Penulis Saepul Muhtadin, S.Pd.
Saepul Muhtadin, S.Pd.
Oleh Saepul
Muhtadin, S.Pd.
(Kepala SMAN 1
Cipongkor)
Milenial Smartren yang merupakan
penguatan Pendidikan karakter di bulan Ramadhan dari dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat dimulai sejak dibuka oleh Wakil Gubernur Jawa Barat; Bpk.Uu Ruzhanul
Ulum tanggal 27 Maret 2023 telah memasuki akhir dan rencananya akan ditutup
secara resmi pada hari Senin, 17 April 2023. Sementara di tingkat Satuan
Pendidikan baik SMA, SMK dan SLB pada umumnya telah melaksanakan acara penutupan.
Berbagai program
kegiatan antara lain: Ngopi (Ngobrol Pendidikan Islam), Kajian Islam di Sekolah
(KIDS) dalam bentuk daring dan luring, Berhias SmartTren (Berbudaya, Habituasi
Iman & Akhlak Sehari-hari) dengan kegiatan antara lain: Infaq Masal
Aktualisasi Masagi (IMAM), Gerakan Wakaf al-Quran, Rantang Pramuka (tetangga
dan Panti Jompo/griya salira), serta Penulisan Mushaf Al Quran telah
dilaksanakan semarak di Satuan Pendidikan dengan berbagai variasi dan inovasi
kegiatan.
Kalau melihat
berbagai postingan di media sosial masing-masing satuan Pendidikan dapat
dikatakan bahwa pelaksanaan program Smartren tahun ini berjalan dengan lancer
dan dapat di apresiasi dengan sangat baik. Dan semua pihak tentu berharap bahwa
kegiatan yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan khususnya
memiliki dampak yang sangat positif terhadap pembinaan karakter peserta didik
(siswa) yaitu para siswa yang memiliki pribadi muttaqin yang memiliki perilaku
3T; yaitu: Ta’lim (pembelajar), Tadrib (pembiasaan), dan Ta’zhim (santun).
1.
Ta’lim
(Manusia Pembelajar)
Manusia pembelajar
adalah orang yang terus belajar, mempertinggi kemampuan (kompetensi) agar bisa
memberi kontribusi lebih besar bagi kemajuan bangsa dan kemanusiaan. Manusia
pembelajar, menunjuk pada pemikiran James R Davis dan Adelaide B Davis,
mencintai hal-hal baru, pemikiran baru, dan keterampilan baru.
Berbagai teori
belajar yang telah dikembangkan oleh para pemikir maupun praktisi Pendidikan
berusaha untuk diterapkan dalam Sistem Pendidikan Nasional sebagai upaya
mewujudkan amanat Undang-undang Dasar yang dicetuskan oleh para pendiri Bangsa
ini sebagaimana tersurat dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Tahun 1945.
Tidak heran
apabila seringkali implementasi dari cita-cita itu berubah-ubah cara sesuai
dengan pemikiran siapa yang menjadi nakhoda Kementrian Pendidikan (Menteri)
yang diwujudkan dalam bentuk kurikulum Pendidikan. Penukis meyakini bahwa hal
ini semata-mata ingin mewujudkan para peserta didik sebagai manusia pembelajar.
Konsep-konsep tentang bagaimana satuan Pendidikan mampu membuat para peserta
didik belajar dan bukan bagaimana guru mengajar di depan kelas dengan berbagai
metode maupun strategi. Pergantian kurikulum sejatinya hanyalah nama dan
sedikit cara yang berbeda, karena pada dasarnya sama yaitu bagaimana siswa
belajar dan menjadi manusia pembelajar; mereka memiliki rasa cinta terhadap
hal-hal yang baru, mampu menggali pemikiran baru, serta memiliki keterampilan
baru sesuai dengan zamannya.
Kegiatan smartren
yang dilaksanakan di bulan Ramadhan mudah-mudahan para siswa dapat mengambil
hikmah bahwa dengan kondisi apapun (kepayahan karena sedang berpuasa), mereka
masih bisa belajar, apalagi dalam kondisi yang normal.
2.
Tadrib
(Pembiasaan yang baik)
Metode pembiasaan
yaitu melakukan sesuatu secara berulang-ulang. Artinya, apa yang dilakukan anak
dalam pembelajaran diulang terus menerus sampai ia dapat betul-betul
memahaminya dan dapat tertanam didalam hatinya. Orang tua-tua kita bahkan punya
prinsip cara mendidik,”Paksa supaya bisa, mun geus bisa jadi biasa, mun geus
biasa jadi budaya…”, meskipun mungkin kata dipaksa dalam terminologi
bahasa mendidik sekarang ini sudah tidak relevan lagi dan mungkin kata dipaksa
bisa dirubah menjadi dikondisikan, sehingga prinsip itu bisa menjadi,”Dikondisikan
supaya bisa, kalua sudah bisa terus dibiasakan, sudah biasa menjadi budaya…”.
