Penulis: ALYA CYINTIA DEWI
Universitas Andalas
Oleh ALYA
CYINTIA DEWI
(FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ibukota
Provinsi Sumatera Barat yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera adalah
Kota Padang. Peraturan Perundang-undangan (PP) No. 17 Tahun 1980 menyebutkan
Kota Padang memiliki luas wilayah 694,93 KM2 (BPS 2018). Kota Padang memiliki
beberapa keunggulan, diantaranya tempat wisata yang indah dan menarik. Selain
restoran yang menyajikan aneka masakan, banyak juga toko oleh-oleh Padang juga
menjual mainan dan aneka keripik khas dari Padang dan lainnya. Untuk
mengapresiasi kemegahan wisata, kuliner, dan aneka keripik di kota ini,
banyaknya pengunjung dari berbagai provinsi bahkan juga dari negara lain yang
berwisata ke Padang.
Wisatawan
tertarik ke kota Padang karena daya pikatnya dalam hal wisata, kuliner, dan
belanja. Selain itu, pendidikan merupakan komponen terpenting dalam pertumbuhan
pemerintahan kota. Kota Padang memiliki 55 PTN/PTS yang beroperasi saat ini.
Kopertis dan Kemenristekdikti tahun 2017. Tahun demi tahun, semakin banyak
mahasiswa yang mendaftar ke Perguruan Tinggi Negeri/Perguruan Tinggi Swasta di
Kota Padang. Banyak orang datang dari provinsi lain maupun Sumatera Barat untuk
melanjutkan studi lebih lanjut, bahkan ada yang dari luar negeri. Perguruan
Tinggi Negeri yang ada pertama di Sumatera adalah Universitas Andalas, dimana
kampus favorit yang banyak diminati mahasiswa.
Setelah
Universitas Hasanuddin, Universitas Andalas merupakan perguruan tinggi kedua
tertinggi di luar Jawa yang memperoleh peringkat A (Ristekdikti, 2018).
Universitas Andalas kini menduduki peringkat 10 di antara perguruan tinggi
Indonesia. Lebih dari 5.000 mahasiswa baru diterima setiap tahunnya oleh
Universitas Andalas (pmb.unand.ac.id). Jumlah mahasiswa yang mendaftar di
Universitas Andalas meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Mayoritas
yang diterima di Universitas Andalas berasal dari lokasi di luar Padang.
Pada
umumnya mahasiswa yang diterima dari luar kota Padang yang mendaftar di
Universitas Andalas memilih untuk bertempat tinggal atau menetap di dekat
kampus universitas tersebut selama masa studinya, baik dengan menyewa rumah
atau kos. Kos adalah jasa yang memberikan kamar atau lokasi tempat tinggal
dengan sejumlah uang tertentu untuk jangka waktu tertentu (umur pembayaran per
bulan atau per tahun). Banyak faktor yang harus diperhitungkan saat memilih
rumah kos. Karena mereka tidak hanya hidup per hari atau berbulan-bulan, atau
bahkan per tahun. Namun mereka akan hidup lama di tempat itu Selma masa
studinya. Hal itu tentu akan berdampak pada orang tersebut selama mereka
menumpang di sana, baik secara langsung maupun tidak langsung. Baik itu setting
fisik rumah kos atau keadaan sosial setempat
Terkait
Individu Tidak Nyaman Tinggal Di Sumatera Barat ini dikarenakan beberapa faktor
tertentu. Dimana individu yang dari luar Sumbar kuliah di padang mereka merasa
tidak nyaman dengan bahasa, perilaku, dan kebiasaan yang ada di Sumatera Barat
ini. Topik ini sangat menarik dan penting dibahas karena kita sebagai orang
asli Sumatera Barat harus tahu tentang kenyamanan orang luar yang tinggal di
daerah kita sendiri. Mereka nyaman atau tidak jika tinggal di daerah ini agar
kita dapat membangun dan membuat daerah ini dapat disukai dengan orang luar
Sumbar.
