TA'LIM, TADRIB DAN TA'ZHIM

Penulis Saepul Muhtadin, S.Pd.

Dibaca: 4693 kali

Saepul Muhtadin, S.Pd.

Oleh Saepul Muhtadin, S.Pd.

(Kepala SMAN 1 Cipongkor)

 

Milenial Smartren yang merupakan penguatan Pendidikan karakter di bulan Ramadhan dari dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dimulai sejak dibuka oleh Wakil Gubernur Jawa Barat; Bpk.Uu Ruzhanul Ulum tanggal 27 Maret 2023 telah memasuki akhir dan rencananya akan ditutup secara resmi pada hari Senin, 17 April 2023. Sementara di tingkat Satuan Pendidikan baik SMA, SMK dan SLB pada umumnya telah melaksanakan acara penutupan.

Berbagai program kegiatan antara lain: Ngopi (Ngobrol Pendidikan Islam), Kajian Islam di Sekolah (KIDS) dalam bentuk daring dan luring, Berhias SmartTren (Berbudaya, Habituasi Iman & Akhlak Sehari-hari) dengan kegiatan antara lain: Infaq Masal Aktualisasi Masagi (IMAM), Gerakan Wakaf al-Quran, Rantang Pramuka (tetangga dan Panti Jompo/griya salira), serta Penulisan Mushaf Al Quran telah dilaksanakan semarak di Satuan Pendidikan dengan berbagai variasi dan inovasi kegiatan.

Kalau melihat berbagai postingan di media sosial masing-masing satuan Pendidikan dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program Smartren tahun ini berjalan dengan lancer dan dapat di apresiasi dengan sangat baik. Dan semua pihak tentu berharap bahwa kegiatan yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan khususnya memiliki dampak yang sangat positif terhadap pembinaan karakter peserta didik (siswa) yaitu para siswa yang memiliki pribadi muttaqin yang memiliki perilaku 3T; yaitu: Ta’lim (pembelajar), Tadrib (pembiasaan), dan Ta’zhim (santun).

1.       Ta’lim (Manusia Pembelajar)

Manusia pembelajar adalah orang yang terus belajar, mempertinggi kemampuan (kompetensi) agar bisa memberi kontribusi lebih besar bagi kemajuan bangsa dan kemanusiaan. Manusia pembelajar, menunjuk pada pemikiran James R Davis dan Adelaide B Davis, mencintai hal-hal baru, pemikiran baru, dan keterampilan baru.

Berbagai teori belajar yang telah dikembangkan oleh para pemikir maupun praktisi Pendidikan berusaha untuk diterapkan dalam Sistem Pendidikan Nasional sebagai upaya mewujudkan amanat Undang-undang Dasar yang dicetuskan oleh para pendiri Bangsa ini sebagaimana tersurat dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Tahun 1945.

Tidak heran apabila seringkali implementasi dari cita-cita itu berubah-ubah cara sesuai dengan pemikiran siapa yang menjadi nakhoda Kementrian Pendidikan (Menteri) yang diwujudkan dalam bentuk kurikulum Pendidikan. Penukis meyakini bahwa hal ini semata-mata ingin mewujudkan para peserta didik sebagai manusia pembelajar. Konsep-konsep tentang bagaimana satuan Pendidikan mampu membuat para peserta didik belajar dan bukan bagaimana guru mengajar di depan kelas dengan berbagai metode maupun strategi. Pergantian kurikulum sejatinya hanyalah nama dan sedikit cara yang berbeda, karena pada dasarnya sama yaitu bagaimana siswa belajar dan menjadi manusia pembelajar; mereka memiliki rasa cinta terhadap hal-hal yang baru, mampu menggali pemikiran baru, serta memiliki keterampilan baru sesuai dengan zamannya.

Kegiatan smartren yang dilaksanakan di bulan Ramadhan mudah-mudahan para siswa dapat mengambil hikmah bahwa dengan kondisi apapun (kepayahan karena sedang berpuasa), mereka masih bisa belajar, apalagi dalam kondisi yang normal.

2.       Tadrib (Pembiasaan yang baik)

Metode pembiasaan yaitu melakukan sesuatu secara berulang-ulang. Artinya, apa yang dilakukan anak dalam pembelajaran diulang terus menerus sampai ia dapat betul-betul memahaminya dan dapat tertanam didalam hatinya. Orang tua-tua kita bahkan punya prinsip cara mendidik,”Paksa supaya bisa, mun geus bisa jadi biasa, mun geus biasa jadi budaya…”, meskipun mungkin kata dipaksa dalam terminologi bahasa mendidik sekarang ini sudah tidak relevan lagi dan mungkin kata dipaksa bisa dirubah menjadi dikondisikan, sehingga prinsip itu bisa menjadi,”Dikondisikan supaya bisa, kalua sudah bisa terus dibiasakan, sudah biasa menjadi budaya…”.

