FILM SI UNYIL, UPIN-IPIN, DITANGKAP PECINTA BURUNG ELANG

Penulis: Dr. H. Dedi Nurhadiat, M.Pd.

Dibaca: 470 kali

Dr. H. Dedi Nurhadiat, M.Pd.

Oleh Dr. H. Dedi Nurhadiat, M.Pd.

 

Serial film Si Unyil berhasil mengusir draf film Upin-Ipin dari NKRI hingga animasi ini pergi ke negeri Jiran. Namun kreatornya yang bertempat tinggal di Bekasi, sempat membuat animasi Asmaul Husna yang dibeli Ary Ginanjar Agustian. Sang animator penggagas Upin-Ipin sempat dirangkul oleh pecinta burung Elang dari Subang, Jawa Barat. Sehingga lahirlah Waglo. Bagai mana kisahnya?

Sejak kecil penulis naskah ini, merupakan pecinta burung elang. Sejak kuliah di jurusan Seni Rupa di IKIP Bandung Tahun 1983. Saya sebagai penulis sudah tertarik dengan film animasi, di samping menulis naskah dan menulis ceritera. Pernah bermimpi ingin membuat film atau buku ceritera tentang elang.

Sayangnya di jurusan Seni Rupa IKIP Bandung pelajaran menggambar illustrasi hanya beberapa SKS saja, sehingga terasa sangat tidak maksimal. Walau di bangku perkuliajan, banyak bergaul dengan para Kartunis Bandung (Karung).Penulis sering sekali mempelajari gambar kartun secara autodidak, di samping bergaul dengan para kartunis dari majalah Mangle dan Koran Gala yang populer saat itu di Jawa Barat.

Dari perjalanan panjang itu, pilihan akhir fokus pada dunia tulis menulis berkesenian saja. Karena karya tulisan itu juga sering dilengkapi gambar-gambar atau foto. Sehingga kegemaran menggambar masih bisa disalurkan.

Setelah berhasil menerbitkan buku pelajaran di PT. Intermasa, Jakarta. Wawasan tentang gambar illustrasi semakin berkembang. Sehingga mampu mengarang buku yang dilengkapi gambar-gambar.

Sejak bergabung dengan penerbit PT. Gramedia, Jakarta. Yang saat itu, penulis memfokuskan diri khusus untuk buku pelajaran. Gramedia membelah diri, salah satu pecahannya bernama PT. Grasindo. Di sinilah mulai berkenalan dengan para illustrator. Dan banyak mempelajari teknik menggambar lewat media elektronika.

Di penerbit sebesar Grasindo, pembagian peran antara penulis, editor, ilustrator sangat profesional. Di sinilah wawasan semakin luas. Karena sering sekali penulis menerima hadiah buku-buku bacaan secara cuma-cuma, berupa parsel. Parsel yang umumnya berisi makanan itu, dari Grasindo berisi buku. Kiriman parsel hampir setiap menjelang lebaran Idulfitri.

Dari buku hadiah itu, banyak yang isinya tentang buku cerita dan teknik menggambar ilustrasi dengan komputer. Seiring perjalanan waktu, banyak juga mengamati film cerita anak, bertepatan dengan populernya film boneka serial Si Unyil.

Saat sedang gigih mempelajari konsep menggambar ilustrasi secara digital, tak disengaja berkenalan dengan penggagas film animasi Upin-Ipin, yang ditolak oleh manajemen TVRI saat itu. Penulis semakin dekat dengan animator tersebut, sejak film aninasinya populer lewat negara Malaysia. Penulis sering berdialog tentang kisah dijual lepasnyanya Upin-Ipin ke negara tetangga. Katakanlah animator itu Ustad Abu Sofyan namanya.

Pertemuan dengan Pak Abu Sofyan cukup berarti sekali. Karena saya seorang penulis buku pelajaran, sedang beliau sebagai animator pertama yang saya kenal. Tampaknya saya harus berguru banyak hal. Apalagi saat itu beberapa karyanya dibeli oleh Pak Ary Ginanjar Agustian seorang motivator.

Dari pertemuan dengan animator Indonesia, lulusan dari China itu, wawasan dunia berkesenian saya sebagai penulis tertantang. Akhirnya berceriteralah Burung Elang dan tentang gagasan membuka tempat wisata di Subang, Jawa Barat. Karena saat itu penulis didukung oleh royalty penulisan buku pelajaran, yang cukup lumayan.

Perkenalan dengan sang animator, banyak peluang menembus layar kaca. Sehingga muncullah konsep publikasi di TVRI dan TV swasta. Tepatnya lewat MNC TV. Akhirnya banyak konsep bisa dipublikasikan lewat media televisi. Bahkan saat ini masih bisa dilacak di google dan youtube.

Dalam waktu singkat logo Waglo dirancang oleh seorang ahli di bidang animator itu. Logo waglo yang dibuat benar-benar mencerminkan lingkungan yang sesungguhnya. Walau hanya sekilas konsep Waglo dijelaskan, bisa terangkum dalam sebuah gambar.

Masih ingat saat itu penulis bercerita tentang burung elang dan hewan liar di lokasi outbound dan perkemahan. Tak lama berselang, pertemuan berikutnya langsung tercipta logo yang mewakili kisah itu.

Logo itu, awal mulanya menyerupai buah manggis. Karena di sekitar bukit itu banyak pohon yang buahnya manis, jika warna kulitnya sudah kecoklatan, namun didalamnya berwarna putih. Itulah manggis yang banyak ditanam di lokasi.

Di dalam logo itu juga, ada miniatur air, dan simbol pohon. Logo Waglo itu, kemudian berkembang menjadi gambar aneka binatang dan unggas. Dengan demikian bisa mewakili keadaan alam yang sesungguhnya.

Logo yang direvisi terakhir kali, dianggap telah mewakili ide dan konsep keseluruhan. Karena dijabarkan oleh animator secara komprehensip untuk gambar di Jaket, kaos, gantungan kunci, hingga semua berkas surat menyurat.

Simbol air lebih dominan karena kolam renang nenjadi tujuan utama wisata lokal, disamping area pemancingan dan kolam air deras. Pusat perkemahan, dan tempat outbound berada di sekitar aneka tumbuhan liar yang dipelihara. Inilah yang merupakan ciri utama lokasi ini. Semua terekam dalam logo.

Film boneka Si Unyil, film Upin-Ipin, animasi As-maul Husna, dst; menjadi inspirasi lahirnya konsep Waglo. Hubungan baik dengan para artis dalam dan luar negeri, banyak muncul karena konsep-konsep dari sang animator itu. Ikatan kekeluargaan dan presentasi   konsep itu perlu link yang terpelihara. Gagasan yang kita miliki itu perlu dukungan dari berbagai pihak. (DN)

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...