TANTANGAN BAGI GURU BAHASA INGGRIS DALAM MENGAJAR LISTENING COMPREHENSION PADA MASA PANDEMI COVID19

Penulis: NENENG HENDRIYANI, M.Pd.

Dibaca: 2660 kali

NENENG HENDRIYANI, M.Pd.

OLEH NENENG HENDRIYANI, M.Pd.

(Guru Bahasa Inggris di SMAN 4 Cibinong)

 

Listening comprehension adalah kegiatan awal yang dialami oleh manusia. Coba amati bayi yang baru lahir. Ia akan fokus mendengarkan suara-suara yang ada di sekitarnya. Kegiatan mendengarkan ini lah yang dikenal dengan tahap listening. Bila ia paham terhadap apa yang didengarkannya maka ia akan menunjukkan reaksinya. Reaksinya ini bisa dengan senyum, diam, atau menangis. Bila ia dapat melakukan hal ini dengan baik maka ia masuk ke tahap comprehension. Artinya, ia benar-benar memahami apa yang didengarkannya.

Apabila seseorang dilahirkan tuli maka sejak bayi ia sudah menunjukkan gejala ke arah ini. Ia tidak akan fokus mendengarkan berbagai suara atau bunyi yang ada di sekitarnya. Manik matanya tidak akan fokus melihat ibunya asyik berbicara dengannya. Ia pun tidak akan mendongakkan kepalanya saat seseorang memanggilnya. Ia akan asyik dengan dunianya sendiri.

Kemampuan listening comprehension adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia. Dengan kemampuan ini maka manusia dapat berkomunikasi satu sama lain dengan baik. Bagi mereka yang bukan penutur asli sebuah bahasa akan sangat menggantungkan kemampuan berkomunikasinya dalam bahasa target tersebut pada kemampuan dasar ini. Tak peduli apapun bahasa yang digunakan orang di sekitarnya apabila kemampuan listening comprehensionnya baik maka ia akan mudah belajar membalas ujaran-ujaran yang digunakan lawan bicaranya dengan sama baiknya.

Oleh karena itu, inilah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua orang yang sedang belajar bahasa. Terutama bahasa asing. Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang wajib dipelajari oleh anak didik baik pada tingkat sekolah menengah pertama hingga mahasiswa pascasarjana. Mengapa demikian? Karena bahasa Inggris adalah bahasa internasional. Bahasa yang digunakan sebagai bahasa utama dalam banyak sekali negara di dunia. Oleh sebab itu kemampuan listening comprehension pada mata pelajaran ini sangat diperlukan sekali. Bagaimana mungkin seseorang dapat

Berkomunikasi dengan baik bila ia tidak memiliki kemampuan listening comprehension yang baik? Maka menguasai keterampilan ini menjadi sebuah keniscayaan bagi siapa pun yang ingin menguasai bahasa asing ini.

Bagi guru bahasa Inggris mengajarkan keterampilan listening comprehension adalah sebuah keharusan. Sekalipun kemampuan bahasanya masuk ke dalam kategori pengguna bahasa pasif ia tetap harus mampu mengajarkan anak didiknya bagaimana memiliki kemampuan pada bidang ini.

Ada banyak strategi yang bisa digunakan untuk mengajarkan listening comprehension agar anak didik bisa menguasainya dengan baik dan cepat. Dari yang sederhana hingga yang kompleks.

Pada masa sebelum pandemic covid19 terjadi,strategi yang paling mudah dilakukan oleh guru adalah dengan menjadikan dirinya sendiri sebagai alat peraga. Alat peraga adalah segala sesuatu yang bergerak dan tidak bergerak yang bisa digunakan oleh guru untuk memperagakan materi yang ingin diajarkannya agar mudah dipahami oleh anak didik. Menjadikan dirinya sendiri sebagai alat peraga maksudnya adalah menjadikan diri guru bahasa Inggris tersebut sebagai alat yang dapat memperagakan materi yang diajarkan sehingga anak didiknya dapat melihat, menyimak, dan mempraktikkan apa yang disampaikan olehnya.

