Penulis: Ferdinal
Makam Shakespeare di Trinity Church, Stratford-upon-Avon (Dokumentasi Ferdinal)
Oleh Ferdinal*
*Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas, Padang
Padang, 07/01/2023
“Apalah arti sebuah nama (What is in a name)”? Adalah kutipan
pertama yang saya tahu ketika saya dan kawan-kawan belajar tentang Shakespeare
di perguruan tinggi. Pada masa awal kuliah itu, kami yang belum banyak membaca
kehidupan Shakespeare dan karya-karyanya, diberitahu bahwa dia adalah pujangga
dan dramawan termasyur sepanjang masa.
Seiring berjalannya waktu, kami mulai membaca literatur tentang
kehidupan Shakespeare dan karya-karyanya. Dosen memberitahu kami bahwa
Shakespeare lahir 1564, di Stratford-upon-Avon dan meninggal tahun 1616 di
tempat yang sama. Selama hidupnya dia tidak pernah menerbitkan karya-karya
tetapi menampilkannya dalam teater yang dibangunnya dengan nama Teater Globe.
Apakah Shakespeare hanya sebegitu? Pertanyaan yang mulai memenuhi
fikiran kami setelah tamat. Saya sebagaimana pembaca lainnya mungkin juga
memiliki pertanyaan yang sama. Sampai saat ini, kehebatan Shakespeare tentunya
tidak hanya pada tataran karyanya yang mengagumkan dunia, terlepas dari
sejumlah kontroversi yang membalutnya.
Bagi saya, Shakespeare tidak hanya seorang seniman hebat tetapi dia
juga seorang pemberi kehidupan kepada puluhan juta orang di dunia setiap
tahunnya, mulai dari mereka yang hidup di Inggris sampai kepada mereka yang
hidup di berbagai penjuru dunia. Kelahirannya menjadi berkah bagi banyak orang.
Pertama, sepanjang karirnya, menurut sebuah sumber, Shakespeare menulis
38 drama, 2 buku puisi, 154 soneta, dan sejumlah puisi. Ketika kuliah dahulu,
kami ditawari sejumlah drama seperti Romeo and Juliet, Hamlet,dan
Macbeth untuk dibaca dan dibahas. Setelah membaca kami berdiskusi dan
akhirnya turut mengatakan bahwa karya-karya tersebut hebat karena banyak hal
termasuk tema yang diangkatnya. Apa yang kami pahami juga dipandang sama oleh
sejumlah orang. CNN Indonesia.com beberapa waktu lalu menulis, "Shakespeare
menurut saya adalah penulis yang benar-benar menjelajahi setiap bentuk emosi
dari manusia, kebaikan, kejahatan, ketamakan, semuanya," kata Dea Safira
Basori seusai acara Shakespeare in A Cup.
Dalam dunia penerbitan, karya-karya Shakespeare selalu diminati dan
dicetak ulang dalam bentuk buku konvensional maupun elektronik. Kita bisa
membaca karya-karya dia di perpustakaan atau membaca nya dalam pustaka online.
Karya-karya ini diterjemahkan ke dalam banyak bahasa di dunia, termasuk bahasa Indonesia.
Kita bisa menikmati karya-karya Shakespeare dalam banyak bahasa di dunia.
Kemudian kita juga bisa menemukan sejumlah karya sadurannya.
Dua, Shakespeare masuk dunia industri pertunjukan dan film. Karya-karya
dia, dari zaman Shakespeare sampai sekarang selalu dipentaskan. Di teater Globe
miliknya, karya-karya dia bisa dinikmati secara teratur dan terjadwal. Dia dan
karya-karyanya memberi inspirasi kepada jutaan orang di dunia untuk mencari
penghidupan. Pecinta Shakespeare bisa menikmati karya-karya dia di sejumlah
teater di sejumlah kota besar dunia. Di London, wisatawan bisa menonton
pertunjukan drama dia di teater Globe secara teratur. Sebelum pandemi Covid-19,
setiap minggu karya-karya ini dipentaskan. Sejumlah karya dia juga sudah dibuatkan
film nya termasuk “Romeo dan Juliet”, “Hamlet,” “Macbeth,” dan drama lainnya.
Di Indonesia, misalnya, dramawan Indonesia sudah mementaskan sejumlah
karya Shakespeare. Diantaranya, W S Rendra. Rendra menyadur Macbeth (mulai 1971
sampai beberapa kali pentas) dan menjadikan karya tersebut mudah dipahami.
Kepercayaan Rendra bahwa seni yang baik itu seni yang bisa dinikmati dan
dipahami oleh orang banyak juga dilakukannya terhadap karya Shakespeare.
Shakespeare adalah penulis besar dunia yang karya-karyanya bermutu. Karya-karya ini tidak hanya bermanfaat bagi
segelintir orang tetapi oleh banyak orang dari semua kalangan, masyarakat awam,
dunia akademik, dan dunia industri.
