Penulis: Yeti Sumiati, S.P., M.P.
Yeti Sumiati, S.P., M.P.
(Guru SMKN 1 Cugenang)
Allah SWT
menciptakan alam semesta beserta isinya seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan
dengan hikmah. Semua ciptaan-Nya tidak ada yang tidak berguna dan manusia
diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengambil manfaat dari hewan dan
tumbuhan, sebagimana firman Allah SWT Quran Surat As-Sajdah ayat 27 yang
artinya
“Dan
apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang
mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu
tanaman yang daripadanya makanan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka
apakah mereka tidak memperhatikan”(Q.S. As-Sajdah: 27).
Ayat di atas
memberi petunjuk bahwa Allah SWT menciptakan hewan dan tumbuhan untuk
kepentingan manusia. Manusia berkewajiban untuk berpikir tentang ciptaan-Nya
dan mengembangkannya menjadi suatu ilmu pengetahuan dan dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Tumbuhan
adalah salah satu sumber daya alam penting ciptaan Tuhan, yang memiliki nilai
khusus baik dari segi ekonomi maupun manfaatnya. Usaha pencarian senyawa baru
dalam tumbuhan harus terus menerus diteliti karena kemungkinan akan menemukan
senyawa baru yang berguna bagi kehidupan manusia.
Ada tumbuhan
yang dibudidayakan, ada pula tumbuhan yang dibiarkan tumbuh liar di alam.
Tumbuhan yang dibudidayakan kemudian sering disebut sebagai tanaman budidaya,
meliputi tanaman pangan, tanaman sayur, tanaman buah, tanaman hias, serta
tanaman rempah dan obat.
Tanaman rempah dan obat ada sebagian yang sudah banyak dibudidayakan,
seperti jahe, ginseng, lidah buaya, kunyit dan lain-lain, ada pula yang
dibiarkan tumbuh dan diambil dari alam, sering disebut sebagai tumbuhan liar.
Di areal
tanaman yang dibudidayakan, tumbuhan liar atau gulma sering tumbuh dan hadir
dengan sendirinya. Keberadaan tumbuhan liar di areal tanaman budidaya sering
dikatakan sebagai pengganggu bagi tanaman budidaya karena bersaing dengan
tanaman budidaya dalam hal air, nutrisi, cahaya, dan tempat/ruang. Dalam
perkembangannya diketahui bahwa semua tanaman liar mempunyai kandungan bahan
untuk obat. Hal ini masuk akal karena di lapangan/areal tanam, tumbuhan
liar/gulma tidak diserang oleh hama dan penyakit seperti halnya tanaman
budidaya, artinya di dalam tumbuhan liar/gulma tersebut terkandung bahan-bahan
yang anti hama dan penyakit (anti jamur, anti bakteri, anti virus).
Sebenarnya
nenek moyang kita sejak dahulu telah memanfaatkan tumbuhan kekayaan alam itu
dengan bijak. Pemanfaatan ramuan alam untuk tujuan kesehatan sudah ada sejak
ratusan tahun silam. Tabib dan herbalis tradisional meracik aneka jenis
tumbuhan menjadi penawar penyakit. Sekarang tradisi tersebut kembali
dilestarikan dengan adanya gerakan kembali ke alam.
Beberapa
tanaman liar yang berkhasiat obat adalah sebagai berikut:
1. Antanan Geude (Centella asiatica (L.) Urb.)
a. Khasiat: antiinfeksi, antitoksik, penurun panas, peluruh air seni.
b. Bagian yang digunakan: seluruh tanaman.
c. Pemakaian:
- Ramuan untuk diminum: 15–30 g pegagan segar direbus, lalu diminum.
Atau daun dilumatkan, lalu diperas dan
diminum airnya.
- Pemakaian luar: daun dilumatkan lalu
ditempelkan pada bagian yang sakit. Pemakaian lain untuk gigitan ular, bisul,
luka berdarah, atau TBC kulit.
d. Cara pemakaian sesuai penyakit:
- Kencing keruh: 30 g pegagan segar direbus dengan air cucian beras dari
bilasan kedua dan airnya diminum.
- Susah kencing: 30 g pegagan segar dilumatkan dan ditempelkan pada
pusar.
