”KATOLOBAO-LITUNGTI" HAJAT BURUAN DI CISALAK, SUBANG, JAWA BARAT

Penulis: DR. H. DEDI NURHADIAT, M.PD

Dibaca: 704 kali

DR. H. DEDI NURHADIAT, M.PD

OLEH DR. H. DEDI NURHADIAT, M.PD

(Komunitas Cinta Indonesia)




Mempersatukan beberapa kampung dalam suatu kegiatan bersama, sudah sering dilakukan para Inohong Sunda tempo dulu. Kini kearifan lokal itu, mulai tergerus gelombang medsos, seperti tiktok, dan dumay lainya. Katakanlah yang tersingkir itu, berupa ritual Hajat Buruan atau Ruwatan. Apakah ada dampak lanjutannya?

Dengan mulai punahnya sebuah sistem kemasyarakatan semacam ini, maka internalisasi norma yang turun temurun dari leluhur mengalami kendala yang sangat berarti. Tak jarang terlahir watak generasi yang beringas, kasar, seolah tak mengindahkan nilai-nilai. Semua itu di antaranya, karena adab dan tatakrama budaya leluhur yang terus terkikis secara bertahap. Akhirnya hal besar pun mulai banyak dilanggar. Mulai bermunculan stigma negatif dari  orangtua yang menganggap anaknya durhaka. Dibalik itu, generasi muda, menilai orangtua mereka terlalu kolot, dan sebagainya.

Kearifan lokal berupa Ritual Hajat Buruan, adalah upaya pendidikan menjunjung tinggi norma-norma secara kolektif. Kegiatan ini, untuk menyatukan umat di sekitar wewengkon Sunda pada umumnya. Dahulunya kegiatan ini, sangat dinanti dan digemari warga lintas generasi. Acara pemersatu masyarakat itu, sering disebut Ruwatan atau Hajat Buruan. Bentuk ritualnya sangat beragam. Di setiap daerah punya keunikan tersendiri. Karenanya sering dikunjungi wisatawan lokal (domestik) maupun wisatawan mancanagara.

Seiring waktu, muncul pula Pro dan kontra terjadi karena bersinggungan dengan akidah keislaman. Setelah didialogkan, akhirnya muncul kesepakatan. Adapun perbedaan yang mengundang perselisihan pendapat itu di antaranya; tentang pembacaan mantra-mantra, pembakaran kemenyan, mencuci pusaka, menyatukan beberapa sumber air dalam satu kuali, hingga sesajen berupa bungabunga dan wewangian. Namun adapula daerah yang berhasil mengawinkan perbedaan budaya dengan tradisi setempat dalam kemasan Hajat Buruan yang sangat unik, dan melegenda.

Ditinjau dari keuntungannya, Ritual Hajat Buruan bagi masyarakat setempat di antaranya guyub, sauyunan, hiburan, arenà perjodohan, gotongroyong, membangun empati, arena tausiah sesepuh. Di samping itu, ada upaya pembinaan seni pertunjukan, seni busana lokal, seni kuliner, dan menularkan nilai-nilai hubungan baik antargenerasi. Akulturasi budaya yang berhasil dilestarikan banyak kita temukan di beberapa daerah. Bahkan banyak jadi konten menarik bagi kaum youtuber.

A. HAJAT BURUAN DI WAGLO BERNAPASKAN RELIGI ISLAM MENYAMBUT RAMADHAN 2021 

Makna Hajat Buruan, sering diartikan suatu tradisi rasa syukur masyarakat akan hasil panen yang melimpah, dan cara untuk menolak bala. Bentuk ritualnya merupakan hasil kesepakatan para tokoh masyarakat setempat. Mereka duduk bersama, membuka wacana dan adu argumen. Jika acaranya menyatukan beberapa konsep dari daerah yang berjauhan.

Di lingkungan Waglo, Cisalak Subang, Jawa Barat. Acara ruwatan ini sudah rutin dilakukan dalam kelompok sekala kecil. Dan budaya tradisi itu, hanya untuk lingkungan tetangga terdekat saja. Untuk sekala besar, menyatukan tradisi masyarakat Kapuk Nahun, Tonggong Londok, Babakan Oncom, hingga Tradisi Kampung Junti, belum pernah terjadi. Wacana demikian baru akan dilakukan menjelang Ramahan 2021.  Wacana ini, bentuknya  berupa gunting pita pembuatan jalan tembus dari Kapuk Nahun ke Kampung Junti, melalui Lembah Bitung.

Dengan terjalinnya silaturahmi ini, diharapkan dapat mempersatukan kampung-kampung sekitarnya. Yang dikemas dalam kalimat KATOLOBAO-LITUNGTI (Kapuk Nahun, Tonggong Londok, Babakan Oncom, Lembah Bitung, Buntung Sirit, dan Junti). Kegiatan ini sekaligus sosialisasi dan menguak budaya luhung wilayah setempat. Dengan harapan mulia untuk dapat meningkatkan percaya diri, di era persaingan positif dengan daerah lainnya. Karena sering aset berharga ini, disalahgunakan. Contohnya apa?