Dengan hanya berbekal secarik kertas untuk menutupi mulutnya guru dapat mengucapkan beberapa kalimat yang menjadi learning focus saat itu di kelas dengan pronunciation yang tepat dan suara lantang. Ia dapat berdiri di depan kelas, tengah kelas atau berkeliling kelas sambil mengucapkan kalimat-kalimat tersebut secara berulang-ulang. Kemudian anak didiknya menyimak, mencatat bagian kalimat yang dianggapnya penting baik disuruh maupun tidak disuruh olehnya. Apabila sesi ini sudah selesai barulah guru memberikan pertanyaan yang berupa leading questions untuk melatih pemahaman anak didik terhadap kalimat yang baru saja mereka dengarkan. Kegiatan ini dapat dilaksanakan paling sedikit lima belas menit.

Selain dengan teknik di atas, guru juga bisa menggunakan serangkaian gambar yang ditempel di papan tulis. Sambil bercerita dalam bahasa Inggris ia meletakkan gambar demi gambar yang dipegangnya secara berurutan hingga cerita yang disampaikannya selesai. Setelah seluruh gambar ditempel di papan tulis barulah ia memberikan pertanyaan kepada anak didiknya mengenai isi cerita yang disampaikannya secara lisan tersebut. Anak-anak didik yang fokus mendengar dan menyimaknya bercerita pasti dapat menjawab pertanyaan yang diberikannya dengan lancar dan baik. Pun, sebaliknya. Anak-anak yang kurang fokus dan masih memiliki kemampuan rendah dalam listening comprehension pasti kesulitan menjawab pertanyaan yang diberikan. Dari kegiatan sederhana ini guru bahasa Inggris dapat mengajarkan berbagai genre teks bahasa Inggris dengan mudah sambil meningkatkan kemampuan listening comprehension anak didiknya.

Apabila guru bahasa Inggris merasa kurang percaya diri dalam menjadikan dirinya sebagai alat peraga langsung di hadapan anak-anak didiknya ia bisa membawa tape recorder ke dalam kelas. Dengan sekali pencet saja maka sekelas dapat mendengarkan alunan lagu berbahasa Inggris yang menjadi media pembelajarannya. Selesai mendengarkan lagu tersebut bersama-sama barulah guru memberikan sejumlah pertanyaan yang berkaitan erat dengan lagu yang baru saja didengarkan. Ia bisa meminta anak didiknya menjelaskan pesan moral dari lagu yang didengarkan. Bahkan ia juga bisa meminta anak didik menjelaskan unsur kebahasaan apa saja yang digunakan dalam lagu tersebut.

Selain menggunakan teknik dan strategi sederhana di atas, guru bahasa Inggris juga bisa memanfaatkan laboratorium bahasa yang ada di sekolah. Di ruangan tersebut biasanya anak didik dapat belajar listening comprehension dengan lebih fokus. Hal ini dikarenakan dalam ruangan tersebut mereka difasilitasi dengan beragam sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran listening comprehension bahasa Inggris. Audio yang jernih, lantang dan bisa diatur sedemikian rupa sesuai kebutuhan membuat mereka bisa belajar dengan lebih nyaman dan aktif. Mereka dapat mendengarkan lagu, percakapan native speaker, film, announcement dan lain-lain yang diputar oleh gurunya dengan jelas melalui headset masing-masing. Setelah menyimak apa yang sudah diputar oleh guru dalam periode tertentu mereka kemudian menjawab sejumlah pertanyaan mengenai hal tersebut secara bergantian dengan cara acak atau pun berdasarkan nomor urut. Mereka bisa juga menjawabnya secara pribadi di mana hanya gurunya saja yang mendengarkan suara mereka. Sehingga mereka tidak malu bila mereka salah menjawab. Dengan begitu mereka tidak akan merasa terbebani bila belajar listening comprehension dalam bahasa Inggris di laboratorium bahasa.

