Ketika Profesi Guru Direndahkan, Guru Tidak (Cukup) Hanya Marah-marah

Penulis: SULEHA

Dibaca: 1758 kali

SULEHA

Oleh SULEHA

(Kepala SMA Negeri 1 Subang Kab. Kuningan/Komunitas Cinta Indonesia/KACI #PASTI BISA#)

 

Peringatan Hari Pendidikan Nasional, Tahun 2020 diliputi rasa keprihatinan dan keterbatasan sehubungan dengan Pandemi Covid 19 yang sedang mewabah ditanah air. Akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan semangat peserta didik dan guru untuk terus belajar walau dengan Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PPJ) melalui daring. Belajar dari rumah adalah satu kebijakan Kemendikbud dalam upaya terwujudnya keseimbangan antara penyelamatan kesehatan dan berlangsungnya kegiatan pembelajaran.Tentu harus diakui bahwa PPJ dalam pelaksanaannya terjadi banyak kendala, disamping faktor letak geografis tapi juga faktor SDM sebagian guru yang agak  tergagap menghadapi pembelajaran berbasis daring, harus diakui itu.

Walaupun demikian tidak juga seperti yang diungkapkan oleh salah seorang pengamat pendidikan(ngakunya), Indra Charismiadji, yang menyatakan bahwa “ Bagaimana bisa pendidikan kita mau maju kalau guru di Indonesia anti kritik, maunya gaji besar, tetapi kualitasnya rendah..”.Gambaran kualitas mutu pendidikan di Indonesia itu rendah menurut Indra, terlihat dari hasil PISA (Programme for Internasional Student Assessment ) yang katanya menempatkan Indonesia diurutan kedua terbawah. Itulah realita yang ada semua mengakuinya, tapi apakah mutu pendidikan itu hanya diukur oleh nominal angka-angka?, lebih jauh dari itu bagaimana pendidikan mampu melahirkan generasi yang pari purna, yang dalam filosofis orang sunda generasi yang cageur, bageur, bener, pinter tur singer. Kita para guru adalah insan cendikia yang tidak anti untuk dikritik, tapi kami tidak menerima ketika penilaian guru digeneralisir seolah semua guru rendah dan tidak bermutu serta cenderung merendahkan profesi guru. Hal inilah yang membuat sebagian besar guru marah-marah atas penilaian sepihak dari Indra Charismiadji, atas profesi guru.

Cukupkah Hanya dengan Marah-Marah?

Kritik adalah bagian dari kesempatan kita untuk meraih kesuksesan. Bahkan pidato Abu Bakar Ash –Shiddiq, ketika diangkat sebagai khalifah, sebagai pemimpin negeri beliau mengatakan, “ aku bukanlah yang terbaik diantara kalian jika aku membuat kebaikan maka dukunglah aku, jika aku membuat kejelekan maka luruskanlah aku..”. Belajar dari itu semua sejarah mengajarkan kepada kita banyak diantara pemimpin dunia termasuk di Indonesia yang tergelincir jatuh karena sanjungan dan tidak sedikit yang  berhasil sukses karena kritikan.

Oleh karena itu menghadapi kritikan dari Indra Charismiadji, tentang rendahnya mutu guru, kita berhak untuk marah, tapi sekedarnya saja, tidak perlu sumpah serapah yang menjurus pada penyerangan karakter pribadi seseorang sebab kalau sikap kita seperti itu lalu apa bedanya kita dengan Indra Charismiadji ?. Kita harus bangga dengan profesi kita, tapi tidak perlu terlalu bertepuk dada  membanggakan diri, bukankah kita pahlawan tanpa tanda jasa?, biarlah murid-murid kita yang merasakan dedikasi dan bakti kita kepada mereka. Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu mengatakan “ Jangan menjelaskan dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu “. Anggap saja Indra Charismiadji adalah salah seorang yang tidak suka pada profesi guru, jadi penjelasan apapun tidak akan dipercaya.

Tetapi kalau kita mau berhusnuzhan, berbaik sangka boleh jadi kritikan itu yang akan menyadarkan kita semua untuk mencintai profesi sebagai guru. Diranah positif,  kritik tersebut hendaknya menjadi pemicu dan pemacu kita yang berprofesi sebagai guru untuk terus belajar dan berbenah diri meningkatkan kompetensi kita untuk menuju guru profesional.

Lalu Bagaimana Kita Bersikap?

