Penulis Kelas XII MIPA 2
Para penulis
Oleh Kelas XII
MIPA 2
(Siswa SMA Negeri
1 Sukadana Ciamis Jawa Barat)
Situs Makam Cariu
Hilir
Situs Makam Hilir
juga dikenal dengan Situs Kyai Nursalim, jaraknya tidak terlalu jauh dari Makam
Girang dan kondisinya pun sama dijadikan Tempat Pemakaman Umum (TPU). Jaraknya
hanya sekitar 100 meter dari Jalan Kudapawana. Sebelum masuk ke area ini,
terdapat sebuah gapura dengan tulisan Makam Kyai Nursalim. Di dalamnya terdapat
beberapa makam yang dikeramatkan oleh masyarakat dan dipercaya sebagai seorang
tokoh pembawa agama Islam dan orang pertama yang mendirikan sebuah masjid dan
pesantren. Makam Kyai Nursalim dan istrinya memiliki ukuran sekitar 2 meter x 1
meter, orientasi utara-selatan. Sebagian makam ini sudah tertimbun akar bambu. Lalu
terdapat juga makam Muhamad (anaknya Toha Kyai Nursalim), Makam Ki Gede Amsari,
Makam Kyai Sadaparan, dan sebuah Pendeman Qur'an. Di Cariu, Kyai Nursalim
mendirikan pesantren yang letaknya berada di sekitar situs.
Luas pesantrennya
kurang lebih seluas situs sekarang, yang di dalamnya terdapat pula sebuah masjid.
Sepeninggal Kyai Nursalim pimpinan pesantren digantikan oleh anaknya yaitu Toha
Muhammad. Pada masa itu terjadi penyerangan yang dilakukan oleh masyarakat yang
belum menganut islam ke lingkungan pesantren. Karena dalam posisi lemah dan
terdesak untuk menyelamatkan Al- Quran, kemudian istri Toha Muhammad
menyembunyikan Al Quran dengan cara dikubur di depan mimbar di dalam masjid.
Area bekas masjid tempat menguburkan Al-Quran tersebut higgga sekarang masih
ada di lokasi sekitar situs yang biasa disebut Pendeman Quran.
Selang beberapa
tahun kemudian datanglah seorang tokoh agama dari Cirebon yang bernama Anta la
datang dengan menyusuri sungai Cisadap berjalan sakaparan-paran (tidak jelas
tujuannya). Hingga kemudian bermukim di suatu tempat dengan mendirikan
pesantren dan sebuah masjid. Tempat mendirikan pesantren tersebut kemudian
diberi nama Sadaparan Sengkalan dari istilah sakaparan-paran.
Situs Makam Cariu
Girang
Situs ini terletak
di Dusun Cariu RT 018 RW 009 Desa Sukadana Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis
tepatnya sekitar 100 meter ke arah utara dari Jalan Kudapawana. Situs ini
dijadikan Tempat Pemakaman Umum (TPU), sedangkan situs tersebut ada di bagian
dalam TPU tersebut. Situs ini dikelilingi oleh pohon waregu dan di sekitarnya
juga banyak terdapat pohon-pohon jenis kayu yang ukurannya sudah sangat besar. Dalam
rimbunan pohon waregu tersebut ada dua buah makam yang berukuran sekitar 4 meter
x 2 meter, orientasi utara-selatan dan kondisinya masih terjaga. Banyak
terdapat jenis batuan yang diduga bekas media peribadatan di jaman klasik dulu.
Namun setelah masuk islam batu-batu itu dijadikan makam.
Eyang Candradirana
dan Eyang Panji Anom Candraksumah, itulah nama dua makam di situs ini, yang
berdasarkan cerita masyarakat sekitar dan kuncen situs Desa/Kuwu/sejenisnya di
masa itu. Candradirana berasal dari Sumedanglarang, ia memiliki dua orang
istri, yang pertama bernama Layang Kuning yang berasal dari Kawali dan Layung
Kancana yang berasal dari Cirebon. Layang Kuning menetap di Kawali, sedangkan
Layung Kancana mengikuti Candradirana hingga ke Cariu. Eyang Candradirana mulai
membangun sebuah desa yang diberi nama Desa Cariu yang pada saat itu wilayahnya
meliputi dusun Cariu (Desa Sukadana, Dusun Sukarasa sekarang (Desa Salakaria),
Cikancah (Bunter) dan Blok Pasir Pantun hingga ke Ciparay yang sekarang
termasuk ke Desa Ciparigi. Karena Candradirana sering bepergian ke beberapa
daerah termasuk ke istri pertamanya di Kawali, maka tampuk pemerintahan Desa
Cariu dipegang oleh istri keduanya Layung Kancana.
Pada masa
kepemimpinan Candradirana wilayah Cariu berada di bawah Rajadesa dan
Candradirana menjadi koordinator beberapa kepala desa yang lain baik untuk
melakukan komunikasi maupun untuk seba (membayar upeti) ke Rajadesa. Setelah
Candradirana meninggal, jabatan kepala desa digantikan oleh anaknya yaitu Panji
Anom Candrakusumah. Setelah Panji Anom meninggal, pusat Desa Cariu kemudian
pindah ke Cigaruguy, dan Cariu statusnya menjadi kampung yang dipimpin oleh
Rurah Minta di bawah pemerintahan Desa Cigaruguy, sedangkan Pasir Pantun masuk
ke dusun Salegok Desa Parigi yang berpusat di Ciparay dan Cikancah menjadi Desa
Cikancah. Setelah menjadi sebuah kampung, Rurah Minta kemudian menata makam
Girang tempat Eyang Candradirana dimakamkan dengan menandainya dengan batu.
Marilah kita menghormati peninggalan sejarah dan tokoh-tokoh yang terlibat, dengan cara mengenang perjuangan mereka dan melestarikan barang-barang peninggalan maupun makam mereka. Hal ini akan memastikan bahwa generasi berikutnya dapat memahami siapa dan bagaimana perjuangan tokoh tersebut.
Dokumentasi