PIDATO KADES DAN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

Penulis Tatang Sunendar

Dibaca: 1208 kali

Ilustrasi

Oleh Tatang Sunendar

(Alumni SMPN Cisayong tahun 76)

 

Adalah kiriman empat buah link yuotube dari seorang sahabat di kampung halaman  menginformasikan terjadinya keriuhan di sekolah almamater saat di SMP, isinya ada yang  berupa testimoni seorang guru sebagai korban mutasi dan forum silaturahmi unsur muspida setempat dengan guru, kepala sekolah dan lainnya. Dari keempat link youtube itu yang menarik  saya adalah sambutan seorang Kepala Desa (Kades), sosok masih muda ganteng dan nampaknya punya visi untuk memajukan daerahnya. Muncul pertanyaaan mengapa pa Kades memberi sambutan pada acara silaturahmi tersebut.

Adalah peristiwa sebelumnya yang mengabarkan terjadinya unjukrasa yang dilakukan alumni SMPN Cisayong terhadap sekolah akibat salah seorang gurunya dimutasi oleh pemerintah Kab. Tasikmalaya, walau unjuk rasa fisik tidak terjadi namun viral secara virtual menggambarkan daya sebarnya sangat luas dan saat itulah Kades muncul untuk memberi ketenangan pada siswa siswi dan orang tuanya.

Unjuk rasa merupakan sebuah kenicayaan di alam demokrasi ini, namun sedikit nggak habis pikir mengapa gara-gara guru dimutasi malah alumni yang bergerak bukan siswa yang sedang  belajar langsung, bukankah suasana saat alumni sekolah jauh berbeda dengan saat ini, ibarat saya mengidolakan kepala sekolah terus saat saya sudah kuliah beliau dimutasi apa harus anjuk rasa, bukankah mutasi, promosi dan demosi merupakan hal biasa untuk seorang ASN, kecuali jika gedung sekolah ditutup baru alumni bersikap karena unsur nostalgia saat masa indah-indahnya bersekolah, kalau terkait personal rasanya kurang nyambung.

Kembali kesambutan Kades setelah menyimak berulang-ulang dari pidato yang berapi-api dapat disimpulkan isinya senapas dengan visi misi Kementerian Pendidikan dalam upaya menciptakan budaya positif di sekolah seperti pada menit 11,7 terkait revolusi mental, menit 12.55 sekolah harus bebas dari komplik kepentingan, serta ungkapan seseorang harus tahu posisi, dan banyak lagi, sebuah ungkapan yang luar biasa yang seharusnya hal itu semua keluar dari penjabat yang lebih tinggi semisal Kepala Dinas maupun yang lainnya.

Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang harus diterapkan di sekolah. Budaya Positif di sekolah tidak dapat diciptakan secara instan, dalam penerapan budaya positif di sekolah diperlukan tuntunan dan tauladan dari seorang guru. Budaya positif meliputi perubahan paradigma stimulus respons, konsep disiplin positif, pemenuhan lima kebutuhan dasar manusia. Adapun strategi menumbuhkan budaya positif di sekolah bisa dilakukan melalui:

Pertama Fokus pada kesehatan mental setiap orang yang ada di lingkungan sekolah. Kesehatan mental merupakan salah satu elemen penting di lingkungan sekolah yang baik, tetapi sering kurang diperhatikan, tempat kerja seperti sekolah sangat rentan terhadap stress, jika ini terus dibiarkan maka akan dapat mempengaruhi kondisi mental dan fisik kepala sekolah, Guru maupun tenaga kependidikan, yang pada akhirnya menurunkan kinerja, kepala sekolah wajib memperhatikan hal ini, melalui kegiatan olah raga bersama-sama, botram, healing, dll.

Kedua Ciptakan Komunikasi yang efektif, sekolah sebagai masyarakat kecil harus mampu mengelola informasi, kesetiaan dan ketaatan akan tumbuh dan berkembang jika pemahamannya cukup. Oleh karena itu informasi di sekolah perlu dikelola dengan baik, optimalkan bagian humas, forum breifing, mading dan medsos sebagai media untuk menyampaikan informasi yang harus diketahui oleh semua komponen yang ada di sekolah baik secara internal maupun eksternal. Karena itu keterbukaan sangat dibutuhkan sebab tanpa adanya komunikasi akan memunculkan kecurigaan dan keresahan.

Ketiga Tanamkan Toleransi dalam sekolah. Perbedaan dalam suatu sekolah hal yang wajar, perbedaan dapat hadir dalam berbagai bentuk, perbedaan budaya, sudut pandang, sering kali menimbulkan pada pertikaian maka dari itu sikap toleransi saling menghargai merupakan suatu  hal yang penting tidak ada yang merasa berjasa, paling tahu maupun paling bisa.

Keempat Nilai kinerja kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan secara objektif. Penilaian kinerja adalah proses yang harus dilakukan untuk memotivasi, agar terus tumbuh dan bekembang   namun ketika menilai harus objektif, artinya penilaian harus berdasarkan kinerja. Oleh karena  itu pencatatan sangat dibutuhkan sebagai bukti atas semua yang telah dilakukan, dalam bekerja bukan hanya lamanya bekerja namun seberapa besar kineja yang dilakukan. Kinerja guru salah satunya ditunjukkan dengan terjadinya interaksi dengan  siswa, di kelas, walaupun yang bersangkutan hadir di lingkungan sekolah tetapi tidak masuk kelas maka boleh dikatakan kinerjanya kurang.

