DAHSYATNYA PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK PERTAMA DAN UTAMA DI RUMAH

Penulis: Endah Kismani

Dibaca: 1004 kali

Endah Kismani

Oleh Endah Kismani

(Pengawas SMK Cabang Dinas Wilayah 1 Disdik Prov. Jabar/Komunitas Cinta Indonesia/KACI #PASTI BISA#)

 

Pemberlakuan perpanjangan masa belajar di rumah hingga pertengahan Mei 2020, membuat para orang tua terpanggil sebagai tanggung jawab utamanya untuk meningkatkan pendidikan informal yang diterapkan di keluarga. Pembelajaran pertama dan utama di keluarga adalah penanaman tauhid yang anak dapatkan dari orang tua, seperrti dicontohkan oleh Lukman dalam Al-Quran yang artinnya “Wahai anakku, janganlah kamu sekali-kali mempersekutukan Allah”. Nasihat pertama Lukman kepada anaknya. Hal ini membuktikan bahwa betapa pentingnya pendidikan orang tua untuk menanamkan tauhid anak sejak usia dini dan memeliharanya hingga mereka tumbuh dewasa. Bahkan tugas orang tua mendidik anaknya tidak ada hentinya sampai meninggal. Dengan harapan mempunyai anak sholeh yang doanya tidak putus-putus setelah orang tua tiada. Sehingga anak adalah sebagai investasi terbesar bagi orang tua baik di dunia sampai ke akherat karena doanya dapat mengahantarkan orang tua sampai ke surga. Namun ia juga dapat mengantarkan orang tua ke neraka karena kebodohannya, sehingga perlu proses pendidikan untuk menjadikan mereka pandai.

Anak adalah amanah Allah bagi orang tua yang harus selalu dijaga imannya dengan berbagai daya upaya yang dilakukan orang tua untuk mengemban amanah tersebut. Membawa barang satu kuital misalnya, tidaklah berat dibandingkan dengan membawa amanah. Tugas berat bagi orang tua bukan hanya menanamkan tauhid, akan tetapi membimbing kebenaran dalam ibadahnya, membimbing dia dalam memahami kebajikan dan kefasikan dan membimbing dia dalam penanaman akhlak. Oleh karenanya pendidikan anak seharusnya terpadu meliputi penanaman sikap (Attitude), pengetahuan (Knowledge) dan ketrampilan (Psikomotor). Sejalan dengan penguatan pendidikan karakter saat ini yang harus diterapkan di sekolah-sekolah dengan porsi penanamam karakter lebih utama dibandingkan dengan sapek pengetahuan dan keterampilan. Asumsinya jika anak berkarakter baik maka mereka akan tekun mencari ilmu menambah wawasan dan mengasah keterampilan. Anies Baswaden mantan menteri pendidikan mengistilahkan terdapat dua karakter yang harus dikembangkan yaitu karakter akhlak mulai dan karakter kerja. Karakter akhlak mulai seperti jujur, ikhlas, sabar dsb. Karakter kerja sangat dibutuhkan pada zaman milenial ini yaitu bagaimana membekali anak untuk dapat survive di masyarakat ketika dewasa, yaitu karakter tangguh, kerja keras, pantang menyerah, tekun, competitive dsb. Karakter-karater tersebut yang akan menentukan kesuksesan anak pada dunianya.

Sebagai orang tua memiliki peran utama dan pertama dalam mengantarkan kesuksesan pendidikan anak. Dengan dibangun kerja sama yang baik dan saling mendukung antara ayah dan ibu di rumah akan memudahkan management pendidikan anak. Ayah dengan perannya sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah dan pelindung keluarga yang selalu siap menjamin keamanan dan kelangsungan hidup semua anggota keluarga. Ibu memiliki tugas utama sebagai seorang ibu, guru dan coach bagi anak-anaknya dalam pendidikan. Seorang ibu dikarunia sifat multi-talented dan multi-tasking dengan berbagai keterampilan dapat ia dikerjakan, mendidik (educating), mengasuh (baby sitting), merawat (nursing) dan melatih (coaching) anaknya untuk mencapai kesuksesan. Dengan sifat keibuannya mampu memberikan motherly love kepada anaknya tanpa batas waktu dalam kondisi apapun. Hal ini secara tidak sengaja memberikan contoh kepada anak akan pembelajaran kasih sayang antarsesama. Jika rasa kasih sayang sudah tumbuh maka akan berdampak pada kedamaian dan kenyaman di keluarga, bagaimana seorang kakak menyayangi adiknya dengan memberikan perhatian dan ikhlas berbagi dengan saudaranya. Di sini akan terbangun sifat simpati dan empati yang akan terbawa di manapun anak berada, baik di lingkungan masyarakat atau di sekolahnya. Begitulah cara ibu mengajarkan dan menanamkan sifat simpati dan empati pada anak dengan memberikan contoh langsung bukan sekadar teori tetapi dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Seorang ibu dikaruniai kekuatan dan mampu mengorbankan dirinya dengan ikhlas dalam merawat dan mengasuh anaknya dengan menjaga tumbuh kembang anaknya agar sehat jasmani dan rohani sebagai investasi masa depan. Dikala anak sedang sakit dengan rela dan ikhlas tidak tidur, kurang makan dan kurang istirahat demi kesembuhan. Ibu sudah terbiasa melakukan kebiasaan ini semata-mata diniatkan ibadah dan mendidik anak-anaknya agar nantinya si anak tumbuh sifat rela berkorban dan membatu sesama dengan ikhlas. Mengahapus sifat egois dan menanamkan sifat bahwa jika kita menanam kebaikan pasti akan menuai kebaikan. Seperti kutipan nasehat dari ayah Erdogan yang menghantarkan anaknya menjadi orang sukses tetapi sangat peduli sesama. “Anakku, jika kamu memikirkan kebaikan orang lain, maka akan datang banyak kebaikan kepadamu”. Nasehat ini menjadi penyemangat orang tua dalam membimbing anaknya untuk rela berkorban dan peka terhadap lingkungan.

