Penulis: NENENG HENDRIYANI, M.Pd.
NENENG HENDRIYANI, M.Pd.
OLEH
NENENG HENDRIYANI, M.Pd.
(Guru
Bahasa Inggris di SMAN 4 Cibinong)
Listening
comprehension adalah
kegiatan awal yang dialami oleh manusia. Coba amati bayi yang baru lahir. Ia akan fokus mendengarkan suara-suara
yang ada di sekitarnya. Kegiatan mendengarkan ini lah yang dikenal dengan tahap
listening. Bila ia paham terhadap apa
yang didengarkannya maka ia akan menunjukkan reaksinya. Reaksinya ini bisa
dengan senyum, diam, atau menangis. Bila ia dapat melakukan hal ini dengan baik
maka ia masuk ke tahap comprehension.
Artinya, ia benar-benar memahami apa yang didengarkannya.
Apabila seseorang dilahirkan tuli maka
sejak bayi ia sudah menunjukkan gejala ke arah ini. Ia tidak akan fokus
mendengarkan berbagai suara atau bunyi yang ada di sekitarnya. Manik matanya
tidak akan fokus melihat ibunya asyik berbicara dengannya. Ia pun tidak akan
mendongakkan kepalanya saat seseorang memanggilnya. Ia akan asyik dengan
dunianya sendiri.
Kemampuan listening comprehension adalah kemampuan dasar yang dimiliki
manusia. Dengan kemampuan ini maka manusia dapat berkomunikasi satu sama lain
dengan baik. Bagi mereka yang bukan penutur asli sebuah bahasa akan sangat
menggantungkan kemampuan berkomunikasinya dalam bahasa target tersebut pada
kemampuan dasar ini. Tak peduli apapun bahasa yang digunakan orang di sekitarnya
apabila kemampuan listening
comprehensionnya baik maka ia akan mudah belajar membalas ujaran-ujaran
yang digunakan lawan bicaranya dengan sama baiknya.
Oleh karena itu, inilah kemampuan dasar
yang harus dimiliki oleh semua orang yang sedang belajar bahasa. Terutama
bahasa asing. Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang wajib dipelajari oleh
anak didik baik pada tingkat sekolah menengah pertama hingga mahasiswa
pascasarjana. Mengapa demikian? Karena bahasa Inggris adalah bahasa
internasional. Bahasa yang digunakan sebagai bahasa utama dalam banyak sekali
negara di dunia. Oleh sebab itu kemampuan listening
comprehension pada mata pelajaran ini sangat diperlukan sekali. Bagaimana
mungkin seseorang dapat
Berkomunikasi dengan
baik bila ia tidak memiliki kemampuan listening comprehension yang
baik? Maka menguasai keterampilan ini menjadi sebuah keniscayaan bagi siapa pun yang ingin menguasai bahasa asing ini.
Bagi guru bahasa Inggris mengajarkan
keterampilan listening comprehension
adalah sebuah keharusan. Sekalipun kemampuan bahasanya masuk ke dalam kategori
pengguna bahasa pasif ia tetap harus mampu mengajarkan anak didiknya bagaimana
memiliki kemampuan pada bidang ini.
Ada banyak strategi yang bisa digunakan
untuk mengajarkan listening comprehension
agar anak didik bisa menguasainya dengan baik dan cepat. Dari yang sederhana
hingga yang kompleks.
Pada masa sebelum pandemic covid19
terjadi,strategi yang paling mudah dilakukan oleh guru adalah dengan menjadikan
dirinya sendiri sebagai alat peraga. Alat peraga adalah segala sesuatu yang
bergerak dan tidak bergerak yang bisa digunakan oleh guru untuk memperagakan
materi yang ingin diajarkannya agar mudah dipahami oleh anak didik. Menjadikan
dirinya sendiri sebagai alat peraga maksudnya adalah menjadikan diri guru
bahasa Inggris tersebut sebagai alat yang dapat memperagakan materi yang
diajarkan sehingga anak didiknya dapat melihat, menyimak, dan mempraktikkan apa
yang disampaikan olehnya.
