Penulis: Endah Kismani
Endah Kismani
Oleh Endah Kismani
(Pengawas SMK Cabang Dinas Wilayah 1 Disdik Prov.
Jabar/Komunitas Cinta Indonesia/KACI #PASTI BISA#)
Pemberlakuan perpanjangan masa belajar di rumah hingga
pertengahan Mei 2020, membuat para orang tua terpanggil sebagai tanggung jawab
utamanya untuk meningkatkan pendidikan informal yang diterapkan di keluarga.
Pembelajaran pertama dan utama di keluarga adalah penanaman tauhid yang anak
dapatkan dari orang tua, seperrti dicontohkan oleh Lukman dalam Al-Quran yang
artinnya “Wahai anakku, janganlah kamu sekali-kali mempersekutukan Allah”. Nasihat pertama
Lukman kepada anaknya.
Hal ini membuktikan bahwa betapa pentingnya pendidikan orang tua untuk
menanamkan tauhid anak sejak usia dini dan memeliharanya hingga mereka tumbuh
dewasa. Bahkan tugas orang tua mendidik anaknya tidak ada hentinya sampai
meninggal. Dengan harapan
mempunyai anak sholeh
yang doanya tidak putus-putus setelah
orang tua tiada. Sehingga anak adalah sebagai investasi terbesar bagi
orang tua baik di dunia sampai ke akherat karena doanya dapat mengahantarkan
orang tua sampai ke surga. Namun ia juga dapat mengantarkan orang tua ke neraka karena
kebodohannya, sehingga perlu proses pendidikan untuk menjadikan mereka pandai.
Anak adalah amanah Allah bagi orang tua yang harus
selalu dijaga imannya dengan berbagai daya upaya yang dilakukan orang tua untuk
mengemban amanah tersebut. Membawa barang satu kuital misalnya, tidaklah berat
dibandingkan dengan membawa amanah. Tugas berat bagi orang tua bukan hanya
menanamkan tauhid, akan tetapi membimbing kebenaran dalam ibadahnya, membimbing
dia dalam memahami kebajikan dan kefasikan dan membimbing dia dalam penanaman
akhlak. Oleh karenanya pendidikan anak seharusnya terpadu meliputi penanaman
sikap (Attitude), pengetahuan (Knowledge) dan ketrampilan (Psikomotor). Sejalan
dengan penguatan pendidikan karakter saat ini yang harus diterapkan di
sekolah-sekolah dengan porsi penanamam karakter
lebih utama dibandingkan dengan sapek pengetahuan dan keterampilan. Asumsinya
jika anak berkarakter baik maka mereka
akan tekun mencari
ilmu menambah wawasan dan mengasah keterampilan. Anies Baswaden mantan menteri pendidikan
mengistilahkan terdapat dua karakter yang harus dikembangkan yaitu karakter
akhlak mulai dan karakter kerja. Karakter akhlak
mulai seperti jujur, ikhlas, sabar dsb. Karakter kerja sangat dibutuhkan pada
zaman milenial ini yaitu bagaimana membekali anak untuk dapat survive di masyarakat ketika dewasa,
yaitu karakter tangguh, kerja keras, pantang menyerah, tekun, competitive dsb. Karakter-karater
tersebut yang akan menentukan kesuksesan anak pada dunianya.
Sebagai orang tua memiliki peran utama dan pertama
dalam mengantarkan kesuksesan pendidikan anak. Dengan dibangun kerja sama yang baik dan saling mendukung antara ayah dan
ibu di rumah akan memudahkan management pendidikan anak. Ayah dengan perannya
sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah dan pelindung keluarga yang selalu
siap menjamin keamanan dan kelangsungan hidup semua anggota keluarga. Ibu
memiliki tugas utama sebagai seorang ibu,
guru dan coach bagi anak-anaknya dalam pendidikan. Seorang ibu dikarunia sifat
multi-talented dan multi-tasking dengan berbagai keterampilan dapat ia dikerjakan, mendidik (educating), mengasuh (baby sitting), merawat (nursing) dan melatih (coaching)
anaknya untuk mencapai kesuksesan. Dengan sifat keibuannya mampu memberikan motherly love kepada anaknya tanpa batas
waktu dalam kondisi apapun. Hal ini secara tidak sengaja memberikan contoh
kepada anak akan pembelajaran kasih sayang antarsesama. Jika rasa kasih sayang
sudah tumbuh maka akan berdampak pada kedamaian dan kenyaman di keluarga,
bagaimana seorang kakak menyayangi adiknya dengan memberikan perhatian dan ikhlas berbagi dengan saudaranya. Di sini akan terbangun sifat simpati dan empati yang akan
terbawa di manapun anak berada, baik di lingkungan
masyarakat atau di sekolahnya. Begitulah cara ibu mengajarkan dan menanamkan
sifat simpati dan empati pada anak dengan memberikan contoh langsung bukan sekadar teori tetapi dipraktikkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang ibu dikaruniai kekuatan dan mampu mengorbankan
dirinya dengan ikhlas dalam merawat dan mengasuh anaknya dengan menjaga tumbuh
kembang anaknya agar sehat jasmani dan rohani sebagai investasi masa depan.