Dapat kita
lihat di Sumatera Barat ini memiliki banyak tempat wisata, beragama makanan dan
juga masakan yang sangat enak. Namun, sebaliknya banyak para mahasiswa yang
kuliah di Sumatera Barat terkhusus di Kota Padang ini merasa tidak nyaman.
Individu merasa tidak nyaman tinggal di Sumbar dengan berbagai hal. Seperti
bahasa yang sulit dipahami di Sumbar ini, dan bisa juga dengan perilaku yang
mereka tidak sukai dari masyarakat Sumbar ini.
Kebudayaan
dan manusia itu tidak dipisahkan karena manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan
yang tidak akan pernah puas dengan apa yang ia miliki. Manusia harus dapat
mengembangkan kebudayaan itu agar kebudayaan dapat diwariskan kepada
keturunannya. Apalagi di Indonesia ini memiliki berbagai suku bangsa dan pasti
akan banyak kebudayaan yang mereka milik masing-masing suku bangsa tersebut.
Salah satu
kebudayaan yang mempunyai keunikan tersendiri dari budayanya adalah budaya
Minangkabau. Kebudayaan Minangkabau adalah suatu budaya yang ada di Sumatera
Barat dan didalamnya ada orang berkebudayaan Minangkabau, berbahasa Minangkabau
dan beradat Minangkabau. Sumatera Barat merupakan suatu daerah yang memiliki
banyak warisan budaya dari masa peninggalan kolonial, pra sejarah, klasik dan
tradisional.
Hal inilah
yang menyebabkan banyaknya para pendatang atau orang merantau yang tidak nyaman
tinggal di Sumbar ini. Karena mereka sulit beradaptasi dengan bahasa yang ada
di Sumatera Barat ini, bahkan dengan kebiasaan yang mungkin individu merasa itu
hal yang aneh bahkan jika berkomunikasi tidak menggunakan bahasa Minang maka
bakalan ditipu. Masyarakat Sumatera Barat ini juga terkenal dengan keramahan
dan memiliki adat sopan santun. Bahkan banyak para pendatang atau orang
merantau yang ingin berbahasa Minang mereka membantu untuk mengajari bahasa
Minang tersebut dengan senang hati.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut
1. untuk menemukan pemecahan masalah dan
solusi dari semua permasalahan yang ada, yaitu dengan masalah mengatasi orang
yang tidak nyaman tinggal di Sumatera Barat.
2. Untuk mengetahui fenomena terkait orang
yang luar Sumbar tidak nyaman tinggal di Sumatera Barat.
3. Untuk mengetahui penyebab individu
tersebut ingin pulang dari Sumatera Barat.
4. Untuk mengetahui pengalaman rasanya
tinggal di Sumatera Barat.
1.3 Pengumpulan Data
Penelitian
menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan cara
wawancara dan observasi.
A. Wawancara
Wawancara
adalah suatu proses dimana ada interaksi dan komunikasi yang di alami oleh
peneliti dalam pengumpulan data. Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan
data yang relevan untuk mengumpulkan data atau informasi. Dengan wawancara kita
mendapatkan informasi lebih dalam dan langsung bertanya dengan informan
(Sukendar Haris, 2002). Penulis melakukan wawancara dengan salah satu mahasiswi
yang kuliah di Unand dengan Fakultas MIPA nama samarannya adalah mawar umur 20
tahun. Data yang di dapat akan membantu melengkapi data mengenai Terkait
Individu Tidak Nyaman Tinggal Di Sumbar.
B. Observasi
Observasi
adalah teknik dalam pengumpulan data dengan cara mengamati atau melakukan
pengamatan di lapangan dan akan menghasilkan gambaran mengenai objek yang
menjadi fokus kajian penelitian kita (Sukendar Haris, 2002). Observasi
dilakukan dengan pengamatan langsung ke lapangan atau wilayah penelitian yaitu
kota Padang, di jalan koto tuo RT.1/RW.4, Kelurahan Kepala Koto, Pauh.
