Penulis: Eka Badrit Tamam
Eka Badrit Tamam
Arti kata galau atau bergalau menurut KBBI
adalah sibuk beramai-ramai, ramai sekali, kacau sekali. Namun istilah galau
versi anak muda sekarang mengalami pergeseran makna. Mereka memaknai galau
menjadi kondisi dimana hati dan pikiran berada di fase banyak pikiran, banyak
masalah, ataupun bimbang. Lucunya yang menjadi penyebab galaunya mereka itu
biasanya hal-hal sepele. “Lagi galau nih, doi ga bales chat dari pagi”, “galau
banget nih, doi minta putus”. Ya itulah anak muda, yang masih berada pada fase
belajar memiliki masalah. Yang harusnya bukan masalah, mereka menjadikannya
masalah. Bukan tanpa alasan tapi mereka menganggap jika punya masalah maka akan
terlihat lebih dewasa.
Galau vs anak muda merupakan 2 hal yang
tak terpisahkan. Memang sedang masanya jika mereka masih mencari jati diri dan
menerka-nerka akan seperti apa kehidupannya di masa depannya. Iya jika yang
digalaukan adalah masa depan sehingga membuat berpikir untuk mempersiapkannya.
Tapi kalau galau karena cinta, wah sayang banget. Sudah tau percintaan masa
remaja itu lebih banyak mudharatnya masih aja dilakukan. Ketika tersakiti,
ketika patah hati mengeluh sendiri kenapa seperti ini kenapa seperti itu.
Padahal dirinya sendiri yang nekat melakukan hal yang sia-sia. Kemudian
menyalahkan takdir seolah-olah tidak berpihak padanya. Lucu kan?
Jika imbas dari galaunya itu masih sebatas
update status atau mood swing yang berubah sih wajarlah. Tapi kalau berimbas ke
hal-hal negatif seperti terjerumus ke narkoba dengan alasan untuk meredakan
suasana hatinya atau yang lebih parah sampai bunuh diri, ini yang berbahaya.
Padahal remaja berada ditingkat produktivitas yang tinggi. Sayang banget jika
ketika berada di puncak produktivitas mereka malah tidak berbuat apapun untuk
masa depannya.
Sangat disayangkan memang banyak remaja
galau karena hal yang ga penting. Akan berbeda hal ketika yang digalaukannya
itu adalah ketertinggalannya dalam hal yang positif. “duh
temen aku dapet beasiswa, aku kok engga ya”, “kok temen aku bisa tapi aku engga”.
Keren kalau yang seperti ini dijadikan motivasi untuk maju, bukan malah jadi
baper, bukan malah jadi iri dengki karena orang lain lebih baik dari dirinya.
Di sinilah keluarga terlebih orangtua
harus peran untuk membantu anak dalam memanage apa yang sedang anak alami. Bisa
dengan menceritakan pengalaman bagaimana dulu ketika remaja melewati masalah
yang mungkin sama dengan apa yang sedang sang anak alami saat ini. Tapi jangan
lupa untuk menyesuaikan dengan zaman sekarang. Jangan sampai si anak menganggap
bahwa solusi yang diberikan orangtua terlalu kolot dan jadul. Pakai cara ATM
(Amati, Tiru, Modifikasi). Agar si anak paham bahwa hal yang dia alami sekarang
adalah proses untuk menjadikan dirinya lebih dewasa. Supaya kedepannya bisa
bijak dan matang dalam mengambil keputusan dalam hidupnya.
Lalu, kenapa sih para anak muda itu
gampang banget ngerasa galau? Banyak faktor yang mempengaruhi mereka. Yang
pertama, terlalu sering berada disekitar kegalauan itu sendiri. Contohnya
sering mendengar playlist lagu-lagu melow sampai merasa bahwa liriknya relate
dengan kehidupan pribadi. Padahal si pencipta lagu membahas hal lain, tapi yang
mendengar maksain buat senada dengan nasibnya.
Kedua, banyak tayangan televisi, youtube,
instagram, dan media social lainnya yang kontennya bikin mewek, bikin baper
yang ujung-ujungnya balik lagi ngerasa relate lagi sama hidupnya. Inilah kenapa
konten seperti ini tumbuh subur. Karena banyak penikmat dan peminatnya. Padahal
sejatinya itu hanyalah hiburan ga perlu disambung-sambungi dengan kehidupan
pribadi.
Ketiga, patah hati. Ini nih penyebab yang
paling sering terjadi pada remaja. Karena untuk urusan hati sering dikedepankan
oleh mereka tanpa melibatkan logika. Wajar karena masa remaja adalah masa untuk
belajar termasuk belajar mengendalikan hati. Dan banyak diantara remaja kita
yang ga lolos ketika dihadapkan ujian hati.