Selama ini situs bersejarah adakalanya menjadi tempat angker dan dijadikan arena klenik. Menegur satu per satu setiap orang yang diduga keluar dari nilai dan norma setempat cukup melelahkan. Maka dengan Ritual Hajat Buruan bisa lebih terarah secara kolektif. Pemuka agama dan pemuka adat bisa bicara bergantian, saling mengisi. Jika ada silang pendapat, bisa dibawa ke forum elit puncak pimpinan. Sehingga akar rumput tak harus tahu persoalan detilnya. Fokus pada kerja bareng, sauyunan.

Katakanlah perbedaan pendapat tentang makhluk astral versi budayawan, versi agamawan berupa khodam, Jin Kharin pendamping manusia yang sering menyesatkan. Kekuatan ghaib itu ada kalanya di puja dan disanjung. Karena makhluk astral itu berusia sangat panjang. Kekuatan ghaib dari makhluk demikian sering dikultuskan. Ulah makhluk tak kasat mata yang memperdaya manusia sangat memungkinkan, tanpa ada pemuka agama atau pemuka adat. Peranan orang berilmu agama sangat dibutuhkan.

Jika semua calon peserta Ritual Hajat Buruan di Waglo sudah membaca tulisan tentang Istana Ghaib di Pajaratan. Maka warisan budaya itu akan terpelihara lebih terarah. Maka semua calon peserta digiring dulu untuk mencermati uraian tulisan dan video di bawah ini. Bisa dihembuskan dari mulut ke mulut jauh sebelum acara.

 http://beritadisdik.com/news/kaji/tentangadanya-istana-ghaib-di-pajaratan

Tulisan di atas ini, hanya sebagai bahan dasar diskusi perseorangan yang suka membaca.  Diharapkan jadi nara sumber disaat acara. Tak ada salahnya jika dicoba mencermati video di youtube berikut ini.  https://youtu.be/TV2V2JTiAvo

Intinya pranasosial yang ada itu, harus memiliki fungsi dalam rangka melestarikan kehidupan umat manusia dalam keadaan tentram, penuh kedamaian.

Masyarakat akan lebih tentram ketika siap menuju alam kekal di jalan Allah. Karena dunia ini sangat fana dan sifatnya sementara. Jangan sampai bisa diadu domba oleh makhluk laknatullah. Perbedaan pendirian hendaknya jadi pemicu masyarakat untuk belajar lagi. Saling menghargai dan saling kasih sayang. Walau kadang harus ada adu kekuatan ghaib di jalan Allah. Di akhir harus tampa ada rasa dendam, karena dikemas dalam seni yang menghibur.

B. SOSIALISASI HUKUM SEBAB AKIBAT & MEMUTUS MATA RANTAI COVID-19

Konsep Hajat Buruan di era covid-19 tampaknya harus dikemas memprioritaskan keselamatan di atas segalanya. Seperti diuraikan dalam video di bawah ini. Sosialisasi harus komprehensip melibatkan ulama, dan umaro. Latar belakang gagasan, berupa upaya menghargai  sesepuh secara hierarki. Sopan santun dalam berinovasi dan melestarikan budaya Sunda. 

Wacana ritual Hajat Buruan menapaki jejak karya masa lalu, dan hasrat merombak budaya disfungsional untuk  dapat berfungsi meningkatkan kesejahteraan bersama. Maka gagasan itu perlu diwacanakan dalam durasi waktu dan kesempatan. Itulah pentingnya sosialisasi dalam silaturakhmi. Walaupun kegiatan demikian memakan waktu tak sedikit. Video di bawah ini alternatif tahap awal menuju Ritual Hajat Buruan.

https://www.facebook.com/waglo.subang/vi deos/1179135912544647/?flite=scwspnss

Sebelum acara digelar, juga perlu riset sederhana. Wawancara dengan sesepuh Junti bernama Mang Acid berikut ini alternatifnya. Video ini baru satu hal tentang riwayat lembah Pasir Heulang bagian timur laut. Lokasi yang menyerupai lembah subur karena kaya dengan sumber air. Mengapa perlu di gali?

Jawabannya tentang pelestarian alam diatas bukit. Terbukti walaupun kemarau panjang sumber air ini tidak pernah kering. Maka sawah dan kolam selalu terus berproduksi, tiada henti. Inilah sekelumit kisah Legok Bitung & Buntung Sirit. Karena hutan di atasnya terpelihara dengan baik, sebagai cadangan air di musim kemarau.

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid

=1161792697612302&id=10001344748591 3&sfnsn=wiwspwa

Dari kisah di atas ini, dapat ditarik kesimpulan. Perlunya mengkaji hukum sebab akibat. Agar generasi muda dapat mengambil khikmah dari ajaran leluhur. Dan perlunya berinovasi, memperbaiki kelemahan masa lalu. Menuju masyarakat yang tangguh di era globalisasi.(DN) 

Tag:
Nalar Lainnya
...
Dadan Supardan

Semangat Revitalisasi di Mata Angkie

Nalar Lainnya
...
ENDANG KOMARA

INDEPENDENSI ASN

...
Asep S. Muhtadi

Komunikasi Pembelajaran di Masa Pandemi

...
Prof. Dr Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., S.H.,M.H.,M.Si.

EKSISTING DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

...
...
...