Dengan hanya berbekal secarik kertas
untuk menutupi mulutnya guru dapat mengucapkan beberapa kalimat yang menjadi learning focus saat itu di kelas dengan pronunciation yang tepat dan suara
lantang. Ia dapat berdiri di depan kelas, tengah kelas atau berkeliling kelas sambil mengucapkan kalimat-kalimat
tersebut secara berulang-ulang. Kemudian anak didiknya menyimak, mencatat
bagian kalimat yang dianggapnya penting baik disuruh maupun tidak disuruh
olehnya. Apabila sesi ini sudah selesai barulah guru memberikan pertanyaan yang
berupa leading questions untuk melatih
pemahaman anak didik terhadap kalimat yang baru saja mereka dengarkan. Kegiatan
ini dapat dilaksanakan paling sedikit lima belas menit.
Selain dengan teknik di atas, guru juga
bisa menggunakan serangkaian gambar yang ditempel di papan tulis. Sambil bercerita
dalam bahasa Inggris ia meletakkan gambar demi gambar yang dipegangnya secara
berurutan hingga cerita yang disampaikannya selesai. Setelah seluruh gambar
ditempel di papan tulis barulah ia memberikan pertanyaan kepada anak didiknya
mengenai isi cerita yang disampaikannya secara lisan
tersebut. Anak-anak didik yang fokus mendengar dan menyimaknya bercerita pasti
dapat menjawab pertanyaan yang diberikannya dengan lancar dan baik. Pun,
sebaliknya. Anak-anak yang kurang fokus dan masih memiliki kemampuan rendah
dalam listening comprehension pasti
kesulitan menjawab pertanyaan yang diberikan. Dari kegiatan sederhana ini guru
bahasa Inggris dapat mengajarkan berbagai genre teks bahasa Inggris dengan
mudah sambil meningkatkan kemampuan listening
comprehension anak didiknya.
Apabila guru bahasa Inggris merasa
kurang percaya diri dalam menjadikan dirinya sebagai alat peraga langsung di
hadapan anak-anak didiknya ia bisa membawa tape recorder ke dalam kelas. Dengan
sekali pencet saja maka sekelas dapat mendengarkan alunan lagu berbahasa
Inggris yang menjadi media pembelajarannya. Selesai mendengarkan lagu tersebut
bersama-sama barulah guru memberikan sejumlah pertanyaan yang berkaitan erat
dengan lagu yang baru saja didengarkan. Ia bisa meminta anak didiknya
menjelaskan pesan moral dari lagu yang didengarkan. Bahkan ia juga bisa meminta
anak didik menjelaskan unsur kebahasaan apa saja yang digunakan dalam lagu
tersebut.
Selain menggunakan teknik dan strategi
sederhana di atas, guru bahasa Inggris juga bisa memanfaatkan laboratorium
bahasa yang ada di sekolah. Di ruangan tersebut biasanya anak didik dapat
belajar listening comprehension
dengan lebih fokus. Hal ini dikarenakan dalam ruangan tersebut mereka
difasilitasi dengan beragam sarana dan prasarana yang menunjang proses
pembelajaran listening comprehension
bahasa Inggris. Audio yang jernih, lantang dan bisa diatur sedemikian rupa
sesuai kebutuhan membuat mereka bisa belajar dengan lebih nyaman dan aktif.
Mereka dapat mendengarkan lagu, percakapan native
speaker, film, announcement dan
lain-lain yang diputar oleh gurunya dengan jelas melalui headset masing-masing.
Setelah menyimak apa yang sudah diputar oleh guru dalam periode tertentu mereka
kemudian menjawab sejumlah pertanyaan mengenai hal tersebut secara bergantian
dengan cara acak atau pun berdasarkan nomor urut. Mereka bisa juga menjawabnya
secara pribadi di mana hanya gurunya saja yang mendengarkan suara mereka.
Sehingga mereka tidak malu bila mereka salah menjawab. Dengan begitu mereka tidak
akan merasa terbebani bila belajar listening
comprehension dalam bahasa Inggris di laboratorium bahasa.
