Siapa yang Menanam, Dia yang akan Menuai

Penulis: Ahmad Rusdiana

Dibaca: 71 kali

Ahmad Rusdiana

Oleh Ahmad Rusdiana

 

Malam Selasa pukul 00.45. WAG Komunitas Alumni berdering mengingatkan ternyata Mih Eha (nama samaran) mengirim pesan "Sepertinya panjenengan sering menabur benih...sekarang sudah panenkah?" entah darimana asalnya Walahu A'alam. Padahal pukul 22.44. Saya mengirim Ucapan Selamat&Sukses an. angkatan 1982, kepada teman alumni S-1 se Fakultas, kakak kelas/angkatan 1980, Prof. Dr. H. Dody S Truna, MA. yang baru menyandang Prestasi Akademik tertinggi Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Islam. Namun apapun pesan-nya yang dikirim Mih Eha tadi, memgingatkan saya pada peribahasa waktu di SD diajarkan Guru Kelas IV. “Siapa Yang Menanam, Dia Yang Akan Menuai”. Saya pikir ini juga relevan dengan ucapan selamat&sukses kami bertiga kepada Prof. Dr. Dody S. Truna MA. sebagai kakak tingkat panutan.

Peribahasa “Siapa Yang Menanam, Dia Yang Akan Menuai”  adalah pepatah lama dikenanal di Indonesia. Maksudnya, jika seseorang menanam kebaikan, maka ia akan menuai kebaikan pula. Dan sebaliknya jika seseorang menanam kejelekan, maka ia akan menuai hasil yang jelek pula.  Yang melatar belakangi pepatah ini, saya kaitkan dengan persoalan dalam pola pengasuhan dan pemberian stimulasi pada anak yang dapat mempengaruhi perilaku dan karakter yang dimiliki anak.

Memang perjalanan hidup manusia berliku-liku dan penuh tantangan juga cobaan. Begitu juga mencapai puncak karir Akademik. Kehidupan manusia dimulai dari sendiri, kemudian keluarga, kemudian masyarakat yang beragama, berbangsa, dan kemudian bernegara.  Hidup ini ibarat bercocok tanam, sementara dunia ini ibarat ladangnya. Pemilihan lahan yang tepat dan benih yang baik akan memberikan hasil tanam yang baik pula. Apa yang kita tanam pasti itulah yang akan kita tuai. Lingkungan hidup yang nyaman dan sesuai merupakan lahan yang baik untuk menanam kebaikan dan memberikan karya terbaik untuk kehidupan, sebagai bekal menghadap Tuhan Yang Maha Esa. 

Apapun yang terjadi Sang pencipta (Allah SWT.), menghedaki kita untuk memimpin diri dengan baik dan bersikap baik terhadap lingkungan sekitar. Jika manusia prustasi dan malas memimpin diri dengan baik, tentulah akibatnya ditanggung sendiri dan akan menuai keburukan dari yang ditanam tadi. Peran iman memang  sangat penting dalam meminpin diri agar menuai kebaikan bukan keburukan. Ketika seorang ayah atau ibu menginkan naknya menjadi baik, menjadi hebat dan sukses, namun dalam mengatasi persoalan keluarga dengan cara tidak baik atau tidak bijak, maka sulitlah mendapatkan yang diharapkan.

Setiap orang tua akan berbeda-beda dalam memberikan pola asuh pada anaknya.  Santrok (2002) mengajarkan bahwasanya pola asuh ada tiga jenis: 

Pertama; Pola Asuh Otoriter; Pola asuh ini menekankan aturan-aturan atau perilaku yang harus dipenuhi dan tidak boleh dipertanyakan. Adapun dampak yang diperoleh dari pola asuh ini adalah: anak tidak dapat mengambil keputusan secara mandiri, menjadikan kurang terbuka pada orang tua, pelanggar norma, dan penekanan diri akibat tidak adannya ruang diskusi antar anak dan orang tua. 

Kedua Pola Asuh Demokratis; Pola asuh ini menekankan pada individualitas atau kemandirian anak, namun tetap dalam pengawasan orang tua. Adapun polaasuh demokratis merupakan pola asuh yang relevan dalam keserasian antara kehendak orang tua dan perilaku anak. Dampak dari pola perilaku ini adalah:  anak menjadi terbuka dengan orang tua yang dapat membangun relasi antar keduanya, dan anak akan memilki inisiatif untuk bertindak pada hal apapun. 

Ketiga Pola Asuh Permisif; Pola asuh ini adalah sebuah pengasuhan tanpa adanya penerapan disiplin pada anak ataupun tanpa adanya pengawasan yangdilakukan orang tua dalam perilaku anak. Maka dari itu, akibat dari pola pengasuhan ini anakakan terbiasa menentukan kehendaknya sendiri dan menjadikan anak egois, dan tanpa arahan serta pengawasan dari orang tua akan membiasakan anakuntuk melanggar terhadap norma sosial yang berlaku. 

Kemudian, pertanyaanya "Seberapa Penting Pengaruh Lingkungan dengan Peerkembangan Moral Anak ?" Persoalan-persoalan yang terjadi sebab pola asuh dan lingkungan yang mencangkup interaksi dengan orang tua, guru, teman sebaya, dan lingkungan masyarakat sangat berpengaruh dalam proses pembentukan perilaku dan karakter anak dalam berbagai aspek kehidupan sosial (norma-norma kehidupan) dalam masyarakat. Pembinaan terhadap lingkungan dengan pola asuh yang baik atau tidak, juga akan berkaitan dengan kepribadian anak. Maka dari itu, kualitas hubungan keterkaitan anak dengan orang tua dalam awal masa kanak-kanak, sangatlah penting untuk perkembangan moral. Wallau A'lam Bisowab.

 

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendidik,  Peneliti Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, dan Pengabdi; Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 70 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Pegiat Rumah Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat.

Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui:

(1)http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators.2)https://www.google.com/search?q=buku+a.rusdiana+shopee&source(3)https://play.google.com/store/books/author?id=Prof.+DR.+H.+A.+Rusdiana,+M.M.

 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...