Tokoh Penyebar Islam di Cariu dan Tokoh Pendiri Desa Cariu Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis Jawa Barat

Penulis Kelas XII MIPA 2

Dibaca: 244 kali

Para penulis

Oleh Kelas XII MIPA 2

(Siswa SMA Negeri 1 Sukadana Ciamis Jawa Barat)

 

Situs Makam Cariu Hilir

Situs Makam Hilir juga dikenal dengan Situs Kyai Nursalim, jaraknya tidak terlalu jauh dari Makam Girang dan kondisinya pun sama dijadikan Tempat Pemakaman Umum (TPU). Jaraknya hanya sekitar 100 meter dari Jalan Kudapawana. Sebelum masuk ke area ini, terdapat sebuah gapura dengan tulisan Makam Kyai Nursalim. Di dalamnya terdapat beberapa makam yang dikeramatkan oleh masyarakat dan dipercaya sebagai seorang tokoh pembawa agama Islam dan orang pertama yang mendirikan sebuah masjid dan pesantren. Makam Kyai Nursalim dan istrinya memiliki ukuran sekitar 2 meter x 1 meter, orientasi utara-selatan. Sebagian makam ini sudah tertimbun akar bambu. Lalu terdapat juga makam Muhamad (anaknya Toha Kyai Nursalim), Makam Ki Gede Amsari, Makam Kyai Sadaparan, dan sebuah Pendeman Qur'an. Di Cariu, Kyai Nursalim mendirikan pesantren yang letaknya berada di sekitar situs.

Luas pesantrennya kurang lebih seluas situs sekarang, yang di dalamnya terdapat pula sebuah masjid. Sepeninggal Kyai Nursalim pimpinan pesantren digantikan oleh anaknya yaitu Toha Muhammad. Pada masa itu terjadi penyerangan yang dilakukan oleh masyarakat yang belum menganut islam ke lingkungan pesantren. Karena dalam posisi lemah dan terdesak untuk menyelamatkan Al- Quran, kemudian istri Toha Muhammad menyembunyikan Al Quran dengan cara dikubur di depan mimbar di dalam masjid. Area bekas masjid tempat menguburkan Al-Quran tersebut higgga sekarang masih ada di lokasi sekitar situs yang biasa disebut Pendeman Quran.

Selang beberapa tahun kemudian datanglah seorang tokoh agama dari Cirebon yang bernama Anta la datang dengan menyusuri sungai Cisadap berjalan sakaparan-paran (tidak jelas tujuannya). Hingga kemudian bermukim di suatu tempat dengan mendirikan pesantren dan sebuah masjid. Tempat mendirikan pesantren tersebut kemudian diberi nama Sadaparan Sengkalan dari istilah sakaparan-paran.

Situs Makam Cariu Girang

Situs ini terletak di Dusun Cariu RT 018 RW 009 Desa Sukadana Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis tepatnya sekitar 100 meter ke arah utara dari Jalan Kudapawana. Situs ini dijadikan Tempat Pemakaman Umum (TPU), sedangkan situs tersebut ada di bagian dalam TPU tersebut. Situs ini dikelilingi oleh pohon waregu dan di sekitarnya juga banyak terdapat pohon-pohon jenis kayu yang ukurannya sudah sangat besar. Dalam rimbunan pohon waregu tersebut ada dua buah makam yang berukuran sekitar 4 meter x 2 meter, orientasi utara-selatan dan kondisinya masih terjaga. Banyak terdapat jenis batuan yang diduga bekas media peribadatan di jaman klasik dulu. Namun setelah masuk islam batu-batu itu dijadikan makam.

Eyang Candradirana dan Eyang Panji Anom Candraksumah, itulah nama dua makam di situs ini, yang berdasarkan cerita masyarakat sekitar dan kuncen situs Desa/Kuwu/sejenisnya di masa itu. Candradirana berasal dari Sumedanglarang, ia memiliki dua orang istri, yang pertama bernama Layang Kuning yang berasal dari Kawali dan Layung Kancana yang berasal dari Cirebon. Layang Kuning menetap di Kawali, sedangkan Layung Kancana mengikuti Candradirana hingga ke Cariu. Eyang Candradirana mulai membangun sebuah desa yang diberi nama Desa Cariu yang pada saat itu wilayahnya meliputi dusun Cariu (Desa Sukadana, Dusun Sukarasa sekarang (Desa Salakaria), Cikancah (Bunter) dan Blok Pasir Pantun hingga ke Ciparay yang sekarang termasuk ke Desa Ciparigi. Karena Candradirana sering bepergian ke beberapa daerah termasuk ke istri pertamanya di Kawali, maka tampuk pemerintahan Desa Cariu dipegang oleh istri keduanya Layung Kancana.

Pada masa kepemimpinan Candradirana wilayah Cariu berada di bawah Rajadesa dan Candradirana menjadi koordinator beberapa kepala desa yang lain baik untuk melakukan komunikasi maupun untuk seba (membayar upeti) ke Rajadesa. Setelah Candradirana meninggal, jabatan kepala desa digantikan oleh anaknya yaitu Panji Anom Candrakusumah. Setelah Panji Anom meninggal, pusat Desa Cariu kemudian pindah ke Cigaruguy, dan Cariu statusnya menjadi kampung yang dipimpin oleh Rurah Minta di bawah pemerintahan Desa Cigaruguy, sedangkan Pasir Pantun masuk ke dusun Salegok Desa Parigi yang berpusat di Ciparay dan Cikancah menjadi Desa Cikancah. Setelah menjadi sebuah kampung, Rurah Minta kemudian menata makam Girang tempat Eyang Candradirana dimakamkan dengan menandainya dengan batu.

Marilah kita menghormati peninggalan sejarah dan tokoh-tokoh yang terlibat, dengan cara mengenang perjuangan mereka dan melestarikan barang-barang peninggalan maupun makam mereka. Hal ini akan memastikan bahwa generasi berikutnya dapat memahami siapa dan bagaimana perjuangan tokoh tersebut. 

Dokumentasi


Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...