Keempat, muflis
alias bokek aka ga punya uang hehe. Galau yang seperti ini ga hanya remaja yang
mengalaminya. Bahkan yang galau karena hal ini kebanyakan orang dewasa. Namun
orang dewasa akan berbeda cara meluapkannya dan terkesan seperti sedang
baik-baik saja. Galaunya orang dewasa hanya akan dirasakan sendiri tanpa perlu
orang lain tau. Tapi ga semua. Ada juga orang dewasa yang galaunya kebablasan
malah lebih parah dari galau dan gundahnya remaja. Padahal keluhan kita di
media social, galaunya status kita di status whatsapp ga akan merubah apapun.
Paling hanya ucapan semangat di kolom komentar yang jumlahnya ga seberapa itu.
Lainnya cuek atau bahkan nyinyir ketika status kita lewat ditimeline nya. Jadi,
ga penting kan? Lebih baik kita focus pada masalahnya kemudian cari solusi dari
permasalahan tersebut.
Terus gimana supaya ga galau-galau lagi?
Atau minimal galaunya tidak mengarah ke hal negatif. Gampang banget sebetulnya,
teorinya yang gampang hehe. Asli gampang banget kok. Hanya saja mau konsisten
ga ngelakuinnya, mau sabar ga berprosesnya. Kalau mau dan kalau bisa begini
langkah mudahnya.
1. Cari
penyebab kenapa bisa galau
Kalau sudah tahu sebabnya hindari untuk
dekat lagi dengan hal itu. Pikirkan juga ini penting ga sih, kok sampai bikin
hati jadi ga karuan begini. Kalau ga penting, ya udah sih tinggalin ga usah
diambil pusing. Kalau ini menyangkut hal penting gimana? Inget galaumu itu
emang bisa merubah hal yang sudah terjadi? Engga kan. Ya udah move on dong.
Kalau salah perbaiki jangan Cuma dipikirin, ga bakal selesai kalau Cuma
dipikirin doang.
2. Stop
merasa menjadi orang yang paling menderita
“ya ampun kok begini banget hidupku”, “kok
orang lain bisa tenang hidupnya”, “kok mereka bisa bahagia”. Heloooo.. kita ga
pernah tau ada apa dibalik senyum orang lain. Bisa jadi mereka punya masalah
yang lebih besar tapi karena tau kuncinya jadi mereka bisa tenang. Siapa tau mereka
menutupi agar orang lain ga tau masalah mereka. Setiap jalan kehidupan manusia
itu sama tanjakan Cuma Allah bedain belokan dan lubangnya.
3. Jangan
berandai-andai
Berandai-andai itu merusak. “coba kalau
waktu itu ga begini”, “coba kalo dulu jangan begitu”. Stop stop !! kita ga bisa
kembali ke masa lalu dan ga akan bisa merubah yang sudah terjadi. Fokus le
depan, focus perbaiki apa yang salah di masa lalu. Jadikan pelajaran jangan
sampai mengulang kesalahan yang sama.
4. Curhat
ke orang yang tepat
Ceritakan kegalauanmu itu kepada orang
yang kira-kira bisa kasih solusi. Penting lho ini. Jadi jangan Cuma ingin
ngeluarin unek-unek doang. Cerita kesulitan beresin skripsi tapi ceritanya sama
anak SMP ya ga akan nyambunglah. Cerita masalah rumah tangga tapi sama orang
yang belum nikah ya jadi ikutan bingung yang dengerinnya. Kalau remaja pas nya
sih cerita ke orangtua.
5. Sabar
Ilmu sabar bukan ilmu yang bisa dipahami
dengan mudah. Sabar butuh latihan dan butuh proses. Nah dalam prosesnya juga
kita pasti dipaksa lagi untuk menahan sesuatu yang ada didalam diri kita. Sabar
itu menahan diri dari setiap hal yang ingin dilakukan. Terlebih menahan untuk
tidak melakukan hal yang negatif seperti emosi, marah, berkata kasar dan hal
buruk lainnya. Tahan diri dan yakinkan bahwa ketidaknyamanan yang dialami
sekarang adalah takdir yang pasti memiliki hikmah dalam hidupnya kelak.
6. Mendekat
kepada ajaran agama
Lakukan kegiatan spiritual seperti berdoa
dan beribadah. Cobalah dekatkan diri. Siapa tau masalah kegalauanmu ini karena
kamu jauh dariNya. Minta petunjuk dan minta ketenangan dalam menghadapi masalah
yang ada. Allah tidak memberikan ujian kepada seseorang kecuali orang tersebut
mampu menghadapinya.
Intinya sebagai remaja yang diharapkan
menjadi penerus dan kader pemimpin di masa depan, sebaiknya mempersiapkan diri
untuk melakukan perubahan. Yang terpenting perubahan pada diri sendiri. Latih
diri untuk menggapai cita-cita. Jangan terjebak pada gejolak masa muda yang
belum jelas. Untuk para orangtua semoga bisa membimbing dan mengarahkan para
remaja menjadi pemimpin-pemimpin yang tidak cengeng, tidak baper, dan memiliki
mental yang kuat.
Penulis adalah: Pegiat Dakwah Bogor,
Divisi Pelatihan Forum Mubalig Alumni (FMA) Gontor Cabang Bogor, Dewan Pembina
Musisi Mau Ngaji (MUSAJI))