Penulis: Yani Rohaeni, S.Pd.
Yani Rohaeni, S.Pd.
Oleh Yani Rohaeni, S.Pd.
(Guru
Sosiologi SMAN 1 Luragung Kab. Kuningan)
Masyarakat
Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beranekaragam suku dan
budaya yang terdapat di berbagai pulau di Indonesia, sehingga memiliki kearifan
lokal yang cukup banyak. Kearifan lokal ini merupakan cerminan hidup masyarakat
yang berisi nilai-nilai, gagasan, kepercayaan ataupun kebiasaan masyarakatnya
yang diwariskan secara turun-temurun melalui cerita dari mulut ke mulut.
Terdapat lima unsur kearifan lokal di antaranya
nilai lokal, pengetahuan lokal, hukum lokal, keterampilan lokal dan kepercayaan
lokal.
Kuningan
adalah sebuah kabupaten di Jawa Barat. Bagian timur wilayah ini adalah dataran
rendah sedangkan bagian baratnya dataran tinggi berupa pegunungan dengan
puncaknya gunung Ciremai, gunung tertinggi di Jawa Barat. Masyarakat Kuningan
yang termasuk bagian dari suku Sunda ini memiliki kearifan lokal yang unik yang
berbeda dengan masyarakat suku Sunda lainnya di tatar Pasundan. Hal ini
terlihat dari penggunaan bahasa, logat, adat istiadat, kebiasaan,
petuah-petuah, kepercayaan, keterampilan lokal dan lain-lain. Berdasarkan
pengamatan penulis, beberapa hal keunikan tersebut tergambar dalam kehidupan
sehari-hari berupa:
1. Penggunaan bahasa Sunda
Bahasa
Sunda Kuningan memiliki beberapa kosakata yang berbeda dengan suku Sunda di
daerah Bandung, Sumedang, Ciamis, Garut, Tasikmalaya dan daerah Pasundan
lainnya. Ungkapan kata tersebut membuat penafsiran berbeda dan mungkin
kesalahpahaman bisa saja terjadi jika terjadi interaksi dengan masyarakat Sunda
yang berbeda daerah. Kata tersebut di antaranya
“menit“ yang di daerah Sunda lainnya maksudnya adalah, lieur, jangar ataupun
pusing. Rubiah, yang maksudnya adalah pamajikan (istri), “ilok,
kamangkara” yang maksudnya piraku (mana mungkin dalam bahasa Indonesia),
“endong” maksudnya pesak, saku dan masih banyak lagi kosakata lainnya.
Sementara untuk tingkatan bahasa hampir sama dengan daerah Sunda lainnya yaitu
ada bahasa halus, sedang maupun kasar tergantung dengan siapa seseorang
berkomunikasi.
2. Kebiasaan atau adat istiadat
Di daerah
Kuningan, Jawa Barat banyak tradisi yang masih dipegang teguh dan dilaksanakan
masyarakatnya dalam waktu tertentu seperti tradisi Seren Taun,
Kawin Cai, memanggil hujan melalui tradisi Cingcowongnya, Nyuguh atau nyungsung
ketika panen padi, dan jika ada pernikahan pun Kuningan memiliki adat yang unik
misalnya “ngala panganten yaitu utusan pengantin wanita datang menemui pihak
pengantin pria di rumahnya untuk menjemput pangantin laki laki dan sekaligus
mengantarkannya ke tempat pernikahan di rumah mempelai wanita. Ada juga tradisi
seserahan walau di daerah Sunda lain ada tapi di salah satu daerah Kuningan ada
pihak mempelai laki-laki membawa seserahannya berupa perabot rumah tangga
seperti lemari, kursi, meja dan perabot lainnya. Pertunjukkan burok (nanggap
burok) merupakan kesenian yang diminati dalam acara hajatan terutama ketika khitanan.
3. Keterampilan lokal
Keterampilan
lokal merupakan kemampuan masyarakatnya untuk mengelola suatu benda dari alam
agar dapat bertahan hidup dengan tidak mengeksploitasi alam secara
besar-besaran. Keterampilan tersebut di antaranya
berupa membuat batik kuningan yang memiliki ciri khas dalam
motifnya seperti motif kuda, ikan dewa, dan motif bokor yang masing-masing
memiliki nilai filosofi tersendiri. Selain batik, masyarakat Kuningan terkenal
dengan kulinernya yang khas seperti peuyeum ketan, papais monyong, rempeyek,
kasreng, golono, rujak kangkung dan lain sebagainya.
4. Kepercayaan lokal
Dalam hal
kepercayaan umumnya hampir sama dengan daerah Sunda lainnya yang masih terikat
dengan animisme dan dinamismenya walaupun mayoritas masyarakatnya sudah
beragama Islam. Ada hal yang berbeda di Kuningan, misalkan dalam kepercayaan
tentang mitos-mitos yang berhubungan daerahnya, seputar gunung Ciremai, kebiasaan
dan tradisi setempatnya.
5. Lagu, nyanyian atau kawih
Hampir
sama dengan daerah Sunda lainnya , masyarakat Kuningan juga mengenal pupuh,
kawih, seni gamelan, angklung ,tetapi memiliki ciri khas dengan adanya lagu andalan yang menggambarkan daerah
Kuningan seperti Kuningan Asri, Kuningan Tandang Maju Tanding.
6. Cerita rakyat tentang asal usul tiap
daerah di wilayah Kuningan ataupun sejarah wilayah Kuningan itu sendiri.
Dari
berbagai kearifan lokal yang dideskripsikan di atas, sudah seharusnya warga
Kuningan Jawa Barat bangga dan mencintai budaya daerahnya sendiri. Generasi
muda khususnya harus bisa menjaga dan melestarikan budaya dengan berbagai cara
misalnya dengan tetap konsisten memakai bahasa Sunda dalam kehidupan
sehari-hari baik di rumah, sekolah maupun di lingkungan masyarakatnya.
Memperkenalkan seni dan tradisi Sunda melalui suatu pagelaran, acara hajatan,
pameran bahkan bisa melalui media sosial agar budaya Kuningan terkenal tidak
hanya di Indonesia bahkan di dunia. Sekolah juga bisa menjadi media
memperkenalkan kearifan lokal dengan memasukkan materi kearifan lokal ini ke
dalam beberapa mata pelajaran. Walaupun saat ini globalisasi dan modernisasi
tak bisa dihindari yang menyebabkan budaya asing khususnya budaya Barat masuk
ke Indonesia, hendaknya masyarakat tidak menelan secara utuh budaya tersebut.
Generasi muda khususnya harus bisa menyaring budaya dengan cara mengambil sisi
positif budaya Barat dan tidak memakai budaya buruknya. Kita terbuka terhadap
budaya asing namun tidak melupakan budaya sendiri, dan tetap berpegang teguh
pada identitas budaya sendiri sehingga di era globalisasi ini bisa dimanfaatkan
untuk memperkenalkan budaya lokal pada dunia. Memperkenalkan budaya lokal
khususnya budaya Kuningan sesuai dengan harapan dan semangat masyarakatnya agar
Kuningan bisa “Tandang Maju Tanding”.