Semakin sering mereka berlatih mendengarkan dan menyimak percakapan native speaker, lagu-lagu berbahasa Inggris, announcement, film, dan lain-lain di laboratorium bahasa maka semakin meningkat pula kemampuan listening comprehensionnya.

Kini, dengan jauhnya mereka dari fasilitas pembelajaran yang biasa mereka gunakan di sekolah membuat mereka dan guru harus bekerja ekstra dalam meningkatkan kemampuan dasar berbahasa Inggris ini. Ini adalah tantangan yang dihadapi oleh guru bahasa Inggris.

Guru harus memutar otaknya sedemikian rupa untuk menemukan teknik dan strategi yang tepat untuk melatih anak didiknya meningkatkan kemampuan tersebut. Ia tidak bisa menjadikan dirinya sebagai alat peraga di depan anak didiknya secara langsung. Ia hanya bisa mengandalkan apa yang ada di sekitar anak didik selama mereka berada di rumah. Sekaligus juga merancang sistem penilaian yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan belajar mengajar tersebut.

Untuk bisa menjalankan proses pembelajaran yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan listening comprehension ini mereka harus melakukan beberapa tahap agar memperoleh hasil yang maksimal.

Tahap pertama adalah melakukan diagnosis awal situasi dan kondisi lingkungan anak didik di rumah. Apa saja fasilitas yang dimiliki oleh anak didik di rumah? Apakah semuanya memiliki fasilitas yang sama? Ataukah ada beberapa anak didik yang tidak memiliki smartphone, radio, televisi? Bagaimana dengan peran dan dukungan orang tua mereka dalam pembelajaran yang akan diselenggarakan? Apakah mendukung sepenuhnya? Atau jangan-jangan acuh tak acuh. Semua hal ini harus dilakukan oleh guru bahasa Inggris dalam diagnosis awal kesiapan belajar agar tidak ada masalah di belakang hari saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

Dengan menggunakan hasil yang diperoleh pada tahap pertama ini barulah guru menentukan alat dan media pembelajaran yang akan dilakukan oleh anak didik sekelas. Harapannya adalah semua anak bisa mengikuti proses pembelajaran tersebut dengan baik dan dapat memperoleh pengalaman bermakna bagi masa depannya.

Tahap selanjutnya adalah cermat memilih bahan ajar yang akan digunakan. Bahan ajar yang digunakan hendaknya yang dapat diakses oleh semua anak didik tanpa terkecuali. Misalnya, menggunakan hot news yang disiarkan oleh televisi atau radio. Dengan memilih hot news yang sesuai dengan kompetensi dasar yang ada pada silabus pembelajaran pada tingkat yang diajar guru dapat menyajikan kegiatan pembelajaran yang bermakna selama pembelajaran jarak jauh ini.

Bisa juga dengan memanfaatkan lagu-lagu yang sedang booming saat ini. Biasanya peserta didik SMA yang masih remaja sangat menyukai musik. Dengan menyuruh mereka mendengarkan lagu-lagu berbahasa Inggris mereka akan melakukannya dengan senang hati karena mereka pasti antusias sekali. Selain lebih relaks, kegiatan mendengarkan lagu ini dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna di mana peserta didik langsung belajar mengenai bahasa target yang digunakan dalam lagu tersebut. Selain itu mereka juga dapat menganalisis unsur-unsur yang terdapat di dalam lagu tersebut dengan menyenangkan. Guru hanya perlu memilihkan lagu apa yang harus didengarkan dan memberikan instruksi pembelajaran yang jelas.