- Demam: segenggam daun pegagan segar ditumbuk, ditambah sedikit air dan
garam, kemudian disaring. Ramuan diminum pagi-pagi sebelum makan.
- Darah tinggi: 20 lembar daun pegagan ditambah tiga gelas air direbus
hingga menjadi ¾-nya. Ramuan diminum tiga kali sehari sebanyak ¾ gelas.
- Wasir: 4–5 batang pegagan berikut akar-akarnya direbus dengan dua
gelas air selama ±5 menit lalu diminum selama beberapa hari.
- Pembengkakan hati (liver): 240–600 g pegagan segar direbus dan airnya
diminum secara rutin.
- Campak: 60–120 g pegagan direbus dan airnya diminum.
- Bisul: 30–60 g pegagan segar direbus dan airnya diminum. Pegagan segar
dicuci bersih, dilumatkan, lalu ditempelkan pada bagian yang sakit.
- Mata merah, bengkak: Pegagan segar dicuci bersih, dilumatkan, diperas,
lalu airnya disaring. Air tersebut diteteskan ke mata yang sakit 3– 4 kali
sehari.
- Batuk darah, muntah darah, mimisan: 60–90 g pegagan segar direbus atau
diperas, lalu airnya diminum.
- Batuk kering: segenggam penuh pegagan segar dilumatkan dan diperas. Hasil perasan ditambahkan air dan gula batu secukupnya, lalu diminum.
- Lepra: ¾ genggam pegagan
dicuci, lalu direbus dengan tiga gelas air hingga menjadi ¾-nya. Air rebusan
disaring dan diminum setelah dingin tiga kali sehari sebanyak ¾ gelas.
- Penambah nafsu makan: satu genggam daun pegagan segar direbus dengan
dua gelas air hingga menjadi satu gelas. Air rebusan ini diminum satu gelas
sehari.
- Teh daun pegagan segar berkhasiat: pembangkit nafsu makan, menyegarkan
badan, menenangkan, menurunkan panas, batuk kering, mengeluarkan cacing di
perut, mimisan.
- Lalapan segar pegagan berkhasiat: membersihkan
darah, terutama pada bisul, tukak berdarah; memperbanyak empedu sehingga
memperbaiki gangguan pencernaan.
2. Cakar Ayam (Selaginella doederleinii Hieron.)
a. Khasiat: menurunkan panas, antitoksik, antikanker (antineoplastic),
menghentikan perdarahan (hemostatik), antibengkak (antioedem).
b. Bagian yang digunakan: Seluruh tanaman dan pemakaian kering.
c. Pemakaian:
- Pemakaian untuk diminum: 15–30 g (untuk pengobatan kanker sebanyak 50–100
g) bahan direbus selama 3–4 jam.
- Pemakaian luar: tanaman segar dilumatkan, lalu ditempelkan pada bagian
yang sakit.
d. Contoh Pemakaian sesuai penyakit:
- Kanker : 60 g kering direbus selama 3–4 jam dengan api kecil, lalu
airnya diminum setelah dingin.
- Batuk, radang paru, radang amandel (tonsilitis) : 30 g tanaman ini
direbus dan diminum airnya.
- Jari tangan bengkak : Bahan dilumatkan dan ditempelkan pada bagian
yang sakit.
- Tulang patah : 15–30 g selaginella segar direbus dan diminum airnya.
Untuk pemakaian luar, bahan dilumatkan dan ditempelkan ke tempat yang patah,
yaitu bila patahnya tertutup dan posisi tulangnya baik.
3. Ciplukan (Physalis peruviana L.)
a. Komposisi: Daun
ciplukan mengandung asam sitrat, fisalin sterol/terpen, saponin, flavonoid, dan
alkaloid. Buah ciplukan mengandung asam malat, alkaloid, tanin, cryptoxantin,
vitamin C, dan gula.
b. Bahan: tumbuhan ciplukan yang sudah berbuah dicabut beserta
akar-akarnya dan dibersihkan.
c. Cara membuat: bahan dilayukan dan direbus dengan tiga gelas air
hingga mendidih dan menyisakan satu gelas, kemudian disaring. Ramuan diminum
satu kali sehari.
- Sakit paru-paru: tumbuhan ciplukan lengkap (akar, batang, daun, bunga
dan buahnya), direbus dengan 3–5 gelas air hingga mendidih dan disaring. Ramuan
diminum tiga kali sehari satu gelas.