Semakin sering
mereka berlatih mendengarkan dan menyimak percakapan native speaker, lagu-lagu
berbahasa Inggris, announcement, film,
dan lain-lain di laboratorium bahasa
maka semakin meningkat pula kemampuan listening
comprehensionnya.
Kini, dengan jauhnya mereka dari
fasilitas pembelajaran yang biasa mereka gunakan di sekolah membuat mereka dan
guru harus bekerja ekstra dalam meningkatkan kemampuan dasar berbahasa Inggris
ini. Ini adalah tantangan yang dihadapi oleh guru bahasa Inggris.
Guru harus memutar otaknya sedemikian
rupa untuk menemukan teknik dan strategi yang tepat untuk melatih anak didiknya
meningkatkan kemampuan tersebut. Ia tidak bisa menjadikan dirinya sebagai alat
peraga di depan anak didiknya secara langsung. Ia hanya bisa mengandalkan apa
yang ada di sekitar anak didik selama mereka berada di rumah. Sekaligus juga
merancang sistem penilaian yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilan
kegiatan belajar mengajar tersebut.
Untuk bisa menjalankan proses
pembelajaran yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan listening comprehension ini mereka harus melakukan beberapa tahap
agar memperoleh hasil yang maksimal.
Tahap pertama adalah melakukan diagnosis
awal situasi dan kondisi lingkungan anak didik di rumah. Apa saja fasilitas
yang dimiliki oleh anak didik di rumah? Apakah semuanya memiliki fasilitas yang
sama? Ataukah ada beberapa anak didik yang tidak memiliki smartphone, radio, televisi? Bagaimana dengan peran dan dukungan
orang tua mereka dalam pembelajaran yang akan diselenggarakan? Apakah mendukung
sepenuhnya? Atau jangan-jangan acuh tak acuh. Semua hal ini harus dilakukan
oleh guru bahasa Inggris dalam diagnosis awal kesiapan belajar agar tidak ada
masalah di belakang hari saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Dengan menggunakan hasil yang diperoleh
pada tahap pertama ini barulah guru menentukan alat dan media pembelajaran yang
akan dilakukan oleh anak didik sekelas. Harapannya adalah semua anak bisa
mengikuti proses pembelajaran tersebut dengan baik dan dapat memperoleh
pengalaman bermakna bagi masa depannya.
Tahap selanjutnya adalah cermat memilih
bahan ajar yang akan digunakan. Bahan ajar yang digunakan hendaknya yang dapat
diakses oleh semua anak didik tanpa terkecuali. Misalnya,
menggunakan hot news yang disiarkan oleh televisi atau radio. Dengan memilih
hot news yang sesuai dengan kompetensi dasar yang ada pada silabus pembelajaran
pada tingkat yang diajar guru dapat menyajikan kegiatan pembelajaran yang
bermakna selama pembelajaran jarak jauh ini.
Bisa juga dengan memanfaatkan lagu-lagu
yang sedang booming saat ini. Biasanya peserta didik SMA yang masih remaja
sangat menyukai musik. Dengan menyuruh mereka mendengarkan lagu-lagu berbahasa
Inggris mereka akan melakukannya dengan senang hati karena mereka pasti
antusias sekali. Selain lebih relaks, kegiatan mendengarkan lagu ini dapat
memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna di mana peserta didik
langsung belajar mengenai bahasa target yang digunakan dalam lagu tersebut.
Selain itu mereka juga dapat menganalisis unsur-unsur yang terdapat di dalam
lagu tersebut dengan menyenangkan. Guru hanya perlu memilihkan lagu apa yang
harus didengarkan dan memberikan instruksi pembelajaran yang jelas.