Melalui kegiatan-kegiatan pembiasaan selama mengikuti smartren ini seperti sholat dhuha bersama, tadarrus Al-Qur’an, berinfak dalam program IMAM, Rantang Pramuka, wakaf Al-Qur’an, mengumpulkan infaq untuk anak yatim, panti jompo dll diharapkan para siswa terkondisikan melakukan hal-hal yang baik tersebut sehingga tercipta karakter siswa sebagaimana tercantum dalam program Jabar Masagi yaitu para siswa yang mampu niti harti (belajar memahami), niti surti (belajar merasakan), niti bukti (belajar melakukan), dan niti bakti (belajar hidup bersama).

Melalui data pelaporan kegiatan IMAM, wakaf Al-Qur’an, serta kegiatan pembiasaan yang dilaksanakan di masing-masing satuan Pendidikan, kita patut berbangga karena kegiatan tersebut benar-benar terealisasi dengan baik, melibatkan seluruh siswa sehingga kita bisa berharap para siswa terbiasa untuk melakukan hal-hal yang baik terutama dalam kegiatan berbagi. Mudah-mudahan mereka mengambil pelajaran yang sangat penting bahwa berbagi itu indah, membuat orang bahagia itu membuat kita jauh merasa Bahagia, dan menjadi kebiasaan dalam hidup  mereka.

3.       Ta’zhim (Manusia yang santun)

Tak bisa dipungkiri bahwa budaya luhur yang diwariskan nenek moyang Bangsa Indonesia, dimana bangsa kita memiliki adat-istiadat, norma-norma luhur, sopan-santun, keramahan, tepa selira yang sangat baik sekarang ini telah mengalami penggerusan (degradasi) yang semakin parah. Ki Sunda yang dulu terkenal murah senyum, ramah-tamah kepada siapapun, suka menolong mungkin sudah mulai ciri khas orang Sunda lagi khususnya.

Persaingan hidup yang semakin tinggi membuat semua orang lebih mementingkan diri sendiri, untuk bisa naik ke atas harus menginjak kepala orang-orang yang di bawahnya seperti permainan rebutan agustusan, hilangnya sopan santun dalam pergaulan, tidak saling menghormati, tidak saling menghargai seakan menjadi budaya baru bangsa ini dan itu sungguh sangat memprihatinkan. Di sekolah siswa sudah kurang menghargai gurunya, kurang menghormati sahabat-sahabatnya sehingga muncul kejadian bullying, dll.

Dan melalui kegiatan smartren ini diharapkan sifat-sifat negative itu bisa dieliminir dengan kegiatan-kegiatan dan pembiasaan perilaku baik. Mereka bersama-sama dating ke sekolah dalam keadaan lapar dan haus, melaksanakan kegiatan berbagi sehingga menumbuhkan sifat empati terhadap sesame, mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa, bahkan beberapa sekolah melaksanakan kegiatan MABIT (Malam pembinaan iman dan taqwa) sebagaimana dilaksanakan di sekolah penulis sehingga pembinaan dilaksanakan 24 jam penuh. Bekerjasama menyediakan makanan untuk berbuka maupun sahur dapat lebih mendekatkan mereka satu sama lain.

Kiranya semua kegiatan yang telah dirancang untuk menumbuhkembangkan wawasan keislaman, peningkatan keimanan, ketaqwaan dan budi pekerti luhur peserta didik di kegiatan Ramadha tahun ini yang sudah berjalan dengan baik dan memperoleh hasil para siswa yang memiliki sifat sebagai manusia pembelajar (Ta’lim), memiliki kebiasaan dan budaya yang baik (Tadrib) serta manusia yang santun (ta’zhim) baik kepada guru, orangtua di rumah, maupun kepada rekan-rekan mereka di sekolah. ………! 

#Salam literasi dari SMAN 1 Cipongkor

#Lentera Mahardika_Menulis KCD VI

#Menulis itu menyenangkan

#Ramadhan bertasbih

#Ta’lim, Tadrib, dan Ta’zhim 

DOKUMENTASI KEGIATAN SMARTREN DI SMAN 1 CIPONGKOR


Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...