Tidak dapat dimungkiri seorang ibu juga mahir menjadi coach anaknya. Dengan melatih dan membimbing dengan sabar agar anaknya mencapai keterampilan yang diinginkan. Melatih dengan konsisten mulai melatih berbicara, merangkak, berjalan, berlari sampai tumbuh dewasa. Ibu adalah orang yang paling optimis terhadap anaknya. Ibu selalu yakin bahwa anaknya pasti bisa jika terus mencoba dan tidak putas asa. Di sini seorang ibu mengajarkan kepada anaknya untuk bekerja keras, ulet, tangguh tidak mudah menyerah. Penanaman prinsip kesuksesan hanya bisa diraih dengan ketekunan, kerja keras dan doa. Sukses sejati adalah jika keberhasilan diraih dalam suasana yang terbatas dan kekurangan. Coach menempatkan dirinya sebagai model melalui contoh bahwa ibu tidak pernah malas dalam bekerja, selalu menjadi inisiator dengan bangun paling pagi dan memanfaatkan waktu dengan efektif dan efisien. Bahkan ibu tidak akan menonton TV atau sibuk dengan ponselnya tatkala anaknya belajar, akan tetapi lebih memilih menemani anaknya dan memberikan bantuan semampunya. Singkat kata, ibu sangat bertanggung jawab dengan berhasil atau gagalnya pendidikan di keluarga. Beberapa kisah kenabian yang saya baca dan juga mendengar dari beberapa ustadz mengatakan bahwa jika anak diasuh sama ibu yang baik maka anak akan tumbuh baik, jika sebaliknya maka anaknya juga tidak baik. Akan tetapi jika bapak baik belum tentu anaknya baik. Kisah nabi Nuh seorang nabi tidak dapat mengajak anaknya menjadi beriman karena ibunya tidak baik. Sebaliknya betapa kejamnya Firaun, tetapi karena istrinya baik maka anaknya baik. Peran ibu dalam pendidikan di keluarga menjadi penentu berhasil atau gagalnya pendidikan di keluarga tersebut.

Komunikasi terbangun dengan mudah antara ibu dan anak karena sifat ibu yang terbuka dan kemauan mendengar cerita anaknya dengan sabar. Tidak jarang anak gagal berbagi cerita suka dan duka kapada ayahnya karena ayah kurang sabar. Tetapi seorang ibu mampu memelihara komuniksi yang baik, tempat anak mengadukan masalah sampai pada berbagi cerita bahagia. Ibu adalah muara di mana tangis menjadi senyum, hopeless menjadi hopeful, sedih menjadi bahagia dan kesulitan menjadi kemudahan. Kepiawaian seorang ibu yang mampu mendengar dengan baik dan memberi solusi dengan tepat. Kepintaran dalam merespons apapun dengan positif membuât anak-anaknya nyaman berkomunikasi dan secara emosi lebih dekat. Pembelajaran komunikasi yang dibangun seorang ibu di rumah lebih menekankan pada keterampilan berkomuniksi yang sukses dengan siapapun. Keterampilan komunikasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai anak di abad 21 ini. Salah satu faktor penentu kesuksesan hidup anak di masyarakat adalah mahirnya komunikasi.

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah dengan titik utamanya adalah pendidikan di keluarga. Anak akan tumbuh dengan normal dan mampu survive di masyarakat dengan modal pendidikan yang baik. Pendidikan di bangku sekolah sebagian besar ditentukan oleh keberhasilan pendidikan di keluarga. Jika anak sudah matang dalam pendidikan keluarga, memiliki akhlak mulia dan sikap kerja yang handal, mahir berkomunikasi, memiliki simpati dan empati yang tinggi serta rela berkorban untuk sesama maka merekapun akan berhasil di bangku sekolah. Berangkat dari perbaikan mutu pendidikan di rumah dengan mengoptimalkan peran wanita di rumah yaitu ibu. Sebagai ibu mampu memberi kehangatan dan kasih sayang, sebagai guru yang memberi suri tauladan dan sebagai coach yang mampu melatih anaknya mencapai ketrampilan yang diharapkan dengan semangat tinggi dan optimis dalam usaha dan doa yang tiada putus-putus buat anaknya. Pada akhirnya pendidikan formal melalui bangku sekolah akan meningkat kualitasnya dimana siswa-siswi sudah terbentuk dari rumah, sehingga peran guru sebagai motivator dan fasilitator menjadi kenyataan yang dapat mendongkrak mutu pendidikan nasional secara umum.

Kesimpulan: “Mother is always tough and brave yet tender and loving. The comfort place where the tears stop. The trigger where the spirit comes from. Small in size but gigantic in power. The easiest guaranty to claim. The most optimistic person to her kids. She has never ending pray unconditionally.

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...