Penulis: Dr. Muslich Taman
Drs. Arif Setiawan, MM
Oleh Dr. Muslich
Taman
(Humas SMAN I
Rumpin KCD. Wil. I)
Berpenampilan
rapi, selalu ceria, humoris, disiplin, dan memiliki semangat tinggi, itulah
sosoknya. Usia biologisnya memang sudah tidak muda lagi. Tetapi semangatnya
masih luar biasa. Kegigihan belajarnya tak mau kalah dengan yang muda. Sudah
segudang pengalaman dimiliki, namun kerendahan hatinya tidak membuatnya gengsi
dan malu untuk terus belajar.
Kini sang mantan
Kepala Sekolah Berprestasi yang sudah malang melintang bertugas di berbagai SMA
Negeri di wilayah dinas pendidikan Jawa Barat tersebut, kembali mengabdi di
sekolah pertama kali dahulu beliau ditugaskan saat CPNS. Yaitu, SMA Negeri I
Rumpin Kabupaten Bogor. Di sinilah beliau saat ini kembali mengajar, menjalani
pengabdian sebagai Aparatur Sipil Negara menuju masa purna baktinya.
Berbagai prestasi
dan beragam karya telah berhasil diukir sepanjang hidupnya. Sosok ayah yang
kini dikaruniai 2 anak dan 1 cucu tersebut, seolah memang diciptakan Tuhan
untuk menjadi sosok manusia berprestasi. Begitulah takdir Tuhan untuk dirinya.
Sejak masa remaja hingga dewasa menjelang pensiun saat ini. Terhitung tak
kurang dari 150 kali juara lomba menyanyi mulai tingkat daerah s.d. nasional
(1988 – 2002) telah berhasil diraihnya. Aktif di dunia entertaint sebagai
singer dan MC profesional. Bukan hanya itu, terkait dengan profesinya sebagai guru
dan Kepala Sekolah, prestasi Arif Setiawan juga patut menjadi teladan. Beliau
pernah Juara I Guru Teladan Tingkat Kabupaten Bogor 2001, Juara III Guru Teladan Tingkat Provinsi Jawa Barat 2001, Juara
II Kepala Sekolah Berprestasi Tk. Kabupaten Bogor 2010, dan masih banyak lagi
prestasi beliau lainnya.
Arif, yang
merupakan Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia jebolan IKIP Bandung
ini saat ditanya, apa yang melatarbelakangi prinsip hidupnya yang gigih?
Dengan haru dan
mata berkaca-kaca beliau menceritakan, bahwa ia merupakan anak ketujuh dari
sembilan bersaudara. Ia terlahir dari keluarga tidak mampu. Ibunya sebagai
pembantu rumah tangga, dan ayahnya sebagai kuli bangunan. Arif menjelaskan, bahwa
prinsip hidup gigihnya semata-mata karena berpegang teguh pada nasehat sang
ibu,. Saat Arif masih kecil, ibu selalu
menasehati, “Kita mah orang
miskin. Jangan macam-macam, jangan sombong! Baik-baiklah dalam pergaulan dengan
siapa pun. Kalau orang lain baik kepada kita, itu karena sayang, bukan karena
kasihan!” Tegas sang ibu. Begitu juga
saat mendapatkan SK PNS, ibunya menasehati, “Besok kamu jadi PNS. Ingat,
harus jujur dan bekerja sebaik mungkin. Jangan ngejar-ngejar jabatan! Kalau mau
jabatan, biarlah atasan dan teman-teman kamu yang menilai. Kalau mau punya
apa-apa, kamu harus punya penghasilan sampingan. Karena gaji pegawai negeri mah, semua orang sudah bisa
mengukurnya.” Kisah Arif penuh haru,
mengenang nasehat ibunda.
Di momen spesial
dimana saya secara khusus berbincang santai dengan sosoknya, beliau menyatakan
syukur kepada Allah karena telah mengaruniakan kepadanya sehat wal afiat hingga
saat ini. Begitu juga atas karunia keluarga yang bahagia. Keluarga yang
sepenuhnya mendukung dan menguatkan peran yang dijalaninya selama ini, terutama
peran dirinya sebagai Aparatur Sipil Negara, baik guru maupun Kepala Sekolah. Beliau
benar-benar bangga pada keluarga, yang berkat doa dan support mereka, beliau
mampu menunaikan berbagai tugas yang ada dengan sebaik-baiknya, hingga menuju
masa purna tugas saat ini. Beragam tantangan dan ujian yang ada, dapat dihadapi
dan diselesaikan dengan semaksimal mungkin. Masa-masa kritis dan dilematis pun
berhasil dilalui, khususnya menghadapi birokrasi saat menduduki posisi sebagai
Kepala Sekolah. Itulah saat-saat yang cukup berat bagi saya, tegas Arif.
Arif Sea, begitu
panggilan bekennya, dalam pandangan saya adalah sosok yang qana`ah dan rendah
hati. Di saat diberlakukan peraturan periodesasi Kepala Sekolah, dimana kala itu
ada sebagian dari teman-temannya merasa keberatan dengan kebijakan yang ada, beliau
menerima kebijakan tersebut dengan legowo, berusaha menerimanya dengan lapang
dada, dan menyikapi kenyataan yang ada, dengan besar jiwa. Beliau langsung
siap, tanpa rasa berat, untuk kembali menjadi guru lagi, dan siap untuk masuk
kelas lagi mengajar seperti dulu 16 tahun silam. Tanpa ada rasa gengsi dan canggung,
meski harus kumpul bersama para guru muda yang dulu mereka pernah menjadi
muridnya.
Drs. Arif Setiawan,
MM., pria kelahiran Cianjur 31 Januari 1965, kini dikaruniai dua anak laki-laki
dan seorang cucu semata wayang. Beliau merasa sangat berbahagia dengan keluarga
yang Allah limpahkan kepadanya. Keluarga yang harmonis dan anak-anak yang
berbakti. Kedua anaknya telah berhasil meraih gelar sarjana. Keduanya menjalani
karir mengikuti jejak sanga ayah. Sebagai guru dan MC profesional di berbagai
event. Semoga berbahagia dan berlimpah berkah untukmu Pak Arif & keluarga…