Penulis: A. Rusdiana
A. Rusdiana
Oleh A. Rusdiana
(Guru Besar Manajemen
Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
Era sekarang, oleh para
futurulog disebut juga era digitalisasasi ditambah dengan dampak akibat virus
corona (COVID-19), yang semakin tidak menentu, serta kapan ia akan berakhir.
Teknologi disebut sebagai produk buatan manusia telah mengalami perkembangan yang
menakjubkan. Perkembangannya melaju begitu cepat dan memiliki daya pikat
tersendiri, namun belum mampu memberikan solusi sepemuhnya yang tepat untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapi saat ini, faktanya proses pembelajaran
daring PTMT, masih menyisakan permasalahan, terutama pada tingkat mengah ke
bawah. Di tengah fenomena kondisi seperti saat ini, diperlukan kolaborasi dan
sinergi yang kuat antara pemerintah dan pelaku atau aktor pengembang.
"Kita berharap, kasus corona ini segera berakhir sehingga kita dapat
melakukan pemulihan berbagai kondisi akibat dampak virus corona itu. Saya
optimistis, sebetulnya kita mampu dan yang terpenting saat ini adalah bagaimana
bersikap dengan benar dan tidak panik". Kolaborasi dinilai mampu
mendapatkan beragam manfaat bagi para pelakunya, tak terkecuali dalam bidang
pendidikan. Pentingnya kolaborasi, komunikasi dan sinergi antara pemerintah dan
dunia pendidikan dalam menghadapi berbagai dampak akibat virus corona
(COVID-19), yang semakin tidak menentu.
Sayangnya, tak banyak yang
menyadari pentingnya kolaborasi tersebut. Beberapa orang masih bersikeras untuk
melakukan inovasi, kompetisi tanpa mempertimbangkan kolaborasi. Padahal,
melalui kolaborasi akan mendapatkan beragam manfaat yang besar, khususnya bagi
beberapa orang yang baru memulainya. (Luqito, 2020:6).
Secara epistimologi, kata
kolaborasi berasal dari bahas Inggris yaitu “co-labour” yang artinya bekerja
bersama. Pada abad ke-19 kata kolaborasi mulai digunakan ketika industrialisasi
mulai berkembang. Organisasi pada masa itu menjadi semakin kompleks.
Divisi-divisi dalam pembuatan struktur organisasi mulai dibuat untuk pembagian
tugas bagi tenaga kerja dalam organisasi tersebut. Kompleksitas organisasi
menjadi titik awal sering digunakannya kolaborasi dalam berbagai organisasi
(Wanna, 2008: 3).
Secara filosofis, kolaborasi
merupakan upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk mencapai tujuan yang
sama. Menurut Schrage dalam Harley dan Bisman, (2010:18), kolaborasi merupakan
upaya penyatuan berbagai pihak untuk mencapai tujuan yang sama. Kolaborasi
membutuhkan berbagai macam aktor-baik individu maupun organisasi yang
bahu-membahu mengerjakan tugas demi tercapainya tujuan bersama.
Collaborative governance
(tatakelola kolaborasi), dapat mengambarkan keadaan saling ketergantungan antar
aktor. Keinginan melakukan collaborative governance muncul karena para aktor
menyadari adanya keterbatasan yang mereka miliki. Kemudian, aktor tersebut
perlu menyatakan keinginan dan kesedian mereka untuk menjalin hubungan yang
lebih erat dengan aktor lain. Tiap aktor yang terlibat perlu mengakui
legitimasi yang dimiliki oleh aktor lain. Setelah para aktor berkomitmen untuk
berkolaborasi, maka perlu dibangun rasa kepemilikan bersama kepada terhadap
setiap proses kolaborasi (Ansell, 2014: 178).
Berdasarkan pendapat berbagai
ahli dapat disimpulkan bahwa Collaborative Governance merupakan proses
dari struktur jejaring multi-organisasi lintas sektoral (government, private
sector, civil society) yang membuat kesepakatan bersama, keputusan bersama,
pencapaian konsensus melalui interaksi formal maupun informa. Pembuatan dan
pengembangan norma-norma dalam interaksi yang bersifat saling menguntungkan
dalam mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu, di dalam kolaborasi interaksi
yang muncul bersifat egaliter yaitu seluruh aktor mempunyai kedudukan yang
sama.
Beberapa ilmuan menggambarkan
proses kolaborasi sebagai sebuah tahapan linier yang terjadi dari waktu ke
waktu. Dimulai dari pendefinisian masalah menuju setting agenda hingga
implementasi. Berlawanan dengan Ansell dan Gash (2008) serta Thomson dan Perry
(2006), Emerson (2013) melihat dinamika proses kolaborasi sebagai siklus interaksi yang oriteratif.
Emerson fokus pada tiga komponen interaksi dari dinamika kolaborasi; principled
engagement; shared motivation, dan capacity for joint action.
Ketiga komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut:
Pertama: principled
engagement (Penggerakan prinsip bersama); Dari komponen penggerakan
bersama yang terdiri dari tujuan bersama dan pengambilan keputusan, terdapat
kepentingan yang berbeda-beda namun semua stakeholders memiliki tujuan yang
sama, yakni peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat.
Selain itu, pengambilan keputusan dilakukan melalui proses diskusi yang
dihadiri oleh semua stakeholders sebagai pertimbangan pengambil keputusan
sesuai dengan asas demokrasi.
Kedua: shared motivation
(motivasi bersama); Dari komponen
motivasi bersama yang terdiri kepercayaan, komitmen, legitimasi dan pemahaman
bersama sudah terbentuk dengan baik. Kepercayaan antaraktor sudah terbentuk,
pengakuan antar aktor juga telah
terbentuk. Hal tersebut melahirkan pemahaman bersama yang membuat komitmen antar stakeholder
menjadi semakin kuat.
Ketiga: capacity for
joint action (kapasitas untuk melakukan tindakan bersama); Dari
komponen kapasitas dalam melakukan tindakan kolaborasi yang terdiri dari
prosedur dan kesepakatan bersama, kepemimpinan, pengetahuan dan sumber daya
sudah terpenuhi. Tindakan-tindakan dalam kolaborasi tersebut sudah sesuai dengan
kapasitas masing-masing stakeholder. Tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah adalah memfasilitasi dan mengedukasi serta mendampingi.
Wllahu A’lam Bishowab.
POROFIL PENULIS
Prof. Dr. H. A. Rusdiana, MM.,
Guru Besar Bidang Manajemen Pendidikan. UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Alamat
Kompleks Perguris Al-Mishbah RT. 01 RW. 11 Kelurahan Cipadung Cibiru Kota
Bandung. Pendiri dan Pembina Yayasan
Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengembangkan pendidikan
Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa,
melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang
didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri/Ketua Yayasan,
kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya
tidak kurang dari 50 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina
dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C
Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kec. Panawangan Kab. Ciamis.