Di dunia akademik, seperti jurnal, klub, dst., Shakespeare sudah
menjadi merek tersendiri. Shakespeare dan karya-karya nya menjadi topik
penelitian dan tulisan, pada level sarjana S1, S2, dan S3. Hasil dari
penelitian ini dipublikasikan di berbagai media cetak dan elektronik, mulai
dari koran, majalah, jurnal dan buku. Ribuan sarjana lahir karena Shakespeare
dan karya-karyanya.
Drama-drama Shakespeare bisa ditemukan di toko2 buku. Sejumlah jurnal
ilmiah menjadi wadah bagi ilmuwan di seluruh dunia untuk mempublikasikan hasil
penelitian mereka, diantaranya Multicultural Shakespeare, Shakespeare,
Shakespeare Bulletin, Shakespeare Quarterly, dsb.
Tiga, dunia industri pariwisata berhutang kepada Shakespeare dan
karya-karyanya. Kehadiran dia di dunia sastra memberi inspirasi kepada banyak
pihak untuk mengolah sejumlah warisan budaya menjadi tujuan wisata. Di London
dan sekitarnya, terdapat sejumlah destinasi wisata Shakespeare, diantaranya
desa, rumah, makam, dan teater Globe.
Startford-upon-Avon menjadi tujuan wisata ribuan wisatawan setiap
harinya. Pada akhir pekan, khsususnya, wisatawan akan bertemu dengan ribuan
orang yang datang menikmati keunikan desa ini, yang menjadi terkenal karena
Shakespeare. Desa ini siap menanti tamu dengan semua fasilitasnya, termasuk
rumah kelahiran Shakespeare, rumah kerabat, sekolah Shakespeare, serta gereja
di mana dia dulunya beribadah dan dimakamkan. Peninggalan Shakespeare ini
dikelola oleh Shakespeare Birthplace Trust, sebuah organisasi nirlaba yang
merawat dan mengembangkan wisata Shakespeare.
Wisatawan yang menginap di London bisa menuju tempat ini dengan naik
mobil dari stasiun bus London. Bus mencapai desa dalam waktu lebih kurang 2.5
jam dan berhenti di halte destinasi tujuan. Mulai dari gerbang daerah yang terlihat
dari halte, wisatawan diarahkan untuk berjalan kaki menuju rumah Shakespeare.
Mereka berjalan sekitar 15 menit untuk sampai di rumah kelahiran
Shakespeare. Sebuah rumah tua yang dipertahankan keasliannya. Rumah ini salah
satu destinasi wajib bagi sebagian besar pecinta Shakespeare. Wisata sejarah
dimulai di sini. Pengunjung dipungut bayaran £18 (pada tahun 2017) untuk
mengikuti tur rumah Shakespeare ini mulai dari pintu masuk sampai kepada toko
suvenir.
Wisatawan kemudian bisa menikmati tempat-tempat lainnya yang mereka
mau. Banyak pengunjung yang selanjutnya melihat dan menikmati sebidang tanah
yang digunakan sebagai kebun bernuansa sastra. di sini, mereka mengenang
karya-karya Shakespeare yang dituliskan di berbagai tempat seperti, batu,
lantai, tempat duduk, dinding, dan bahkan pohon dan daun buatan.
Berbagai kutipan dari karya-karya Shakespeare dituliskan dengan
berbagai cara sehingga pengunjung bisa mengingat dan mengetahui karya-karya dia
tanpa harus terlebih dahulu membacanya. Pengunjung bisa menikmati taman cantik
dengan spot foto cantik.
Selanjutnya wisatawan berjalan beberapa ratus meter menuju Grammar
School, sekolah di mana Shakespeare sekolah ketika kecil. Sekolah ini memungut £5
(tahun 2017) bagi wisatawan yang ingin masuk dan melihat langsung bangku di
mana Shakespeare duduk ketika sekolah dahulu serta melihat keadaan sekolah waktu
itu. Perjalanan ke sekolah ini menyenangkan dengan berjalan beriringan dan
mengikuti jalan yang bersih dan rapi tanpa ada kendaraan.
Selanjutnya perjalanan berlanjut ke Hall’s Croft, rumah anak
Shakespeare Susanna dan suaminya Dr. John Hall. Suasana indah di sekitar dan
dalam rumah dengan sejumlah peralatan dan perabot peninggalan Dr Hall ketika
praktik dulunya. Pengunjung bisa merasakan bagaimana Dr. Hall dan Susanna
menjalani hari-harinya waktu itu.
Tujuan terakhir yang paling banyak diambil wisatawan adalah Holy
Trinity Church, gereja Stratford-upon-Avon di mana Shakespeare beribadah selama
berada di desanya dan terakhir menjadi tempat pemakamannya. Sebuah gereja tua
dengan beberapa bangunan, taman, dan pemakaman di sekitarnya. Pengunjung bisa
memasuki gereja ini jika tidak ada kegiatan keagamaan berlangsung. Dengan
membayar £3 (tahun 2017), pengunjung bisa melihat setiap ruang dan sudut
bangunan ini serta berlama lama di altar depan gereja di mana sejumlah orang
dimakamkan termasuk makam Shakespeare.