Tugas guru bukan hanya mengajar dan melatih akan tetapi yang lebih utama adalah sebagai pendidik. Di pundaknyalah tertanam harapan untuk mencetak generasi bangsa yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Karena tugas seorang guru yang cukup berat, Menurut hemat Penulis, yang perlu kita lakukan adalah adanya perubahan paradigma yang mendasar dalam diri seorang guru untuk menjadi guru professional.

Pertama, Niat yang ikhlas dalam melaksanakan tugas.

 Hal ini menjadi penting karena jika seorang guru ikhlas melaksanakan tugasnya dan dibarengi dengan niat mengamalkan ilmu yang dimilikinya untuk kemanfaatan dan kebaikan serta memberantas kebodohan anak didiknya, maka semua itu insya Allah akan menjadi pahala kebaikan disisi Allah yang Maha kuasa. Niat untuk mendapatkan imbalan kesejahteraan dari tugas yang dilakukan adalah hal yang manusiawi, akan tetapi itu semua jangan dijadikan sebagai tujuan utama, karena hal itu bisa menyeret ke lembah kedangkalan hati.Akibatnya tidak akan merasa puas atas apa yang diperoleh sebagai pendidik. Kondisi ini bukan mustahil akan membuat seorang guru hanya selalu menuntut hak, sedangkan tugas utama sebagai pendidik justru jauh panggang dari api. Oleh karena itu bagi para guru yang sudah terlanjur (barang kali) menekuni profesi guru, perlu meluruskan kembali niatnya sehingga tugas yang dilakukan berada dalam kemurnian jalan yang dicatat oleh Allah sebagai lading ibadah.

Kedua, Menjadi pribadi yang dapat diteladani.

Pepatah lama mengatakan guru adalah sosok pribadi yang harus di gugu dan ditiru. Paling tidak hal ini dapat terlihat dihadapan anak didiknya. Kejujuran adalah mahkota bagi seorang guru. Manakala tidak ada kejujuran pada dirinya maka tidak akan ada pula kepercayaan  terhadap ilmu dan ucapan yang disampaikannya.Jika seorang murid mengetahui kebohongan seorang guru, maka ia akan menarik kepercayaannya itu yang pada akhirnya akan menjatuhkan wibawa seorang guru dihadapan murid-muridnya. Bagi seorang guru kalau kita mau merefleksi diri, sudahkah kita menjadi guru yang dapat diteladani murid-muridnya?, kalau mau jujur rasanya masih banyak hal yang harus kita perbaiki. Sebetulnya hal ini wajar karena guru juga manusia biasa. Tapi yang tidak wajar adalah manakala kita menutup mata hati atas kekurangan-kekurangan semua itu, tanpa ada niatan untuk memperbaikinya paling tidak menguranginya.

Maka jika melihat anak didik yang setiap saat dijejali dengan ilmu agama, nasihat moral dan nilai-nilai kebaikan, akan tetapi perilakunya jauh dari nilai-nilai tuntunan agama dan nilai-nilai moral yang dianut dalam kehidupan kesehariannya, hal ini boleh jadi karena guru guru yang mengajarkan kebaikan itu belum menjadi teladan bagi yang diajarnya.

Ketiga, Guru harus menjadi Pribadi yang dinamis.

Orang yang bisa mencapai kesuksesan adalah orang yang menyadari bahwa dirinya banyak kekurangan, sehingga dia mau belajar dan belajar.Upaya Pemerintah untuk memperbaiki system pendidikan nasional melalui penyempurnaan kurikulum dan peningkatan anggaran pendidikan, tidak akan membawa dampak yang signifikan terhadap kemajuan pendidikan di negeri ini, jika guru tidak mau mengubah paradigma dan pola pikir tentang tugas dan kompetensi yang senantiasa harus dikembangkan sejalan dengan dinamika dan perubahan paradigma dunia pendidikan yang cepat dan radikal.

Era digitalisasi pendidikan yang berlangsung saat ini menuntut guru untuk terus berimprovisasi serta akrab dengan informasi dan teknologi, sehingga guru tidak kalah cepat oleh anak didiknya. Pelaksanaan PPJJ sebagai pertaruhan  profesionalisme kita dihadapan siswa dan masyarakat yang diera transparasi saat ini kita seolah berada dalam aquarium, sehingga siapapun bisa melihatnya terang benderang serta memberikan penilaian atas kinerja guru termasuk yang dilakukan oleh Indra Charismiadji. Guru tidak usah berupaya apalagi memaksa merubah pandangan dan menghentikan kritikan (hujatan) seorang Indra Charismiadji terhadap profesi guru, akan tetapi guru terus berhidmat meningkatkan kualitas diri sebagai guru Profesional.

Semoga!

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...