Penelitian ini langsung dilakukan mendatangi kos dan ikut keseharian informan
selama 2 hari pada hari Sabtu dan Minggu.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015), mengatakan bahwa mahasiswa merupakan
seorang pelajar yang sedang berada di jenjang paling atas atau di perguruan
tinggi. Dimana di dalam perguruan tinggi ini ada mahasiswa yang perantau dan mahasiswa lokal. Mahasiswa
perantauan merupakan individu dimana mereka tinggal di daerah lain dengan
tujuan untuk mendapatkan ilmu di perguruan tinggi dan adanya kesiapan diri
dalam mencapai kemampuan (keahlian) di perguruan tinggi demi mendapatkan gelar,
gelar sarjana atau pascasarjana, atau tingkat spesialisasi yang lebih tinggi
(KBBI,2015). Menurut Chandra (dalam Widya, 2012) mengatakan adanya alasan utama
bagi individu perantau adalah untuk menggapai impian dan dapat meraih
kesuksesan dengan keberanian yang dimiliki yang bertujuan agar dapat memiliki
percaya diri yang lebih dan bisa mandiri.
Menurut
Santrock (2002), mengatakan mahasiswa yang memiliki keinginan mencari ilmu di
daerah lain pada dasarnya mereka ingin meraih kesuksesan dengan kualitas
pendidikan yang jauh lebih baik. Hal ini telah tertanam pada masyarakat
Indonesia bahwa orang yang merantau akan menjadi orang yang lebih sukses jika
mereka pulang ke daerah asalnya (Widya,2012). Mahasiswa yang memilih untuk
merantau itu pilihan bagi seorang individu agar mereka dapat membuktikan bahwa
dirinya mampu hidup mandiri dan bisa bertanggung jawab untuk dirinya dan dalam
membuat suatu keputusan. Masyarakat Indonesia menganggap bahwa anak yang
mencari pendidikan dan hingga merantau dari kota tempat tinggalnya akan
menggapai kesuksesannya, terlebih jika individu tersebut merantau ke daerah
pulau Jawa. Namun, banyaknya masyarakat Indonesia sendiri itu mereka tidak
memahami kesiapan yang dialami oleh setiap individu yang berada di lingkungan
dan suasana yang baru dan juga jauh dari keluarga (Wijanarko, 2013).
Menurut
penelitian Mitasari dari tahun 2017, mahasiswa tahun pertama sering mengalami
culture shock, yang berujung pada perasaan tidak nyaman dan, pada akhirnya,
frustrasi dan stres bagi individu tersebut. Menurut data yang dihimpun
Mitasari, lebih dari 50% siswa mengalami ketegangan saat memasuki tempat yang
berbeda dengan budaya asalnya, merasa asing dan sendirian di lingkungan baru,
merasa tidak dihargai oleh orang lain di lingkungan tersebut, menjadi lebih
tersinggung jika ada yang menyinggung. budaya mereka, terus-menerus menangis
atau sedih karena terpisah dari keluarga, ingin pulang dan melihat keluarga dan
teman-teman mereka di sana, dan merasa tidak diterima oleh orang lain.
Berdasarkan
temuan penelitian Niam tahun 2009, respon psikologis mahasiswa perantau yang
harus tinggal jauh dari keluarga meliputi perasaan sedih, rindu keluarga, tidak
nyaman dan rumah, kesepian, sulit menyesuaikan diri, sulit belajar di
perkuliahan, sulit menyesuaikan diri dengan hal baru. lingkungan, dan masalah
keuangan.
Ada
beberapa para ahli yang menyebutkan pengertian dari individu.
1. Martin Luther berpendapat bahwa gagasan
tentang individu, atau manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu ini makhluk
ciptaan Tuhan yang dalam dirinya memiliki kelengkapan hidup yang terdiri raga,
rasa, rasio dan rukun.
2. Soediman kartohadiprodjo berpendapat
bahwa individu merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki kelengkapan hidup
yang meliputi raga, ras, dan rukun. Individu sebagai satuan terkecil pembentuk
masyarakat.
