ARIF SETIAWAN, SOSOK ASN MULTITALENT DAN INSPIRATIF

Penulis: Dr. Muslich Taman

Dibaca: 1047 kali

Drs. Arif Setiawan, MM

Oleh Dr. Muslich Taman

(Humas SMAN I Rumpin KCD. Wil. I)

 

Berpenampilan rapi, selalu ceria, humoris, disiplin, dan memiliki semangat tinggi, itulah sosoknya. Usia biologisnya memang sudah tidak muda lagi. Tetapi semangatnya masih luar biasa. Kegigihan belajarnya tak mau kalah dengan yang muda. Sudah segudang pengalaman dimiliki, namun kerendahan hatinya tidak membuatnya gengsi dan malu untuk terus belajar.

Kini sang mantan Kepala Sekolah Berprestasi yang sudah malang melintang bertugas di berbagai SMA Negeri di wilayah dinas pendidikan Jawa Barat tersebut, kembali mengabdi di sekolah pertama kali dahulu beliau ditugaskan saat CPNS. Yaitu, SMA Negeri I Rumpin Kabupaten Bogor. Di sinilah beliau saat ini kembali mengajar, menjalani pengabdian sebagai Aparatur Sipil Negara menuju masa purna baktinya.

Berbagai prestasi dan beragam karya telah berhasil diukir sepanjang hidupnya. Sosok ayah yang kini dikaruniai 2 anak dan 1 cucu tersebut, seolah memang diciptakan Tuhan untuk menjadi sosok manusia berprestasi. Begitulah takdir Tuhan untuk dirinya. Sejak masa remaja hingga dewasa menjelang pensiun saat ini. Terhitung tak kurang dari 150 kali juara lomba menyanyi mulai tingkat daerah s.d. nasional (1988 – 2002) telah berhasil diraihnya. Aktif di dunia entertaint sebagai singer dan MC profesional. Bukan hanya itu, terkait dengan profesinya sebagai guru dan Kepala Sekolah, prestasi Arif Setiawan juga patut menjadi teladan. Beliau pernah Juara I Guru Teladan Tingkat Kabupaten Bogor 2001, Juara III Guru Teladan Tingkat Provinsi Jawa Barat 2001, Juara II Kepala Sekolah Berprestasi Tk. Kabupaten Bogor 2010, dan masih banyak lagi prestasi beliau lainnya.

Arif, yang merupakan Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia jebolan IKIP Bandung ini saat ditanya, apa yang melatarbelakangi prinsip hidupnya yang gigih?

Dengan haru dan mata berkaca-kaca beliau menceritakan, bahwa ia merupakan anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Ia terlahir dari keluarga tidak mampu. Ibunya sebagai pembantu rumah tangga, dan ayahnya sebagai kuli bangunan. Arif menjelaskan, bahwa prinsip hidup gigihnya semata-mata karena berpegang teguh pada nasehat sang ibu,. Saat Arif masih kecil, ibu selalu menasehati, “Kita mah orang miskin. Jangan macam-macam, jangan sombong! Baik-baiklah dalam pergaulan dengan siapa pun. Kalau orang lain baik kepada kita, itu karena sayang, bukan karena kasihan!” Tegas sang ibu. Begitu juga saat mendapatkan SK PNS, ibunya menasehati, “Besok kamu jadi PNS. Ingat, harus jujur dan bekerja sebaik mungkin. Jangan ngejar-ngejar jabatan! Kalau mau jabatan, biarlah atasan dan teman-teman kamu yang menilai. Kalau mau punya apa-apa, kamu harus punya penghasilan sampingan. Karena gaji pegawai negeri mah, semua orang sudah bisa mengukurnya.” Kisah Arif penuh haru, mengenang nasehat ibunda.

Di momen spesial dimana saya secara khusus berbincang santai dengan sosoknya, beliau menyatakan syukur kepada Allah karena telah mengaruniakan kepadanya sehat wal afiat hingga saat ini. Begitu juga atas karunia keluarga yang bahagia. Keluarga yang sepenuhnya mendukung dan menguatkan peran yang dijalaninya selama ini, terutama peran dirinya sebagai Aparatur Sipil Negara, baik guru maupun Kepala Sekolah. Beliau benar-benar bangga pada keluarga, yang berkat doa dan support mereka, beliau mampu menunaikan berbagai tugas yang ada dengan sebaik-baiknya, hingga menuju masa purna tugas saat ini. Beragam tantangan dan ujian yang ada, dapat dihadapi dan diselesaikan dengan semaksimal mungkin. Masa-masa kritis dan dilematis pun berhasil dilalui, khususnya menghadapi birokrasi saat menduduki posisi sebagai Kepala Sekolah. Itulah saat-saat yang cukup berat bagi saya, tegas Arif.

Arif Sea, begitu panggilan bekennya, dalam pandangan saya adalah sosok yang qana`ah dan rendah hati. Di saat diberlakukan peraturan periodesasi Kepala Sekolah, dimana kala itu ada sebagian dari teman-temannya merasa keberatan dengan kebijakan yang ada, beliau menerima kebijakan tersebut dengan legowo, berusaha menerimanya dengan lapang dada, dan menyikapi kenyataan yang ada, dengan besar jiwa. Beliau langsung siap, tanpa rasa berat, untuk kembali menjadi guru lagi, dan siap untuk masuk kelas lagi mengajar seperti dulu 16 tahun silam. Tanpa ada rasa gengsi dan canggung, meski harus kumpul bersama para guru muda yang dulu mereka pernah menjadi muridnya.

Drs. Arif Setiawan, MM., pria kelahiran Cianjur 31 Januari 1965, kini dikaruniai dua anak laki-laki dan seorang cucu semata wayang. Beliau merasa sangat berbahagia dengan keluarga yang Allah limpahkan kepadanya. Keluarga yang harmonis dan anak-anak yang berbakti. Kedua anaknya telah berhasil meraih gelar sarjana. Keduanya menjalani karir mengikuti jejak sanga ayah. Sebagai guru dan MC profesional di berbagai event. Semoga berbahagia dan berlimpah berkah untukmu Pak Arif & keluarga…


Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...