- Ayan: 8–10 butir buah ciplukan yang sudah dimasak. Buah dimakan setiap
hari secara rutin.
- Borok: satu genggam daun ciplukan ditambah dua sendok air kapur sirih.
Bahan ditumbuk hingga halus. Ramuan ditempelkan pada bagian yang sakit.
4. Ki Kumat (Polygala paniculata L.)
a. Khasiat: sebagai obat yang diperoleh sebagian besar berasal dari
bagian akar tanaman, dikenal mempunyai efek ekspektoran yang dipakai sebagai
obat batuk, asma, dan bronkhitis.
b. Pemanfaatan: air rebusan tanaman ini digunakan sebagai obat gonorrhoe
dan sakit rematik di bagian punggung. Daunnya yang dihaluskan dapat digunakan
untuk mengobati luka. Namun, penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati
karena airnya atau sap-nya dapat menyebabkan rasa perih jika terkena mata.
5. Krokot (Portulaca oleracea L.)
a. Pemakaian: Seluruh bagian herba krokot segar
atau yang telah dikeringkan dapat dimanfaatkan untuk mengobati beberapa
penyakit, antara lain:
- Badan sakit dan pegal, serta gangguan sistem saluran kencing: Sebanyak
9–13 g herba krokot segar direbus dengan tiga gelas air hingga tersisa satu
gelas. Air rebusan tersebut diminum tiga kali sehari.
- Bisul : dengan membuat teh dari herba krokot (secukupnya), lalu teh
krokot diminum setiap hari.
- Borok, eksema, dan radang kulit : Herba segar dicuci bersih, lalu
ditumbuk hingga halus dan ditambahkan sedikit garam. Hasil tumbukan dipakai
untuk menurap bagian yang sakit.
- Demam Krokot : direbus sebentar, tetapi jangan
terlalu matang. Hasil rebusannya lalu dimakan.
- Disentri : 550 g herba krokot segar diuapkan selama 2–4 menit, lalu
ditumbuk hingga halus. Hasil tumbukan diperas hingga menghasilkan 150 ml
cairan. Hasil perasan diminum tiga kali sehari masing-masing sebanyak 50 ml.
- Jantung berdebar : empat batang krokot dicuci dan digiling. Hasil
gilingan ditambahkan ½ cawan air masak dan satu sendok makan madu, lalu
disaring dan diminum bersama satu sendok makan madu dua kali sehari.
- Kencing darah : 13 g krokot dan 25 g daun sendok (Plantago major) direbus dengan tiga gelas air hingga tersisa satu
gelas. Air rebusan diminum dua kali
sehari masing-masing sebanyak satu gelas.
- Luka digigit lipan : Krokot dicuci bersih, ditumbuk hingga halus, lalu
diperas. Air perasan itu disapukan pada luka bekas gigitan.
- Radang usus : Segenggam herba krokot segar dicuci bersih, ditumbuk,
diperas hingga menghasilkan 30 ml cairan. Lalu ditambahkan gula putih
secukupnya dan air hangat kuku hingga menjadi 100 ml. Larutan ini diminum tiga
kali sehari.
- Radang payudara dan wasir berdarah : 13 g herba krokot segar direbus
dengan dua gelas air, lalu air rebusannya diminum.
- Sakit kuning dan radang gusi : 13 gm krokot direbus dengan tiga gelas
air hingga tersisa satu gelas. Diminum tiga kali sehari.
6. Meniran (Phyllanthus urinaria L.)
a. Kandungan kimia: senyawa kimia yang terkandung antara lain zat
filantin, kalium, mineral, damar, dan zat penyamak.
b. Contoh pemakaian sesuai penyakit:
- Sakit kuning : 16 tanaman meniran (akar, batang, daun) dicuci,
ditumbuk halus, rebus dengan dua gelas air susu hingga mendidih dan tersisa
satu gelas. Ramuan disaring dan diminum sekaligus, serta dilakukan setiap hari.
- Malaria : tujuh batang tanaman meniran lengkap ditambah lima biji
bunga cengkeh kering dan satu potong kayu manis dicuci bersih, lalu ditumbuk
halus dan direbus dengan dua gelas air hingga mendidih. Ramuan disaring dan
diminum dua kali sehari.
