Penulis Tatang Sunendar
Ilustrasi
Oleh Tatang Sunendar
(Alumni SMPN Cisayong
tahun 76)
Adalah kiriman empat
buah link yuotube dari seorang sahabat di kampung halaman menginformasikan terjadinya keriuhan di
sekolah almamater saat di SMP, isinya ada yang berupa testimoni seorang guru sebagai korban
mutasi dan forum silaturahmi unsur muspida setempat dengan guru, kepala sekolah
dan lainnya. Dari keempat link youtube itu yang menarik saya adalah sambutan seorang Kepala Desa (Kades),
sosok masih muda ganteng dan nampaknya punya visi untuk memajukan daerahnya.
Muncul pertanyaaan mengapa pa Kades memberi sambutan pada acara silaturahmi
tersebut.
Adalah peristiwa
sebelumnya yang mengabarkan terjadinya unjukrasa yang dilakukan alumni SMPN
Cisayong terhadap sekolah akibat salah seorang gurunya dimutasi oleh pemerintah
Kab. Tasikmalaya, walau unjuk rasa fisik tidak terjadi namun viral secara
virtual menggambarkan daya sebarnya sangat luas dan saat itulah Kades muncul untuk
memberi ketenangan pada siswa siswi dan orang tuanya.
Unjuk rasa
merupakan sebuah kenicayaan di alam demokrasi ini, namun sedikit nggak habis
pikir mengapa gara-gara guru dimutasi malah alumni yang bergerak bukan siswa yang
sedang belajar langsung, bukankah suasana
saat alumni sekolah jauh berbeda dengan saat ini, ibarat saya mengidolakan
kepala sekolah terus saat saya sudah kuliah beliau dimutasi apa harus anjuk
rasa, bukankah mutasi, promosi dan demosi merupakan hal biasa untuk seorang
ASN, kecuali jika gedung sekolah ditutup baru alumni bersikap karena unsur
nostalgia saat masa indah-indahnya bersekolah, kalau terkait personal rasanya
kurang nyambung.
Kembali kesambutan
Kades setelah menyimak berulang-ulang dari pidato yang berapi-api dapat
disimpulkan isinya senapas dengan visi misi Kementerian Pendidikan dalam upaya
menciptakan budaya positif di sekolah seperti pada menit 11,7 terkait revolusi mental,
menit 12.55 sekolah harus bebas dari komplik kepentingan, serta ungkapan seseorang
harus tahu posisi, dan banyak lagi, sebuah ungkapan yang luar biasa yang
seharusnya hal itu semua keluar dari penjabat yang lebih tinggi semisal Kepala Dinas
maupun yang lainnya.
Budaya positif
merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang harus diterapkan
di sekolah. Budaya Positif di sekolah tidak dapat diciptakan secara instan,
dalam penerapan budaya positif di sekolah diperlukan tuntunan dan tauladan dari
seorang guru. Budaya positif meliputi perubahan paradigma stimulus respons, konsep
disiplin positif, pemenuhan lima kebutuhan dasar manusia. Adapun strategi
menumbuhkan budaya positif di sekolah bisa dilakukan melalui:
Pertama Fokus pada kesehatan mental setiap orang yang ada di
lingkungan sekolah. Kesehatan mental merupakan salah satu elemen penting di lingkungan
sekolah yang baik, tetapi sering kurang diperhatikan, tempat kerja seperti
sekolah sangat rentan terhadap stress, jika ini terus dibiarkan maka akan dapat
mempengaruhi kondisi mental dan fisik kepala sekolah, Guru maupun tenaga kependidikan,
yang pada akhirnya menurunkan kinerja, kepala sekolah wajib memperhatikan hal
ini, melalui kegiatan olah raga bersama-sama, botram, healing, dll.
Kedua Ciptakan
Komunikasi yang efektif, sekolah sebagai masyarakat kecil harus mampu mengelola
informasi, kesetiaan dan ketaatan akan tumbuh dan berkembang jika pemahamannya
cukup. Oleh karena itu informasi di sekolah perlu dikelola dengan baik,
optimalkan bagian humas, forum breifing, mading dan medsos sebagai media untuk
menyampaikan informasi yang harus diketahui oleh semua komponen yang ada di sekolah
baik secara internal maupun eksternal. Karena itu keterbukaan sangat dibutuhkan
sebab tanpa adanya komunikasi akan memunculkan kecurigaan dan keresahan.
Ketiga Tanamkan Toleransi
dalam sekolah. Perbedaan dalam suatu sekolah hal yang wajar, perbedaan dapat
hadir dalam berbagai bentuk, perbedaan budaya, sudut pandang, sering kali
menimbulkan pada pertikaian maka dari itu sikap toleransi saling menghargai merupakan
suatu hal yang penting tidak ada yang
merasa berjasa, paling tahu maupun paling bisa.
Keempat Nilai kinerja kepala
sekolah, guru, tenaga kependidikan secara objektif. Penilaian kinerja adalah
proses yang harus dilakukan untuk memotivasi, agar terus tumbuh dan bekembang namun ketika
menilai harus objektif, artinya penilaian harus berdasarkan kinerja. Oleh karena
itu pencatatan sangat dibutuhkan sebagai
bukti atas semua yang telah dilakukan, dalam bekerja bukan hanya lamanya
bekerja namun seberapa besar kineja yang dilakukan. Kinerja guru salah satunya
ditunjukkan dengan terjadinya interaksi dengan
siswa, di kelas, walaupun yang bersangkutan hadir di lingkungan sekolah
tetapi tidak masuk kelas maka boleh dikatakan kinerjanya kurang.