Dikala anak sedang sakit dengan rela dan ikhlas tidak tidur, kurang makan dan
kurang istirahat demi kesembuhan. Ibu sudah terbiasa melakukan kebiasaan ini
semata-mata diniatkan ibadah dan mendidik anak-anaknya agar nantinya si anak
tumbuh sifat rela berkorban dan membatu sesama dengan ikhlas. Mengahapus sifat
egois dan menanamkan sifat bahwa jika kita menanam kebaikan pasti akan menuai
kebaikan. Seperti kutipan nasehat dari ayah Erdogan yang menghantarkan anaknya
menjadi orang sukses tetapi sangat peduli sesama. “Anakku, jika kamu memikirkan
kebaikan orang lain, maka akan datang banyak kebaikan kepadamu”. Nasehat ini
menjadi penyemangat orang tua dalam membimbing anaknya untuk rela berkorban dan
peka terhadap lingkungan.
Tidak dapat dimungkiri
seorang ibu juga mahir menjadi coach anaknya. Dengan melatih dan membimbing
dengan sabar agar anaknya mencapai keterampilan
yang diinginkan. Melatih dengan konsisten mulai melatih berbicara, merangkak,
berjalan, berlari sampai tumbuh dewasa. Ibu
adalah orang yang paling optimis
terhadap anaknya. Ibu selalu yakin bahwa anaknya
pasti bisa jika terus mencoba
dan tidak putas asa. Di sini seorang ibu mengajarkan
kepada anaknya untuk bekerja keras, ulet, tangguh tidak mudah menyerah.
Penanaman prinsip kesuksesan hanya bisa diraih dengan ketekunan, kerja keras
dan doa. Sukses sejati adalah jika keberhasilan diraih dalam suasana yang terbatas dan kekurangan. Coach
menempatkan dirinya sebagai
model melalui contoh bahwa ibu tidak pernah malas dalam bekerja, selalu
menjadi inisiator dengan bangun paling pagi dan memanfaatkan waktu dengan
efektif dan efisien. Bahkan ibu tidak akan menonton TV atau sibuk dengan
ponselnya tatkala anaknya
belajar, akan tetapi lebih memilih
menemani anaknya dan memberikan bantuan semampunya.
Singkat kata, ibu sangat bertanggung jawab dengan berhasil atau gagalnya pendidikan
di keluarga. Beberapa kisah kenabian yang saya baca dan juga mendengar dari
beberapa ustadz mengatakan bahwa jika anak diasuh sama ibu yang baik maka anak akan tumbuh baik, jika sebaliknya maka anaknya juga tidak baik. Akan tetapi
jika bapak baik belum tentu anaknya baik. Kisah nabi
Nuh seorang nabi tidak dapat mengajak anaknya menjadi beriman karena ibunya
tidak baik. Sebaliknya betapa kejamnya Firaun, tetapi karena istrinya baik maka anaknya baik. Peran ibu dalam
pendidikan di keluarga menjadi penentu
berhasil atau gagalnya pendidikan di keluarga
tersebut.
Komunikasi terbangun dengan mudah antara ibu dan anak
karena sifat ibu yang terbuka dan kemauan mendengar cerita anaknya dengan
sabar. Tidak jarang
anak gagal berbagi
cerita suka dan duka kapada
ayahnya karena ayah kurang sabar. Tetapi seorang ibu mampu memelihara komuniksi
yang baik, tempat anak mengadukan masalah sampai pada berbagi cerita bahagia.
Ibu adalah muara di mana tangis menjadi senyum, hopeless menjadi hopeful, sedih menjadi bahagia dan kesulitan menjadi kemudahan.
Kepiawaian seorang ibu yang mampu mendengar dengan baik dan memberi solusi dengan tepat. Kepintaran dalam merespons apapun dengan positif membuât anak-anaknya nyaman
berkomunikasi dan secara emosi lebih dekat. Pembelajaran komunikasi yang
dibangun seorang ibu di rumah lebih menekankan pada keterampilan berkomuniksi yang sukses dengan siapapun. Keterampilan komunikasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai anak di abad 21 ini.
Salah satu faktor penentu kesuksesan hidup anak di masyarakat adalah mahirnya komunikasi.
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat dan pemerintah dengan titik utamanya adalah pendidikan di
keluarga. Anak akan tumbuh dengan normal dan mampu survive di masyarakat dengan
modal pendidikan yang baik. Pendidikan di bangku sekolah sebagian besar
ditentukan oleh keberhasilan pendidikan di keluarga. Jika anak sudah matang
dalam pendidikan keluarga, memiliki akhlak mulia dan sikap kerja yang handal,
mahir berkomunikasi, memiliki simpati dan empati yang tinggi serta rela
berkorban untuk sesama maka
merekapun akan berhasil di bangku sekolah. Berangkat dari perbaikan mutu
pendidikan di rumah dengan mengoptimalkan peran wanita di rumah yaitu ibu.
Sebagai ibu mampu memberi kehangatan dan kasih sayang, sebagai guru yang
memberi suri tauladan dan sebagai coach yang mampu melatih anaknya mencapai
ketrampilan yang diharapkan dengan semangat tinggi dan optimis dalam usaha dan
doa yang tiada putus-putus buat anaknya. Pada akhirnya pendidikan formal melalui bangku sekolah
akan meningkat kualitasnya dimana siswa-siswi sudah terbentuk dari rumah, sehingga peran guru sebagai motivator dan
fasilitator menjadi kenyataan yang dapat mendongkrak mutu pendidikan nasional
secara umum.
Kesimpulan: “Mother is always
tough and brave yet tender and loving. The comfort place where the tears stop. The trigger where the spirit comes from.
Small in size but gigantic in power. The easiest guaranty to claim. The most
optimistic person to her kids. She has never ending pray unconditionally”.