- Ayan : 17–21 batang tanaman meniran (akar, batang, daun dan bunga),
dicuci bersih dan direbus dengan lima gelas air hingga mendidih dan tersisa
±2,5 gelas. Ramuan disaring dan diminum satu kali sehari sebanyak ¾ gelas
selama tiga hari berturut- turut.
- Demam : 3–7 batang tanaman meniran lengkap (akar, batang, daun dan
bunga) dicuci bersih dan diseduh dengan satu gelas air panas.Ramuan disaring,
lalu diminum sekaligus.
- Batuk : 3–7 batang tanaman meniran lengkap (akar, batang, daun, bunga)
dicuci bersih, lalu ditumbuk halus dan direbus dengan tiga sendok makan air
masak. Hasilnya dicampur dengan satu sendok makan madu dan diaduk hingga
merata. Ramuan diminum sekaligus dan dilakukan dua kali sehari.
- Haid berlebihan : 3–7 potong akar meniran kering ditumbuk halus dan
direbus dengan dua gelas air hingga mendidih, kemudian ditambah dengan satu
gelas air tajin dan diaduk hingga rata. Ramuan disaring dan diminum dua kali
sehari.
- Disentri : 17 batang tanaman meniran lengkap direbus dengan tiga gelas
air hingga mendidih. Ramuan disaring dan diminum dua kali sehari pada pagi dan
sore hari.
- Luka bakar kena api atau air panas : 3–7 batang tanaman meniran
lengkap (akar, batang, daun dan bunga) ditumbuk halus dan temulawak
diiris-iris, lalu campur dengan satu rimpang umbi temulawak (4 cm), tiga buah
bunga cengkeh kering, dan satu potong kayu manis lalu direbus dengan tiga gelas
air hingga mendidih. Ramuan dioleskan pada bagian yang sakit.
- Luka koreng : 9–15 batang tanaman meniran lengkap (akar, batang, daun
dan bunga) dicuci bersih dan ditumbuk halus, lalu direbus dengan satu cerek
air. Ramuan dalam keadaan hangat dipakai untuk mandi.
- Jerawat : tujuh batang tanaman meniran dicuci sampai bersih dan
ditumbuk hingga halus, kemudian direbus dengan dua gelas air hingga mendidih,
lalu tambahkan satu rimpang umbi kunyit (4 cm), hingga tersisa satu gelas.
Ramuan disaring dan diminum sekaligus, serta diulangi secara teratur setiap
hari.
7. Putri Malu (Mimosa pudica L.)
a. Khasiat: sebagai penenang (tranquilizer),
sedatif, peluruh dahak (ekspektoran), antibatuk (antitusif), penurun panas
(antipiretik), antiradang (anti-inflammatory), peluruh air seni (diuretik).
Indikasi: Susah tidur (insomnia), bronkhitis, panas tinggi, herpes, rematik,
cacingan.
b. Bagian yang digunakan: Daun, akar, dan seluruh tanaman, baik segar
maupun dikeringkan.
c. Pemakaian:
- Pemakaian untuk diminum: daun atau akar, baik tunggal maupun dicampur,
seluruhnya direbus dan airnya diminum.
- Pemakaian luar: tanaman segar dilumatkan dan ditempelkan pada bagian
yang sakit, seperti luka, radang kulit bernanah (piodermi), dan herpes.
c. Contoh Pemakaian sesuai Penyakit:
- Insomnia : Daun Mimosa pudica
sebanyak 30–60 g direbus, lalu airnya diminum.
- Bronkhitis kronis : Akar Minosa pudica sebanyak 60 g dan 600 cc air direbus dengan api kecil
menjadi 200 cc. Air rebusannya dibagi untuk dua kali minum.
- Batuk dengan dahak banyak : Akar putri malu sebanyak 10–15 g direbus,
lalu airnya diminum.
- Ascariasis (cacingan) Mimosa
pudica sebanyak 15–30 g direbus, lalu airnya diminum.
- Rematik : 15 g akar Mimosa
pudica direndam dalam 500 cc arak putih selama dua minggu, lalu diminum.
Catatan: Kontra indikasi untuk wanita hamil.
