Penulis: Dr. H. Dedi Nurhadiat, M.Pd.
Dr. H. Dedi Nurhadiat, M.Pd.
Oleh Dr. H. Dedi Nurhadiat, M.Pd.
Serial film Si Unyil berhasil mengusir
draf film Upin-Ipin dari NKRI hingga animasi ini pergi ke negeri Jiran. Namun
kreatornya yang bertempat tinggal di Bekasi, sempat membuat animasi Asmaul
Husna yang dibeli Ary Ginanjar Agustian. Sang animator penggagas Upin-Ipin
sempat dirangkul oleh pecinta burung Elang dari Subang, Jawa Barat. Sehingga
lahirlah Waglo. Bagai mana kisahnya?
Sejak kecil penulis naskah ini, merupakan
pecinta burung elang. Sejak kuliah di jurusan Seni Rupa di IKIP Bandung Tahun
1983. Saya sebagai penulis sudah tertarik dengan film animasi, di samping
menulis naskah dan menulis ceritera. Pernah bermimpi ingin membuat film atau
buku ceritera tentang elang.
Sayangnya di jurusan Seni Rupa IKIP
Bandung pelajaran menggambar illustrasi hanya beberapa SKS saja, sehingga
terasa sangat tidak maksimal. Walau di bangku perkuliajan, banyak bergaul
dengan para Kartunis Bandung (Karung).Penulis sering sekali mempelajari gambar
kartun secara autodidak, di samping bergaul dengan para kartunis dari majalah Mangle
dan Koran Gala yang populer saat itu di Jawa Barat.
Dari perjalanan panjang itu, pilihan akhir
fokus pada dunia tulis menulis berkesenian saja. Karena karya tulisan itu juga
sering dilengkapi gambar-gambar atau foto. Sehingga kegemaran menggambar masih
bisa disalurkan.
Setelah berhasil menerbitkan buku
pelajaran di PT. Intermasa, Jakarta. Wawasan tentang gambar illustrasi semakin
berkembang. Sehingga mampu mengarang buku yang dilengkapi gambar-gambar.
Sejak bergabung dengan penerbit PT. Gramedia,
Jakarta. Yang saat itu, penulis memfokuskan diri khusus untuk buku pelajaran.
Gramedia membelah diri, salah satu pecahannya bernama PT. Grasindo. Di sinilah
mulai berkenalan dengan para illustrator. Dan banyak mempelajari teknik
menggambar lewat media elektronika.
Di penerbit sebesar Grasindo, pembagian
peran antara penulis, editor, ilustrator sangat profesional. Di sinilah wawasan
semakin luas. Karena sering sekali penulis menerima hadiah buku-buku bacaan
secara cuma-cuma, berupa parsel. Parsel yang umumnya berisi makanan itu, dari
Grasindo berisi buku. Kiriman parsel hampir setiap menjelang lebaran Idulfitri.
Dari buku hadiah itu, banyak yang isinya
tentang buku cerita dan teknik menggambar ilustrasi dengan komputer. Seiring
perjalanan waktu, banyak juga mengamati film cerita anak, bertepatan dengan
populernya film boneka serial Si Unyil.
Saat sedang gigih mempelajari konsep
menggambar ilustrasi secara digital, tak disengaja berkenalan dengan penggagas
film animasi Upin-Ipin, yang ditolak oleh manajemen TVRI saat itu. Penulis
semakin dekat dengan animator tersebut, sejak film aninasinya populer lewat
negara Malaysia. Penulis sering berdialog tentang kisah dijual lepasnyanya
Upin-Ipin ke negara tetangga. Katakanlah animator itu Ustad Abu Sofyan namanya.
Pertemuan dengan Pak Abu Sofyan cukup
berarti sekali. Karena saya seorang penulis buku pelajaran, sedang beliau
sebagai animator pertama yang saya kenal. Tampaknya saya harus berguru banyak
hal. Apalagi saat itu beberapa karyanya dibeli oleh Pak Ary Ginanjar Agustian
seorang motivator.
Dari pertemuan dengan animator Indonesia,
lulusan dari China itu, wawasan dunia berkesenian saya sebagai penulis
tertantang. Akhirnya berceriteralah Burung Elang dan tentang gagasan membuka
tempat wisata di Subang, Jawa Barat. Karena saat itu penulis didukung oleh
royalty penulisan buku pelajaran, yang cukup lumayan.
Perkenalan dengan sang animator, banyak
peluang menembus layar kaca. Sehingga muncullah konsep publikasi di TVRI dan TV
swasta. Tepatnya lewat MNC TV. Akhirnya banyak konsep bisa dipublikasikan lewat
media televisi. Bahkan saat ini masih bisa dilacak di google dan youtube.
Dalam waktu singkat logo Waglo dirancang
oleh seorang ahli di bidang animator itu. Logo waglo yang dibuat benar-benar mencerminkan
lingkungan yang sesungguhnya. Walau hanya sekilas konsep Waglo dijelaskan, bisa
terangkum dalam sebuah gambar.
Masih ingat saat itu penulis bercerita
tentang burung elang dan hewan liar di lokasi outbound dan perkemahan. Tak lama
berselang, pertemuan berikutnya langsung tercipta logo yang mewakili kisah itu.
Logo itu, awal mulanya menyerupai buah
manggis. Karena di sekitar bukit itu banyak pohon yang buahnya manis, jika
warna kulitnya sudah kecoklatan, namun didalamnya berwarna putih. Itulah
manggis yang banyak ditanam di lokasi.
Di dalam logo itu juga, ada miniatur air,
dan simbol pohon. Logo Waglo itu, kemudian berkembang menjadi gambar aneka
binatang dan unggas. Dengan demikian bisa mewakili keadaan alam yang
sesungguhnya.
Logo yang direvisi terakhir kali, dianggap
telah mewakili ide dan konsep keseluruhan. Karena dijabarkan oleh animator
secara komprehensip untuk gambar di Jaket, kaos, gantungan kunci, hingga semua
berkas surat menyurat.
Simbol air lebih dominan karena kolam
renang nenjadi tujuan utama wisata lokal, disamping area pemancingan dan kolam
air deras. Pusat perkemahan, dan tempat outbound berada di sekitar aneka
tumbuhan liar yang dipelihara. Inilah yang merupakan ciri utama lokasi ini.
Semua terekam dalam logo.
Film boneka Si Unyil, film Upin-Ipin,
animasi As-maul Husna, dst; menjadi inspirasi lahirnya konsep Waglo. Hubungan
baik dengan para artis dalam dan luar negeri, banyak muncul karena
konsep-konsep dari sang animator itu. Ikatan kekeluargaan dan presentasi konsep itu
perlu link yang terpelihara. Gagasan yang kita miliki itu perlu dukungan dari
berbagai pihak. (DN)