Penulis: Undang Iman Santosa
Undang Iman Santosa
Oleh
Undang Iman Santosa
(Pendidik
di SMKN PP CIANJUR)
Menurut Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam penjelasan Pasal 15, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang menyiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu. Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010 Pasal 76 Ayat 26 juga menjelaskan bahwa pendidikan menengah kejuruan bertujuan membekali peserta didik dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Namun demikian, kebijakan tersebut ternyata belum sepenuhnya tercapai karena keterserapan lulusan sekolah menengah kejuruan masih rendah.
Kesiapan kerja merupakan keadaan seseorang mencakup kematangan fisik, mental dan pemgalaman ditandai dengan adanya kemampuan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan dalam pekerjaan. Peserta didik jika mempunyai kesiapan kerja mampu terserap dalam dunia kerja dan memiliki motivasi kerja yang baik. Betapa pentingnya kondisi kesiapan kerja yang mampu mempengaruhi motivasi kerja dalam dunia industri yang tentunya membantu perusahaan tempatnya bekerja maju dengan prestasi yang ditunjukan oleh peserta didik lulusan SMK.
Setiap peserta didik yang bersekolah di SMK memiliki kesiapan kerja yang berbeda – beda sesuai dengan kondisinya. Karena itu, penting untuk mengetahui kondisi kesiapan kerja peserta didik agar peserta didik setelah lulus nanti dapat terserap dalam dunia kerja. Menyadari pentingnya kesiapan kerja peserta didik SMK guna tercapainya tujuan sekolah menengah kejuruan, maka sekolah perlu mengidentfikasi dan mengkaji faktor - faktor pendukung dan penghambat dan memberikan solusi terbaik untuk meningkatkan kesiapan lulusannya memasuki dunia kerja.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kesiapan kerja menurut Ketut (1997) dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu faktor fisiologis, faktor psikologis dan Selanjutnya,
Dirwanto (2008) mengklasifikasikan faktor-faktor kesiapan kerja peserta didik
sekolah menengah kejuruan ke dalam tujuh kelompok yaitufaktor kemampuan, faktor
citra diri, faktor pendukung, faktor akademis, faktor bawaan, faktor perilaku
serta faktor cita-cita.
Selain
faktor-faktor tersebut, terdapat beberapa kondisi khusus yang telah dibuktikan
mempengaruhi kesiapan kerja peserta didik di sekolah menengah kejuruan.
Berdasarkan penelitian, praktek kerja industri terbukti memiliki pengaruh
positif terhadap kesiapan kerja peserta didik (Firdaus, 2012; Mipalas &
Taman, 2012; Muyasaroh, 2013). Pengembangan unit produksi di sekolah juga
mempengaruhi secara positif dan signifikan kesiapan kerja peserta didik
(Firdaus, 2012; Zainudin, 2012). Selain itu, Sutopo juga menemukan bahwa unit
produksi dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik (2012).
Bimbingan karir dan pengetahuan tentang dunia kerja ternyata berpengaruh
positif terhadap kesiapan kerja peserta didik (Arwana, 2012; Nurhaniah, 2013).
Keterserapan lulusan di pasar tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh tingkat
kesiapan lulusan itu sendiri sehingga salah satu cara untuk meningkatkan
keterserapan kerja adalah meningkatkan kesiapan kerja lulusan tersebut.
Upaya-upaya sekolah untuk
meningkatkan kesiapan kerja lulusan SMK
Ada beberapa upaya yang telah dilakukan sekolah dalam rangka mencetak calon tenaga kerja yang unggul dan siap secara fisik, mental serta kompetensi. Ketiga unsur tersebut dapat terpenuhi melalui kegiatan-kegiatan seperti: (a) kegiatan pembelajaran, (b) on the job training (OJT), (c) kegiatan piket di lingkungan sekolah, (d) kunjungan industri serta (e) pemberian motivasi dan bimbingan karir. Beberapa kegiatan tersebut dipercaya oleh sekolah mampu menambah daya saing lulusan SMK di pasar tenaga kerja nantinya.
Kegiatan pembelajaran di SMK harus diarahkan pada pembelajaran praktik seperti PKL dan Magang, karena semakin sering dilakukan maka semakin tinggi pengalaman kerja, softskill dan hardskill yang dimiliki oleh peserta didik. Pemilihan pendekatan pembelajaran dapat dijadikan sebagai salah satu upaya sekolah dalam meningkatkan kesiapan kerja peserta didik karena beberapa alasan yaitu 1) hasil belajar memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kesiapan kerja peserta didik (Mipalas & Taman, 2012); 2) Dirwanto, melalui penelitiannya juga menemukan bahwa pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktik merupakan faktor yang membentuk kesiapan kerja peserta didik (2008).
Kegiatan piket di lingkungan sekolah juga merupakan salah satu ajang latihan peserta didik untuk bekerja tetapi tidak sama seperti bekerja saat ojt. Kegiatan piket di sekolah lebih ditujukan untuk latihan ringan peserta didik serta melatih tanggung jawab peserta didik saja. Kegiatan piket di sekolah dapat berupa kegiatan piket di Teaching Factory atau unit produksi atau tempat lain seperti perpustakaan, ruang tata usaha, resepsionis dan sebagainya.
Konsep teaching factory juga berperan dalam meningkatkan pengetahuan peserta didik secara langsung tentang pekerjaan di DU/DI, menambah kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan tugas, menjadikan peserta didik memiliki kepribadian baik, minat dan kesukaan dalam menghadapi tugas yang diberikan, menambah pengalaman peserta didik mengenai lingkungan kerja, menambah disiplin peserta didik serta menumbuhkan sikap professional dalam melaksanakan berbagai pekerjaan yang diberikan (Zainudin, 2012).