8. Sawi Tanah (Nasturtium montanum Wall.)
a. Indikasi : Radang saluran nafas, batuk, TBC, panas, campak, rematik,
sakit tenggorokan, hepatitis, bisul, memar, luka berdarah, gigitan ular,
kencing berkurang.
b. Bagian yang digunakan: Seluruh tanaman, baik segar maupun kering.
c. Pemakaian:
- Pemakaian untuk diminum: Sebanyak 15–30 g bahan kering atau 30–60 g
bahan segar direbus, lalu diminum.
- Pemakaian luar: tanaman segar dilumatkan dan digunakan sebagai tapal
pada luka atau bisul.
d. Contoh pemakaian sesuai penyakit :
- Radang saluran nafas (chronic bronchitis) : 200– 300 mg/hari dibagi
dalam empat dosis dan digunakan selama 10 hari.
- Influenza : 30–60 g sawi tanah segar dan 10–15 g bawang putih direbus,
lalau air rebusannya diminum.
- Campak : Sawi tanah segar ditumbuk, diperas
dan diambil airnya lalu itambah sedikit garam dan diminum.
- Rematik sendi : 30 g sawi tanah segar direbus dan airnya diminum.
- Sakit lambung, melancarkan pencernaan : 30 g sawi tanah kering direbus
dan airnya diminum.
- TBC : 30 g sawi tanah direbus, lalu ditambah gula enau dan diminum
setiap hari.
- Sakit kuning : ¼ genggam akar sawi tanah, ? genggam daun sawi tanah,
dan tiga gelas air rebus hingga menjadi 1½ gelas. Setelah dingin, ramuan
disaring dan ditambah madu, lalu diminum dua kali sehari sebanyak ¾ gelas.
- Kencing darah : lima herba sawi tanah (berikut akarnya) dan tiga gelas
air direbus hingga menjadi sekitar satu gelas. Ramuan ini diminum tiga kali sehari
sebanyak ½ gelas.
- Sakit kandung kencing akibat kedinginan : tujuh tanaman ini (berikut
akarnya) dan tiga gelas air direbus hingga menjadi satu gelas, lalu diminum.
- Diare : satu batang sawi tanah seutuhnya ditambah tiga gelas air
direbus hingga menjadi 1½ gelas. Setelah dingin, ramuan disaring dan ditambah
madu. Ramuan diminum dua kali sehari sebanyak ¾ gelas.
9. Susuruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth)
a. Kandungan Kimia : saponin dan polifenol.
b. Pemanfaatan : Daunnya berkhasiat sebagai obat sakit kepala akibat demam
dan untuk obat sakit perut. Caranya : 15 lembar yang dicuci dan diremas-remas,
kemudian digunakan sebagai pilis.
10. Tembelekan (Lantana camara L.)
a. Kandungan kimia : minyak atsiri, lantanin dan minyak lemak.
b. Khasiat: akar digunakan sebagai penurun panas, penawar racun
(antitoksik), dan penghilang sakit; daun berkhasiat menghilangkan gatal
(antipruritus), antitoksik, dan menghilangkan pembengkakan (anti-swelling);
bunga berkhasiat sebagai penghenti perdarahan (hemostatik).
c. Bagian yang digunakan: daun, bunga, dan akar kering.
d. Indikasi:
- Akar: influenza, TBC kelenjar, rematik, keputihan.
- Bunga: TBC dengan batuk darah, asmatis.
- Daun: sakit kulit, bisul, bengkak, gatal-gatal, panas tinggi, rematik,
dan memar.
e. Pemakaian:
- Pemakaian untuk diminum: bahan-bahan direbus dan airnya diminum.
- Pemakaian luar : daun segar dilumatkan untuk ditempelkan pada bagian
yang sakit atau direbus secukupnya untuk mencuci pada penyakit kulit, bisul,
luka berdarah, memar, keputihan.
f. Contoh pemakaian sesuai penyakit :
- TBC paru dengan batuk darah: 6–10 g bunga kering direbus, airnya
diminum.
- Rematik: rebusan akar secukupnya untuk mandi.
Demikian
beberapa tanaman liar berkhasiat obat. Jadi ternyata, obat penyembuh penyakit
sudah Tuhan sediakan, sudah ada di alam. Semua penyakit pasti ada obatnya.