Dari hasil
wawancara saya dengan salah satu informan yang kuliah di universitas Andalas,
ia adalah mawar asal Sumatera Utara, umur 20 tahun.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian hal inilah yang menyebabkan banyaknya para pendatang atau
orang merantau yang tidak nyaman tinggal di Sumbar ini. Karena mereka sulit
beradaptasi dengan bahasa yang ada di Sumatera Barat ini, bahkan dengan
kebiasaan yang mungkin individu merasa itu hal yang aneh bahkan jika
berkomunikasi tidak menggunakan bahasa Minang maka bakalan ditipu. Masyarakat
Sumatera Barat ini juga terkenal dengan keramahan dan memiliki adat sopan
santun. Bahkan banyak para pendatang atau orang merantau yang ingin berbahasa
Minang mereka membantu untuk mengajari bahasa Minang tersebut dengan senang
hati.
Dan terkhusus
untuk mahasiswa yang sedang kuliah yang ingin pulang dari Sumbar adalah mereka
ingin ketemu dengan kedua orang tuanya dan segala yang berkaitan dengan
keluarga. Oleh karena itu, kita sebagai orang yang asli penduduk Sumbar harus
membuat orang pendatang atau perantau baik itu mahasiswa maupun pengunjung
perlu kita sambut dengan sopan santun dan lebih menggunakan bahasa pemersatu
yaitu bahasa Indonesia agar kita sesama dapat menjalin komunikasi yang lebih
baik lagi.
SARAN
Berdasarkan
hasil penelitian ini mengenai individu yang tidak nyaman tinggal di Sumbar
perlu adanya metode penelitian yang lebih lanjut lagi agar dapat mengoptimalkan
mahasiswa-mahasiswi atau penunjang yang
bisa nyaman tinggal di Sumbar. Dengan adanya penelitian ini masyarakat Sumbar dapat
memikirkan dan membantu mahasiswa perantau agar dapat nyaman tinggal di Sumbar.
Penelitian ini perlu disempurnakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
Sumbar mengenai individu yang tidak
nyaman tinggal di Sumbar.
Daftar
Pustaka
Audrey R.
Kahin, (2005), Dari pemberontakan ke integrasi: Sumatera Barat dan politik
Indonesia, 1926-1998, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-519-6
Arieany
Widya dan Tarmizi Achmad. 2012:Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance
terhadap Financial Distress”. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 1, No. 1
Tahun 2012, pp 1-14.
Bagus,
Lorens. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Hal 19. ISBN
979-655-147-0, 9789796551477.
Colombijn,
Freek (2006). Paco-Paco (Kota) Padang: Sejarah Sebuah Kota di Indonesia pada
Abad ke-20 dan Penggunaan Ruang Kota. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Depdiknas
RI. (2015). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.
Mitasari,
L.S. 2017. Peran Kegiatan Literasi Dalam Meningkatkan Minat Membaca Dan Menulis
Siswa. Surakarta:3
Niam, E.
K. (2009). Koping Terhadap Stres Pada Mahasiswa Luar Jawa Yang Mengalami
Culture Shock Di Universitas Muhammadiyah : Surakarta. Jurnal Ilmiah Berkala
Psikologi, 11 (1), 69-77.
Rusli
Amran, (1981), Sumatera Barat hingga Plakat Panjang, Jakarta: Sinar Harapan.
Santrock.
J. W. (2002). Adolescence: Perkembangan Remaja.(edisi keenam) Jakarta:
Erlangga.
Widyasaputri,
Erlindasari 2012. Analisis Mekanisme Corporate Governance Pada Perusahaan Yang
Mengalami Financial Distress. Accounting Analysis Journal. Vol. 1 No. 2.
Wijanarko,
Jarot & Setiawati, Ester. 2016. “Ayah Ibu Baik Parenting Era Digital”.
Tangsel: Keluarga Indonesia Bahagia.