri, yaitu kerajaan Nagari
Panca Tengah yang berpusat Bantarjati.
Penyampaian materi Peranan KH Abdul Halim oleh Lili Solihin dan Dede Setiawan
Untuk
meredakan pemberontakan yang dilakukan oleh Bagus Rangin, Pemerintah Kolonial
mengerahkan pasukan dari Sumedang, Indramayu, Cianjur, bahkan dari Solo pun
dikerahkan. Pertempuran antara Pasukan Bagus Rangin dengan pasukan gabungan
dari Pemerintah Kolonial tersebut terjadi pada tanggal 16-29 Februari 1812.
Selain dengan menggempur pasukan Bagus Rangin, Pemerintah Kolonial pun
mengadakan saembara dengan hadiah 1000 ringgit bagi yang bisa membawa kepala
dari Bagus Rangin.
Memasuki
bulan Maret, pasukan Bagus Rangin mulai kewalahan dalam menghadapi pasukan
gabungan dari pemerintah Kolonial. Pasukan Bagus Rangin terkepung di daerah
Panongan dan Bagus Rangin pun akhirnya tertangkap. Untuk tempat dan waktu
tertangkapnya memang masih jadi misteri, mengingat catatan dari pemerintah
kolonial pun berbeda-beda. Ada yang mengatakan bulan Maret ada juga yang
mengatakan bulan Juni tahun 1812. Meskipun sampai sekarang belum bisa
dipastikan dimana dikuburkannya, tapi perjuangan yang dilakukan oleh Bagus
Rangin merupakan peristiwa yang nyata terjadi, karena ada di catatan pemerintah
kolonial. Sehingga perjuangan Bagus Rangin ini layak untuk masukan dalam materi
pembelajaran sejarah di sekolah.
Sejarah Kabupaten Majalengka
Berbicara
tentang sejarah kabupaten Majalengka, maka kita tidak bisa memisahkan dengan
kabupaten Maja. Hal ini dikarenakan kabupaten Majalengka merupakan kelanjutan
dari pemerintahan kabupaten Maja yang dipindahkan pusat pemerintahannya ke
daerah Sindangkasih yang kemudian dikenal dengan nama Majalengka. Menurut
Besluit (Surat Keputusan) Gubernur Jenderal Nomor 23 pada tanggal 5 Januari
1819 tentang pembentukan Kerasidenan Cirebon dan didalamnya meliputi
pembentukan Keregenan (setingkat kabupaten) Maja. Pada saat itu, Keregenan Maja
dipimpin oleh RT. Dendanegara.
Bila
merujuk pada Besluit dari Gubernur Jenderal yang tertanggal 11 Februari 1940,
Pemerintahan RT Dendanegara berakhir pada tahun 1840. Pada saat itu juga
terjadi perpindahan pusat pemerintahan dari Maja ke Sindangkasih yang kemudian
berganti nama menjadi Majalengka. Pejabat yang ditunjuk oleh pemerintah
kolonial untuk menjadi Bupati Majalengka saat itu adalah RAA Kertadiningrat.
Catatan
tentang awal mulanya pendirian kabupaten Majalengka diatas tentu harus
tersampaikan kepada peserta didik di kabupaten Majalengka. Sehingga para
peserta didik memiliki pengetahuan tentang daerahnya. Selain itu, menurut Nana
Rohana yang disampaikan pada saat seminar sejarah, pengetahuan tentang sejarah
Majalengka bisa dijadikan atat untuk memupus cerita legenda Nyi Rambut Kasih,
yang sampai sekarang masih menjadi pegengan sejarah Majalengka. Sejarah tentang
ini bisa dimasukan pada saat pembahasan Sistem Tanam paksa.
KH. Abdul Halim
KH Abdul
Halim merupakan pahlawan nasional yang berasal dari Majalengka. Kiprahnya dalam
memajukan pendidikan khususnya di Majalengka tidak bisa dibantah lagi, karena
sampai saat ini, sekolah sekaligus pesantren yang didirikannya yaitu Santi
Asromo masih eksis dan terus berkembang pesat. Dalam membangun Santi Asromo,
ada empat aspek yang diusung oleh KH Abdul Halim, yaitu:
1.
Pembaharuan kelembagaan pondok pesantren
2.
Pembaharuan dibidang konsep pendidikan
pondok pesantren
3.
Pembaharuan sistem metode pengajaran
4. Pembaharuan kurikulum dan adminitrasi pesantren
Menurut
Dede Setiawan, apa yang dilakukan oleh KH Abdul Halim pada waktu itu merupakan
sebuah anomali dari tradisi pesantren yang sudah mapan. Pada umumnya pondok
pesantren yang ada waktu itu tidak terlalu memerhatikan masalah adminitrasi. KH
Abdul Halim melalui Majelis Pengajaran Persjarikatan Oelama, melangkah lebih
maju dengan menerbitkan sebuah buku Ketetapan Pedoman Pengajaran yang menjadi
rujukan bagi proses pengajaran, kurikulum dan buku pelajaran di sekolah-sekolah
di lingkungan Persjarikatan Oelama.
Selain
dalam bidang pendidikan, KH Abdul Halim pun berkiprah dalam bidang ekonomi
dengan mendirikan Hayatul Qulub,sebuah
perkumpulan para pedagang pribumi untuk melindungi para pedagang pribumi dari
persaingan dengan pedagang Tiongkok. Pada saat itu, dengan menggunakan dana
dari patungan anggota yang berjumlagh 60 orang, Hayatul Qulub mampu mendirikan pabrik tenun di Majalengka. Menurut
Lili Solihin, meskipun Hayatul Qulub
tidak bertahan lama akibat dianggap sebagai penyebab terjadinya konflik antara
pedagang pribumi dengan pedagang Tiongkok, akan tetapi kehadirannya telah membuktikan
bahwa masyarakat pribumi pun mampu bersaing dengan pedagang dari luar, terutama
dari Tiongkok.
Pada masa
pendudukan Jepang, KH Abdul Halim diangkat menjadi anggota Cuo Sangi In
(semacam dewan perwakilan) dan pada bulan Mei 1945, KH Abdul Halim diangkat
menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
dan menduduki sebagai anggota Panitia Pembelaan Negara.
Kiprah KH
Abdul Halim dibidang pendidikan, sosial, ekonomi dan politik telah mengharumkan
nama Majalengka di tataran nasional, sehingga para peserta didik harus
mengetahuinya dan menjadikan KH Abdul Halim sebagai tokoh panutannya. Untuk
itulah, kiprah dari KH Abdul Halim harus dimasukan dalam bahan ajar sejarah di
sekolah-sekolah di Kabupaten Majalengka.