Selama pandemi ini peserta didik yang
menghabiskan waktunya hampir 24 jam di rumah selalu memiliki akses terbuka dan
luas untuk menonton berbagai acara di televisi. Nah, sebagai guru yang kreatif
tentu saja ini bisa dijadikan peluang untuk menjadikan salah satu mata acara
televisi tersebut sebagai bahan ajar. Misalnya, menonton serial drama atau film
berbahasa Inggris. Guru hanya perlu menentukan film atau serial drama apa yang
wajib ditonton atau disimak oleh peserta didik di rumah masing-masing. Berikan
jadwal tayang dan nama stasiun televisi yang menyiarkannya. Lalu berikan
instruksi yang jelas dan tepat berkaitan dengan kegiatan listening comprehension.
Dengan memberikan tugas seperti ini
peserta didik dapat memperoleh manfaat yang besar dalam belajar bahasa Inggris.
Mreka yang memiliki gaya belajar audio visual dapat lebih memahami apa yang
dipelajarinya.
Apabila semua contoh kegiatan sederhana
yang diberikan di atas masih juga belum dapat mendorong peserta didik untuk
rajin dan aktif mendengarkan segala sesuatu dalam bahasa Inggris selama berada
di rumah sejak Maret 2020, guru bahasa Inggris perlu kiranya membuat sebuah
penelitian tindakan kelas yang dapat menemukan solusi apa dan bagaimana
strategi mengajar dan meningkatkan listening
comprehension peserta didik.
BIOGRAFI
PENULIS
Neneng Hendriyani, M.Pd, guru Bahasa
Inggris di SMA N 4 Cibinong dan penulis 11 judul buku ber-ISBN; SMAFOUR in
students English writing (Mendongkrak Motivasi Dan Kemampuan Siswa Menulis
Berbagai Teks Bahasa Inggris) (2020), Albatros (2019), Enrichment Book for XI
SMK Based on Curriculum 2013 revision (2018), Antologi Bunga Rampai Goresan
Pena Guru Jawa Barat (2018), Let's Learn English Together (2018), Perlukah Kita
Jujur? (2018), Setangkup Rindu dari Masa Lalu (2017), Janji Firly (2017), Tips
Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (2017), Bogor:
Peninggalan Sejarah dari Masa Ke Masa (2017), Alih Kode dan Campur Kode:
Strategi Siswa Dalam Berbicara Bahasa Inggris (2017) ini juga menulis esai,
artikel dan resensi yang terbit di media massa (koran) lokal Pikiran Rakyat,
Bali dan jurnal PGRI Pusat dan Balai Bahasa Banten (Kandaga). Juga menjadi
pembimbing siswa dalam menulis buku. Sudah ada 13 judul buku yang dihasilkan
oleh siswa binaannya. 2 buku saat masih aktif mengajar di SMK Negeri 1
Cibinong, 11 buku ditulis oleh siswa SMA Negeri 4 Cibinong.
Selain itu juga aktif mengikuti lomba
penulisan puisi dengan tema yang ditentukan panitia penyelenggara untuk tingkat
nasional dan internasional. Karya yang berhasil lolos seleksi panitia tingkat
nasional dan internasional Senyuman Lembah Ijen (Antologi puisi Nusantara
ditulis bersama penyair Asia Tenggara) 2018, antologi 50 Opini Puisi Esai
Indonesia, 2018, antologi Puisi Banjarbaru's Rainy Day Literary Festival, 2018,
antologi Puisi penyair Asean 2018 (Kinanti di Kampar Kiri), Antologi Puisi penyair Asean 2019 (Membaca Asap), Antologi Puisi Melawan
Covid-19 Tahun 2020.
Karya Nulis Bareng yang tercatat pernah
dihasilkan adalah Jangan Berhenti Mengajar (2017), Menghidupkan Ruh Dewi
Sartika-Seri Puisi (2017), Menghidupkan Ruh Dewi Sartika-Seri Esai (2017),
Antologi Fikmin Pelita di Mata Pelangi (2019), 1001 Membuat Guru-Siswa Suka
Baca Buku (Buku 2) (2019), Untuk Anakku 2 (2019), Bertualang ke Negeri Satwa
(Kumpulan Dongeng Fabel) (2020), 52 Kisah Dongeng Fabel Menginspirasi Buah Hati
(2020).