Penulis: Tatang Sunendar
Tatang Sunendar
Oleh Tatang Sunendar
(Widyaiswara Utama
LPMP Jawa Barat/Komunitas
Cinta Indonesia/KACI #PASTI BISA#)
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sebagi pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa
... ... ... ... ... ... ....
Mars guru yang hanya
dinyanyikan pada momen tertentu sarat makna sengaja saya tuliskan di awal tulisan ini agar menjadi motivasi dan mengingat
kembali suasana kebatinan profesi guru dalam melaksanakan tugas. Dalam keadaan
normal sangat sulit untuk melihat indikator guru sebagai patriot pahlawan
bangsa, baru terlihat jika dalam situasi istimewa
seperti saat pandemi covid 19 ini. Saat guru lain sibuk melaksanakan
pembelajaran di rumah dengan menggunakan
moda daring, sebagian kecil guru melaksanakan pembelajaran
dengan cara mengunjungi rumah siswa.
Kegiatan guru mengunjungi rumah siswa menginspirasi kita semua. Merujuk data dari Kementerian sebagaimana dikemukakan oleh Dirjen PAUD Dikdasmen
Hamid Muhamad MSc PhD data yang tercatat oleh Kemdikbud
menyatakan 97,6 persen sekolah sudah melakukan pembelajaran jarak jauh, sisanya 2,4 persen belum melakukan karena daerah
tidak terjangkit korona dan tidak memiliki perangkat pendukung. Dari 97,6 sebanyak 54 persen sekolah sudah melakukan
pembelajaran jarak jauh sepenuhnya yakni guru dan siswa mengajar di rumah, 46 persen guru mengajar di sekolah, murid di rumah.
Pertanyaannya bagaimana
proses pembelajaran yang 2,4 persen dan 46 persen yang tidak menggunakan internet? Di bawah ini guru-guru
inspiratif yang berjuang melaksanakan tugas
di saat keterbatasan sarana pendukung mereka
adalah:
Bintang Riris Parhusip
(36)
Melakukan kegiatan
membagikan tugas dan latihan soal setiap pagi-pagi,
agar anak didiknya bisa belajar dan mengikuti penilaian tengah semester. Setiap pagi Ibu Bintang
berkeliling mengunjungi rumah-rumah siswa. Beliau melakukan hal ini karena siswanya mempunyai
keterbatasan teknologi dan HP. Sekolahnya teletak di Jalan Pemuda Dalam RT 66 Kampung Tator Manggar Batakan Balikpapan Timur (sumber
Detiknews).
Muhamad Azis Iqbal
Muhamad Aziz Iqbal guru
MTS Karanglayung Gorobogan Provinsi Jawa Tengah mengatahui kondisi anak didiknya tidak mempunyai perangkat smartphone, jaringan
internet dan saluran TVRI beliau melakukan proses pembelajaran dengan
mengunjungi anak didiknya secara begantian karena rumah siswanya terletak di pelosok kampung dan pegunungan. Tugas anak diambil seminggu sekali (sumber detiknews).
Faturahman
Faturahman seorang guru
di SD Batu Putih Look III di Kecamatan Batu Putih Sumenep Madura. Menyikapi keterbatasan anak didiknya terkait jaringan
intenet saluran televisi dan HP, beliau setiap hari sejak wabah pandemi covid
19 berkeliling mengunjungi anak didiknya yang ada di kampung
tersebut. “Setiap hari 8 siswa yang bisa dikunjungi, kalau
hari hujan hanya satu orang saja,” katanya. Itu dilakuakn setiap hari
selama pandemi covid 19 ini. (sumber kompastv).
Yayah Hidayah (50), Eem
Maesaroh (53), Iis Ratnengaih (51), dan Etin Rohaetin (52).
Empat guru SDN 1
Giriharja di Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Hampir setiap hari
harus berjalan cukup jauh mengajar anak didiknya
yang berada di daerah perbukitan di Dusun Citapen Landeuh, Desa Sukajaya,
Kecamatan Rajadesa. Etin bersama tiga rekannya membagi tugas
untuk home visit kepada siswa yang tersebut.