Kelima adanya apreasiasi, pemberian apresiasi
merupakan suatu hal yang wajar dalam sebuah organisasi oleh karena itu proses punish
and reward sudah harus menjadi suatu hal yang biasa sebagai motivasi dalam bekerja,
pemberian apresiasi tergantung dari motif yang dilakukan, misalnya memberi
kesempatan untuk mengikuti pelatihan, melanjutkan sekolah, dll.
Kelima aspek dalam
menumbuhkan budaya positif tersebut merupakan program yang sedang dikembangkan
oleh Kementerian Pendidikan melalui program prioritasnya seperti program guru
penggerak, sekolah penggerak serta implementasi kurkikulum merdeka, pengembangan
budaya postif di sekolah tujuannya agar siswa belajar dengan tenang, mampu
mengembangkan potensinya sehingga tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, terampil
dan berkarakter sesuai dengan nilai-nilai
profil pelajar Pancasila. Oleh karena itu peran guru dan kepala sekolah sangat
penting seperti diungkap oleh ahli pendikan Sergiovani yang mengatakan:
Tidak ada siswa yang tidak berhasil dididik, yang ada
adalah guru yang tidak berhasil mendidik Tidak ada guru yang tidak berhasil
dibina, yang ada adalah kepala sekolah yang tidak berhasil memimpin, tidak ada
kepala sekolah yang berhasil, yang ada pengawas yang tidak berhasil membina (Sergiovani).
Ungkapan
Sergiovani seorang pakar pendidikan menggambarkan bahwa keberhasilan siswa saat
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh faktor guru, sudah bukan rahasia lagi jika
guru memegang peran sentral dalam upaya meningkatkan keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar. Pakar pendidikan lainnya Johanes Surya mengatakan
bahwa tidak ada anak yang bodoh namun yang ada adalah anak yang belum menemukan
guru yang cocok dalam membimbing siswa. Hal tersebut menegaskan lagi lagi bahwa
guru sangat istimewa dalam upaya untuk meningkatkan hasil pendidikan, sehingga
wajar saat perang dunia kedua Hirosima dan Nagasaki Jepang dibom atom, Khaisar
Hiro Hito saat negerinya luluh lantak dan untuk bangkit lagi yang pertama kali
ditanyakan adalah seberapa banyak guru yang masih hidup, sungguh luar biasa. Betapa
besarnya peranan guru. Guru adalah pelukis masa depan siswa, oleh karena itu
sikap dan perilaku guru sangat mempengaruhi siswa, apalagi siswa jenjang dasar
dan menengah tidak sedikit guru lebih dituruti daripada orang tuanya.
Kemampuan siswa
dalam belajar merupakan hubungan sebab akibat antara guru dan siswa yang jika
dilakukan formulasi maka akan terjadi hubungan jika ... maka, misalnya:
Jika siswa ingin disiplin maka gurunya harus disiplin, artinya jika guru menginginkan
siswanya sebagai sosok pribadi yang disiplin
maka guru itu sendiri harus menunjukkan sikap disiplin dalam berbagai hal,
datang dan pulang tepat waktu, hasil ulangan diperiksa dan dibagikan sesuai
jadwal.
Jika siswa ingin
berpenampilan rapi maka guru harus berpenampilan rapi, artinya jika guru menghendaki siswa yang rapi bersih dalam
berpakaian maupun bertidak maka guru pun hendaknya tampil dengan rapi dan
bersih. Rapi dan bersih bukan berarti harus dengan menggunakan barang mahal dan
baru.
Jika siswa ingin menghormati
guru maka guru harus menghormati siswa, artinya saat guru menuntut agar anak
harus hormat terhadap guru dan sesama teman lainnya, hendaknya guru menunjukkan
rasa hormat pada siswa, karena siswa itu pun adalah individu manusia yang
membutuhkan pengakuan dan kasih sayang.
Jika siswa tidak banyak
protes maka guru jangan menjadi tukang protes artinya akibat guru suka protes terkait kebijakan sekolah maka akan
mewarnai saat guru berinterkasi di kelas bahkan tidak sedikit hal itu terungkap
saat di kelas.
Sekolah tidak akan
mampu berkembang tanpa orang-orang hebat yang menggerakkannya. Oleh karena itu
dibutuhkan budaya organsiasi sekolah yang positif, budaya positif yang baik
akan membantu meningkatkan kualitas setiap kepala sekolah, guru, PTK serta membuka
pintu lebar- lebar bagi sekolah untuk meraih keberhasilan.
Pidato kepala desa
yang disimak melalui kanal youtube membuka kotak pandora apa yang terjadi di sekolah, almamater, dan berdasarkan
penelusuran ini merupakan hal pertama kali saya temui. Apreasiasi tinggi untuk
pak kades yang muda dan ganteng jangan lelah berinovasi semoga sinergisitas
trimitra Pendidikan: sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat terwujud melalui
sikap responsif pa Kades dan Alhamdulilah saat mudik nanti gedung sekolah masih
asri dan kokoh tidak terbayang jika sebagaimana diungkapkan dalam pidato
terjadi akan melihat gedung sekolah korban unjuk rasa. Untuk komponen sekolah
mari bergerak, menggerakkan untuk meningkatkan mutu siswa sehingga harapan
orang tua yang menyekolahkan putra putrinya bisa diwujudkan…semoga…