Penulis: A. Rusdiana
A. Rusdiana
Oleh A. Rusdiana
Banyak orang yang baik telah
wafat, kemudian kita kenang dengan berbagai sifat yang mulia. Salah satu
diantaranya adalah sifat ikhlasnya. Keikhlasannya menjadi karakter yang melekat
dalam pribadinya saat berjuang, berkorban, demi agama, bangsa dan negara.
Berkaitan dengan keikhlasan, Yunahar Ilyas dalam bukunya Kuliah Akhlak
menjelaskan tentang makna Ikhlas dan apa saja yang kriteria keikhlasan itu.
Secara bahasa akar atas dari iklah
adalah khalasa dengan makna bersih, jernih, tidak bercampur. Secara
istilah berarti beramal/bekerja semata-mata mengharap ridha Allah SWT. Ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih. Namun
persoalan ikhlas itu tidak ditentukan oleh ada atau tidak adanya imbalan
materi, tetapi ditentukan tiga faktor yakni:
Pertama Niat yang Ikhlas; Dalam Islam faktor niat sangat penting.
Apa saja yang yang dilakukan oleh seorang muslim haruslah berdasarkan niat
mencari ridha Allah SWT. innamal a’malu binniyat (Sesungguhnya segala
amal perbuatan bergantung kepada niat).
Niat ikhlas dan usaha yang
sebaik-baiknya adalah syarat terpenuhinya kriteria ikhlas. Pekerjaan sukarela
bisa saja bernilai tidak ikhlas bila dilakukan dengan serampangan. Sebaliknya
profesi yang mendatangkan upah, bisa saja bernilai ikhlas apabila dilakukan
dengan niat ikhlas dan usaha yang sungguh-sungguh.
Bagaimana dengan orang yang
bekerja dan mendapatkan upah, seperti guru, dokter, dosen, apakah mereka tidak
ikhlas? Takmir masjid dan pengurus ormas yang menjalankan tugasnya tanpa
mendapat upah apakah otomatis ikhlas? Upah tidak ada kaitannya dengan
keikhlasan. Ikhlas atau tidak seseorang tergantung pada niat dan kualitas
usahanya.
Kedua Beramal/bekerja dengan
sebaik–baiknya; Seseorang
yang mengaku ihklas melakukan sesuatu harus membuktikannya dengan menjalankan
perbuatan itu dengan sebaik baiknya tidak boleh sembarangan. Amal tidak ada
kaitannya dengan honor atau imbalan sehingga salah bila ada yang memahami bahwa
apabila bekerja tanpa mendapatkan honor maka dapat bekerja sesuka hati tanpa
memperhatikan kualitas kerja.
Ikhlas berarti beramal,
beraktifitas, dan beribadah semata-mata hanya mengharap ridha Allah semata.
Karena ikhlas berarti bekerja untuk Allah, maka sudah barang tentu setiap
pekerjaan ia laksanakan dengan sebaik-baiknya, dengan etos kerja yang tinggi.
Apabila mendapat upah dari hasil kerja, maka ia belanjakan kepada yang halal
dan dengan cara yang halal pula. Apakah mungkin orang yang beramal dengan
ikhlas melaksanakan amalnya itu dengan asal-asalan? Jawabannya adalah tidak
mungkin, karena lillah sama sekali bertentangan dengan asal-asalan.
Bekerja dengan etos kerja
rendah hanya mungkin terjadi bila ia melakukan pekerjaannya itu dengan maksud
yang fana, bila ia bekerja dengan maksud selain kepada Allah. Kepada ketua
panitia kerja bakti misalnya, ia bekerja giat apabila dilihat saja.
Sedangkan ikhlas adalah bekerja
untuk Allah. Karena sadar Allah maha melihat, maka ia tidak tidak membutuhkan
perhatian manusia manapun. Karena tahu Allah maha hidup, tentu Allah akan
selalu ada, berbeda dengan makhluk yang memiliki batas waktu di dunia. “Sesungguhnya
Allah SWT menyukai, bila seseorang beramal, dia melakukan dengan
sebaik-baiknya..” (HR Baihaqi).
Ketiga Pemanfaat hasil usaha
dengan sebaik–baiknya; Seorang
muslim yang telah menjalani dua unsur keikhlasan di atas yang pertama diawali
dengan niat dan diteruskan oleh usaha maka ia akan mendapatkan hasil dari dua
unsur tersebut maka harus dimanfaatkan dengan sebaik–baiknya dalam usaha yang
lain, Seorang pedagang yang mendapat untung dari hasil jual belinya haruslah
dibelanjakan kepada yang halal, dengan cara yang halal pula. Bila itu seorang
pelajar, maka ilmunya itu ia manfaatkan bukan hanya untuk keuntungan diri
sendiri, tapi juga memberi manfaat pada sesama. Serta ilmu yang didapatkan
harus diamalkan dengan ikhlas.
Kebalikan dari ikhlas adalah
riya. Riya dalam bahasa Arab berasal dari kata ???
– ??? yang
berarti melihat. Sehingga Riya memiliki arti beramal karena ingin dilihat oleh
orang lain. Beramal karena ingin mendapat pujian, harta, jabatan, popularitas
dan segala hal selain kepada Allah. Riya menjadikan amal ibadah kehilangan
nilai pahalanya di sisi Allah. Seperti tanah di atas batu yang sirna tersapu
hujan. Hilang tidak membekas. Berlelah-lelah beribadah ternyata tidak ditemukan
hasilnya saat hari perhitungan. Sedangkan ikhlas bagaikan kebun subur di
dataran tinggi. Apabila hujan lebat, maka bertambah subur tanamannya. Walaupun
hujan hanya sekedar gerimis saja, maka itu pun sudah mencukupi kebutuhan
tanaman untuk tumbuh dengan optimal.
Walaupun riya dapat
menghilangkan nilai pahala dari amal yang dikerjakan, namun bukan berarti
karena takut riya maka amal ibadah itu lebih baik tidak dilakukan saja.
Kuncinya adalah kebiasaan. Bila sudah terbiasa melakukan suatu ibadah, maka
perasaan riya itu pun akan terus terkikis hingga tidak tersisa lagi.
Hanya dengan keikhlasanlah
semua amal ibadah akan diterima oleh Allah SWT. Seorang mukhlish tidak akan
pernah sombong kalau berhasil, tidak putus asa kalau gagal. Orang yang ikhlas
akan selalu bersemangat dalam beramal. Pujian tidak membuat dia terbuai dan
cacian tidak membuat dia mundur. Yang dicarinya hanyalah ridha Allah semata.
Tapi seseorang yang tidak ikhlas akan cepat terbuai dan lupa diri bila
mendapatkan pujian dan cepat berputus asa dalam menghadapi segala rintangan
dalam perjuangan.
Wallahu A'alam Bishowab
Penulis:
Ahmad Rusdiana, Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati
Bandung. Peneliti Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) sejak tahun
2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan
Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan
MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan
Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun
1994 dan sekaligus sebagai Pendiri Yayasan, kegiatannya pembinaan dan
pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50
mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Rumah Baca
Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan.
Panawangan Kabupaten. Ciamis Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di
akses melalui: (1) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2) https://www.google.com/search?q=buku+a.rusdiana
+shopee&source (3) https://play.google.com/store/books/author?id=Prof.+DR.+H.+A.+Rusdiana,+M.M