Kunjungan industri merupakan kegiatan yang bertujuan mengamati lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian peserta didik. Kegiatan kunjungan industri biasanya dilakukan di perusahaan-perusahaan besar yang jenis dan volume pekerjaannya sudah beragam. Kunjungan industri termasuk dalam bentuk job shadowing yang merupakan bagian dari work-based learning. Menurut Gray dan Albrecht (1999), job shadowing merupakan kegiatan observasi lapangan yang biasanya dilakukan oleh peserta didik tingkat dua dan tiga (Brown, 2003). Berdasarkan hasil penelitian Nurhainah, menunjukkan bahwa pengetahuan peserta didik akan lingkungan kerja berpengaruh terhadap kesiapan kerja peserta didik tersebut (2013).
Pemberian morivasi dan bimbingan karir bertujuan menyiapkan mental peserta didik dalam menghadapi dunia kerja nantinya. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa bimbingan karir memiliki pengaruh terhadap kesiapan kerja peserta didik (Arwana, 2012). Bimbingan karir memberikan kesempatan peserta didik untuk mengetahui potensi diri dan kesempatan kerja yang tersedia di pasar tenaga kerja bagi peserta didik itu sendiri.
Kendala-kendala yang menghambat upaya peningkatan kesiapan kerja lulusan SMK
Beberapa
kendala yang dihadapi SMK dalam upaya meningkatkan kesiapan kerja peserta didik
yaitu terdiri atas kendala dari sekolah, kendala dari peserta didik serta
kendala dari pihak lain. (a) Kendala pembiayaan yaitu kendala keterbatasan dana
yang harus dihadapi sekolah serta kendala akibat kebijakan pendidikan gratis.
(b) Kendala pengaturan waktu yaitu kendala akibat volume kegiatan yang tinggi
tidak sebanding dengan waktu yang tersedia. (c) Kendala kurikulum, yaitu
kurangnya pengetahuan guru-guru dalam penerapan kurikulum. Kendala sistem
evaluasi yaitu belum adanya sistem evaluasi yang baik untuk program-program
sekolah tersebut. (d) Kendala dari peserta didik yaitu kurangnya motivasi dan
pemahaman peserta didik dalam mengikuti program sekolah. (e) Kendala dari pihak
lain yaitu mitra OJT serta obyek kunjungan industri. Pada kasus PKL kesediaan
mitra untuk memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada peserta didik masih
rendah. Pada kasus kunjungan industri, terkendala sekolah gratis, penyesuaian
waktu dengan kesediaan mitra masih menjadi kendala sehingga kunjungan masih
belum terlaksana.
Upaya-upaya
untuk mengatasi kendala dalam peningkatan kesiapan kerja lulusan SMK
Dalam
rangka mengatasi kendala yang timbul dalam upaya peningkatan kesiapan kerja
peserta didik, sekolah telah melakukan berbagai upaya seperti berikut: (a)
Upaya untuk mengatasi kendala dari sekolah dalam hal pembiayaan. Upaya yang
bisa dilakukan oleh sekolah dalam mengatasi kesulitan pembiayaan yaitu dengan
cara mengelola dana yang terbatas secara efektif dan efisien dalam melaksanakan
semua kegiatan yang sudah direncanakan oleh sekolah. (b) Upaya untuk mengatasi
kendala dari sekolah dalam hal pengaturan waktu. Salah satu upaya yang pernah
ditempuh sekolah untuk mengatasi masalah pengaturan waktu yaitu dengan cara
merubah kebijakan program. Sebagai contoh, pengubahan waktu PKL yang sebelumnya
dimulai pada Kelas XI Semester Genap menjadi di kelas XII Semester Ganjil untuk
mencegah terbuangnya waktu pembelajaran di sekolah. Dengan demikian, sekolah
memiliki tambahan waktu untuk mengejar materi yang mungkin belum diberikan
kepada peserta didik. (c) Upaya untuk mengatasi kendala dari sekolah dalam hal
kurikulum. Usaha untuk mengatasi kendala dalam hal kurikulum dilakukan oleh
guru-guru bersangkutan yaitu dengan mencari informasi dari sesama guru pengampu
dalam forum diskusi antar guru ataupun dalam forum MGMP. Melalui kegiatan
tersebut, guru-guru dapat membuat keseragaman dalam kelengkapan instrumen
pembelajaran sehingga paling tidak proses pembelajaran dapat dilaksanakan
dengan lancar. (d) Upaya untuk mengatasi kendala dari sekolah dalam hal sistem
evaluasi. Upaya perbaikan sistem evaluasi baru diusahakan pada program prakerin
tetapi masih dalam tahap pembahasan sedangkan pada program lain belum ada upaya
sekolah untuk memperbaiki sistem evaluasi. (e) Upaya untuk mengatasi kendala
dari peserta didik. Kegiatan pemberian motivasi dan bimbingan karir melalui
kegiatan pembelajaran, bimbingan konseling, pembinaan wali kelas dan pengurus
BKK merupakan cara yang ditempuh sekolah untuk mengatasi kendala motivasi yang
sering dialami oleh peserta didik. (f) Upaya untuk mengatasi kendala dari pihak
lain. Pada program PKL, pihak sekolah akan mengganti mitra yang tidak
memberikan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi peserta didik sedangkan pada
program kunjungan industri, pihak sekolah akan mencari waktu yang sesuai untuk
pelaksanaan kunjungan industri tetapi apabila memungkinkan sekolah akan
mengganti destinasi kunjungan.
Demikian
artikel ini saya susun. Semoga bermanfaat. Aamin.
Cianjur,
14 Januari 2023