Kelima adanya apreasiasi, pemberian apresiasi merupakan suatu hal yang wajar dalam sebuah organisasi oleh karena itu proses punish and reward sudah harus menjadi suatu hal yang biasa sebagai motivasi dalam bekerja, pemberian apresiasi tergantung dari motif yang dilakukan, misalnya memberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan, melanjutkan sekolah, dll.

Kelima aspek dalam menumbuhkan budaya positif tersebut merupakan program yang sedang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan melalui program prioritasnya seperti program guru penggerak, sekolah penggerak serta implementasi kurkikulum merdeka, pengembangan budaya postif di sekolah tujuannya agar siswa belajar dengan tenang, mampu mengembangkan potensinya sehingga tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, terampil dan berkarakter sesuai dengan  nilai-nilai profil pelajar Pancasila. Oleh karena itu peran guru dan kepala sekolah sangat penting seperti diungkap oleh ahli pendikan Sergiovani yang mengatakan:

Tidak ada siswa yang tidak berhasil dididik, yang ada adalah guru yang tidak berhasil mendidik Tidak ada guru yang tidak berhasil dibina, yang ada adalah kepala sekolah yang tidak berhasil memimpin, tidak ada kepala sekolah yang berhasil, yang ada pengawas yang tidak berhasil  membina (Sergiovani).

Ungkapan Sergiovani seorang pakar pendidikan menggambarkan bahwa keberhasilan siswa saat pembelajaran sangat dipengaruhi oleh faktor guru, sudah bukan rahasia lagi jika guru memegang peran sentral dalam upaya meningkatkan keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Pakar pendidikan lainnya Johanes Surya mengatakan bahwa tidak ada anak yang bodoh namun yang ada adalah anak yang belum menemukan guru yang cocok dalam membimbing siswa. Hal tersebut menegaskan lagi lagi bahwa guru sangat istimewa dalam upaya untuk meningkatkan hasil pendidikan, sehingga wajar saat perang dunia kedua Hirosima dan Nagasaki Jepang dibom atom, Khaisar Hiro Hito saat negerinya luluh lantak dan untuk bangkit lagi yang pertama kali ditanyakan adalah seberapa banyak guru yang masih hidup, sungguh luar biasa. Betapa besarnya peranan guru. Guru adalah pelukis masa depan siswa, oleh karena itu sikap dan perilaku guru sangat mempengaruhi siswa, apalagi siswa jenjang dasar dan menengah tidak sedikit guru lebih dituruti daripada orang tuanya.

Kemampuan siswa dalam belajar merupakan hubungan sebab akibat antara guru dan siswa yang jika dilakukan formulasi maka akan terjadi hubungan jika ... maka, misalnya:

Jika siswa ingin disiplin maka gurunya harus disiplin, artinya jika guru menginginkan siswanya  sebagai sosok pribadi yang disiplin maka guru itu sendiri harus menunjukkan sikap disiplin dalam berbagai hal, datang dan pulang tepat waktu, hasil ulangan diperiksa dan dibagikan sesuai jadwal.

Jika siswa ingin berpenampilan rapi maka guru harus berpenampilan rapi, artinya jika guru  menghendaki siswa yang rapi bersih dalam berpakaian maupun bertidak maka guru pun hendaknya tampil dengan rapi dan bersih. Rapi dan bersih bukan berarti harus dengan menggunakan barang mahal dan baru.

Jika siswa ingin menghormati guru maka guru harus menghormati siswa, artinya saat guru menuntut agar anak harus hormat terhadap guru dan sesama teman lainnya, hendaknya guru menunjukkan rasa hormat pada siswa, karena siswa itu pun adalah individu manusia yang membutuhkan pengakuan dan kasih sayang.

Jika siswa tidak banyak protes maka guru jangan menjadi tukang protes artinya akibat guru suka  protes terkait kebijakan sekolah maka akan mewarnai saat guru berinterkasi di kelas bahkan tidak sedikit hal itu terungkap saat di kelas.

Sekolah tidak akan mampu berkembang tanpa orang-orang hebat yang menggerakkannya. Oleh karena itu dibutuhkan budaya organsiasi sekolah yang positif, budaya positif yang baik akan membantu meningkatkan kualitas setiap kepala sekolah, guru, PTK serta membuka pintu lebar- lebar bagi sekolah untuk meraih keberhasilan.

Pidato kepala desa yang disimak melalui kanal youtube membuka kotak pandora apa yang terjadi  di sekolah, almamater, dan berdasarkan penelusuran ini merupakan hal pertama kali saya temui. Apreasiasi tinggi untuk pak kades yang muda dan ganteng jangan lelah berinovasi semoga sinergisitas trimitra Pendidikan: sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat terwujud melalui sikap responsif pa Kades dan Alhamdulilah saat mudik nanti gedung sekolah masih asri dan kokoh tidak terbayang jika sebagaimana diungkapkan dalam pidato terjadi akan melihat gedung sekolah korban unjuk rasa. Untuk komponen sekolah mari bergerak, menggerakkan untuk meningkatkan mutu siswa sehingga harapan orang tua yang menyekolahkan putra putrinya bisa diwujudkan…semoga…

 

 

 

 

 

 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...