Melalui
kegiatan-kegiatan pembiasaan selama mengikuti smartren ini seperti sholat dhuha
bersama, tadarrus Al-Qur’an, berinfak dalam program IMAM, Rantang Pramuka,
wakaf Al-Qur’an, mengumpulkan infaq untuk anak yatim, panti jompo dll
diharapkan para siswa terkondisikan melakukan hal-hal yang baik tersebut
sehingga tercipta karakter siswa sebagaimana tercantum dalam program Jabar
Masagi yaitu para siswa yang mampu niti harti (belajar memahami), niti surti
(belajar merasakan), niti bukti (belajar melakukan), dan niti bakti (belajar
hidup bersama).
Melalui data
pelaporan kegiatan IMAM, wakaf Al-Qur’an, serta kegiatan pembiasaan yang
dilaksanakan di masing-masing satuan Pendidikan, kita patut berbangga karena
kegiatan tersebut benar-benar terealisasi dengan baik, melibatkan seluruh siswa
sehingga kita bisa berharap para siswa terbiasa untuk melakukan hal-hal yang
baik terutama dalam kegiatan berbagi. Mudah-mudahan mereka mengambil pelajaran
yang sangat penting bahwa berbagi itu indah, membuat orang bahagia itu
membuat kita jauh merasa Bahagia, dan menjadi kebiasaan dalam hidup mereka.
3.
Ta’zhim
(Manusia yang santun)
Tak bisa
dipungkiri bahwa budaya luhur yang diwariskan nenek moyang Bangsa Indonesia,
dimana bangsa kita memiliki adat-istiadat, norma-norma luhur, sopan-santun,
keramahan, tepa selira yang sangat baik sekarang ini telah mengalami
penggerusan (degradasi) yang semakin parah. Ki Sunda yang dulu terkenal murah
senyum, ramah-tamah kepada siapapun, suka menolong mungkin sudah mulai ciri
khas orang Sunda lagi khususnya.
Persaingan hidup
yang semakin tinggi membuat semua orang lebih mementingkan diri sendiri, untuk
bisa naik ke atas harus menginjak kepala orang-orang yang di bawahnya seperti
permainan rebutan agustusan, hilangnya sopan santun dalam pergaulan, tidak
saling menghormati, tidak saling menghargai seakan menjadi budaya baru bangsa
ini dan itu sungguh sangat memprihatinkan. Di sekolah siswa sudah kurang
menghargai gurunya, kurang menghormati sahabat-sahabatnya sehingga muncul
kejadian bullying, dll.
Dan melalui
kegiatan smartren ini diharapkan sifat-sifat negative itu bisa dieliminir
dengan kegiatan-kegiatan dan pembiasaan perilaku baik. Mereka bersama-sama
dating ke sekolah dalam keadaan lapar dan haus, melaksanakan kegiatan berbagi
sehingga menumbuhkan sifat empati terhadap sesame, mendekatkan diri kepada yang
Maha Kuasa, bahkan beberapa sekolah melaksanakan kegiatan MABIT (Malam
pembinaan iman dan taqwa) sebagaimana dilaksanakan di sekolah penulis sehingga
pembinaan dilaksanakan 24 jam penuh. Bekerjasama menyediakan makanan untuk
berbuka maupun sahur dapat lebih mendekatkan mereka satu sama lain.
Kiranya semua kegiatan yang telah dirancang untuk menumbuhkembangkan wawasan keislaman, peningkatan keimanan, ketaqwaan dan budi pekerti luhur peserta didik di kegiatan Ramadha tahun ini yang sudah berjalan dengan baik dan memperoleh hasil para siswa yang memiliki sifat sebagai manusia pembelajar (Ta’lim), memiliki kebiasaan dan budaya yang baik (Tadrib) serta manusia yang santun (ta’zhim) baik kepada guru, orangtua di rumah, maupun kepada rekan-rekan mereka di sekolah. ………!
#Salam literasi
dari SMAN 1 Cipongkor
#Lentera Mahardika_Menulis
KCD VI
#Menulis itu
menyenangkan
#Ramadhan
bertasbih
#Ta’lim, Tadrib, dan Ta’zhim
DOKUMENTASI
KEGIATAN SMARTREN DI SMAN 1 CIPONGKOR