"Memang lokasi
rumahnya cukup jauh, ke perbukitan, ada sekitar 2-3 kilometer, tak bisa
menggunakan kendaraan, harus jalan kaki. Jalannya dari tanah dan pasir, dan
licin. Meski cukup lelah, kami tempuh untuk pendidikan," jelas Etin. Guru lainnya, Yayah, mengatakan hampir setiap hari ia
melakukan home visit kepada siswa yang tak bisa mengikuti belajar daring. Mulai
memberi materi pelajaran dan memberikan tugas (sumber detiknews).
Upaya yang dilakukan
oleh ke tujuh orang guru tersebut menunjukkan kecintaannya
terhadap siswanya agar tidak ketinggalan oleh siswa lain yang diberi
kebruntungan dalam fasilitas. Ketujuh orang guru tersebut
sungguh menginspirasi bagi kita semua dan kegiatan yang dilakukan guru tersebut
belum menjadi skala prioritas pemerintah sehingga hal luar biasa yang dilakukan oleh ketujuh guru tersebut layak
menjadi perhatian.
Sungguh mulia guru ini
dengan tujuan ingin menghantarkan siswa yang cerdas terampil dan berkarakter
mereka melakukan aktivitas yang bagi sebagian orang tidak mungkin dilakukan, berangkat dari ketidakmampuan orang tua
memiliki smartphone, tidak ada saluran TVRI, tidak ada
jaringan internet, tetapi aktivitas
pembelajaran harus berlangsung.
Guru adalah sebuah
profesi yang mulia.
Profesi guru adalah amanah yang
besar yang harus dijalani dengan melibatkan kemampuan intelektual, emosional, dan
spiritual. Seorang guru adalah panggilan hati yang mensinergikan inlektualitas,
emosional, dan spiritual dalam melaksanakan tugas. Jika telah terjadi sinergi dari ketiga komponen
tersebut maka akan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang ramah anak,
gembira, menumbuhkan sikap kreatif dan inovatif.
Guru bisa dikatan
sebagai guru inspiratif jika mampu memberikan layanan pendidikan kepada siswa
yang dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi maupun fisik. Seorang guru
yang inspsiratif harus memegang prinsip CARE, SHARE,
TRUST dalam melaksanakan tugas. Lebih jauh diuraikan: 1)
CARE artinya mampu memberi perhatian pada siswa dari berbagai latar belakang
yang berbeda, guru mampu memberi perhatian pada siswa
dengan berbagai latar belakang, fisik mental, sosial, emosional, tempat tinggal
sehingga semua siswa terlayani dalam proses pembelajaran serta memperhatikan
gaya belajar siswa. 2) SHARE guru harus mampu membagi ilmu dengan
menciptakan suasana yang aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan, strategi dan media yang tepat sehingga siswa merasa nyaman
suasana, pembelajaran ramah siswa sehingga siswa dapat mengembangkan multi intlegence (8 kecerdasan). 3) TRUTS artinya guru harus menjadi sosok yang dapat
dipercaya, memberi teladan serta menanamkan karakter yang baik bagi siswa di sekolah, menjaga kepercayaan dilakukan guru hal yang
mutlak sebab sekali lancung maka akan runtuhlah kepercayaan siswa pada guru, apalagi pada siswa jenjang
dasar guru merupakan role model baik dari sikap, ucapan mapun tindakan. Sehingga ada peribahasa guru
ratu wong atua karo yang artinya guru nomor satu orang tua nomor dua.
Jika guru memegang
prinsip care, share, dan trust maka siswa akan merasa nyaman dan rindu akan
kehadiran gurunya baik itu bagi siswa yang berada di kota yang fasilitasnya lengkap
maupun siswa di pedalaman yang belum tersentuh fasilitas teknologi informasi. Sebab kita meyakini sebagaimana firman-Nya “Allah akan meninggikan orang-orang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat (al Mujadillah ayat 11).
Guru inspiratif banyak
bertebaran di sekitar kita yang mungkin
tidak terekspos media. Semoga
mereka senantiasa diberi ketabahan dan kelancaran sehingga bisa melahirkan
generasi-generasi penerus bangsa dari tangannya. Semoga ada keajaiban.