Selama pandemi ini peserta didik yang menghabiskan waktunya hampir 24 jam di rumah selalu memiliki akses terbuka dan luas untuk menonton berbagai acara di televisi. Nah, sebagai guru yang kreatif tentu saja ini bisa dijadikan peluang untuk menjadikan salah satu mata acara televisi tersebut sebagai bahan ajar. Misalnya, menonton serial drama atau film berbahasa Inggris. Guru hanya perlu menentukan film atau serial drama apa yang wajib ditonton atau disimak oleh peserta didik di rumah masing-masing. Berikan jadwal tayang dan nama stasiun televisi yang menyiarkannya. Lalu berikan instruksi yang jelas dan tepat berkaitan dengan kegiatan listening comprehension.

Dengan memberikan tugas seperti ini peserta didik dapat memperoleh manfaat yang besar dalam belajar bahasa Inggris. Mreka yang memiliki gaya belajar audio visual dapat lebih memahami apa yang dipelajarinya.

Apabila semua contoh kegiatan sederhana yang diberikan di atas masih juga belum dapat mendorong peserta didik untuk rajin dan aktif mendengarkan segala sesuatu dalam bahasa Inggris selama berada di rumah sejak Maret 2020, guru bahasa Inggris perlu kiranya membuat sebuah penelitian tindakan kelas yang dapat menemukan solusi apa dan bagaimana strategi mengajar dan meningkatkan listening comprehension peserta didik.

***

BIOGRAFI PENULIS

Neneng Hendriyani, M.Pd, guru Bahasa Inggris di SMA N 4 Cibinong dan penulis 11 judul buku ber-ISBN; SMAFOUR in students English writing (Mendongkrak Motivasi Dan Kemampuan Siswa Menulis Berbagai Teks Bahasa Inggris) (2020), Albatros (2019), Enrichment Book for XI SMK Based on Curriculum 2013 revision (2018), Antologi Bunga Rampai Goresan Pena Guru Jawa Barat (2018), Let's Learn English Together (2018), Perlukah Kita Jujur? (2018), Setangkup Rindu dari Masa Lalu (2017), Janji Firly (2017), Tips Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (2017), Bogor: Peninggalan Sejarah dari Masa Ke Masa (2017), Alih Kode dan Campur Kode: Strategi Siswa Dalam Berbicara Bahasa Inggris (2017) ini juga menulis esai, artikel dan resensi yang terbit di media massa (koran) lokal Pikiran Rakyat, Bali dan jurnal PGRI Pusat dan Balai Bahasa Banten (Kandaga). Juga menjadi pembimbing siswa dalam menulis buku. Sudah ada 13 judul buku yang dihasilkan oleh siswa binaannya. 2 buku saat masih aktif mengajar di SMK Negeri 1 Cibinong, 11 buku ditulis oleh siswa SMA Negeri 4 Cibinong.

Selain itu juga aktif mengikuti lomba penulisan puisi dengan tema yang ditentukan panitia penyelenggara untuk tingkat nasional dan internasional. Karya yang berhasil lolos seleksi panitia tingkat nasional dan internasional Senyuman Lembah Ijen (Antologi puisi Nusantara ditulis bersama penyair Asia Tenggara) 2018, antologi 50 Opini Puisi Esai Indonesia, 2018, antologi Puisi Banjarbaru's Rainy Day Literary Festival, 2018, antologi Puisi penyair Asean 2018 (Kinanti di Kampar Kiri), Antologi Puisi penyair Asean 2019 (Membaca Asap), Antologi Puisi Melawan Covid-19 Tahun 2020.

Karya Nulis Bareng yang tercatat pernah dihasilkan adalah Jangan Berhenti Mengajar (2017), Menghidupkan Ruh Dewi Sartika-Seri Puisi (2017), Menghidupkan Ruh Dewi Sartika-Seri Esai (2017), Antologi Fikmin Pelita di Mata Pelangi (2019), 1001 Membuat Guru-Siswa Suka Baca Buku (Buku 2) (2019), Untuk Anakku 2 (2019), Bertualang ke Negeri Satwa (Kumpulan Dongeng Fabel) (2020), 52 Kisah Dongeng Fabel Menginspirasi Buah Hati (2020).

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...